Sederhana Cinta - Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
Nafas waktu tertelan di dalam darah, Gilang perlahan menjadi sangat temperamen, ada kalanya, dia menyadari bahwa dia memiliki dorongan yang tak terkendali untuk memporak-porandakan Semarang.
Nama Anita berada di pikirannya siang dan malam, tidak peduli bagaimana dia menenangkan diri, itu tidak membantu.
Dia pasti tidak akan pergi ke tempat di mana Anita pernah tinggal.
Dulu setiap kali kembali ke kediaman keluarganya selalu ada Anita, mereka akan tinggal di suite di lantai tiga, di mana ada wangi Anita di sana, dia tidak bisa tinggal, dia merasa sangat gelisah, penuh dengan bayangannya.
Gilang menginjak pedal gas dan pergi ke "Taman Bunga".
Taman Bunga adalah sebuah rumah di mana abu Ibu Anita ditempatkan.
Pelayan dari Taman Bunga masih sangat harmonis, mereka sepertinya tidak mengetahui tentang kepergian Anita, hanya mengatakan bahwa nona terlalu sibuk, harus sering datang untuk mengunjungi, dan mereka juga bertanya kapan berencana untuk memiliki anak.
Gilang tidak ingin menyebutkan kata "Anak", kata itu menjadi tabu di dalam hatinya.
Setelah mengucapkan beberapa kata basa-basi dia naik ke aula lantai atas.
Gilang melihat kotak surat di atas meja dupa, semuanya adalah surat yang ditulis tangan oleh Anita untuk ibunya.
——
Ibu:
Hari ini tim basket sekolahnya bermain lagi, memenangkan juara, aku tahu jika dia ada, maka pasti akan menang, dia sangat hebat, aku sangat menyukainya, dia adalah laki-laki impianku.
Dia adalah impianku, ibu harus memberkatiku untuk mewujudkan impianku!
——
Ibu:
Bulan-bulan lalu, gempa bumi terjadi di provinsi C, sewaktu aku membawanya keluar dari reruntuhan dengan tanganku, hatiku sangat hancur, aku takut dia akan mati. Tapi setelah aku sadar, berubah menjadi Anggun yang menyelamatkannya, mungkin setelah aku pingsan terkena reruntuhan batu, Anggun benar-benar menyelamatkannya.
Aku tidak peduli, dia tidak mencintaiku, orang yang menyelamatkannya apakah aku atau bukan, tidak ada hubungannya.
Setelah itu dia dan Anggun bersama, aku tidak berani muncul di hadapan mereka, perasaan rendah diri itu, huh, benar-benar pahit...
——
Ibu:
Kamu pernah mengatakan bahwa namaku dengannya sangat cocok. Kamu mengatakan bahwa keluarga Gilang baru pantas untukku.
Dia benar-benar pantas untukku, lebih dari cukup.
Tapi aku tidak pantas mendapatkannya, menikah dengannya, aku menyerahkan seluruh warisan keluarga dan memberikannya kepada Anggun, aku tidak memiliki mas kawin, dicemooh di rumah mertua, tidak bisa mengangkat kepalaku.
Tapi aku mencintainya, ini jalan pilihanku, aku harus menjalaninya walaupun harus menundukkan kepalaku...
——
Ibu:
Aku sakit semalam, demam hingga 42 derajat, aku meneleponnya, dia berkata bahwa dia sangat sibuk dan menyuruhku untuk menyelesaikannya sendiri.
Ketika aku mendengar suara di telepon, aku menangis.
Aku yang sangat bangga di hadapan semua orang, tetapi merasa sangat rendah diri di hadapannya, aku tidak berani mengatakan bahwa aku sakit dan merasa tidak nyaman, takut dia mengataiku manja, memandang rendah diriku...
Perasaan itu sangat tidak berdaya, sangat dingin...
——
Ibu:
Kemarin dia pulang dalam keadaan mabuk, dia muntah, aku tidak mau merawatnya, siapa suruh dia mengabaikanku bulan lalu.
Tapi, aku masih mengurusnya, mengganti pakaiannya, menyuapinya air madu, membantunya membersihkan tubuhnya dengan handuk panas, aku takut dia sakit, aku juga ikut sakit.
Siapa suruh aku tidak tega padanya, keras kepala menyukainya, padahal dengan jelas dia tidak pernah memandangku sedikitpun, aku yang mencarinya, aku pantas mendapatkannya, aku pantas mendapatkannya...
——
Ibu:
Aku merindukanmu.
Selama kamu tidak ada, aku tidak memiliki seorang pun untuk berlindung, sangat kesepian, kesepian yang sangat tidak berdaya.
Mungkin suatu hari, jika aku mati di jalan, mungkin tidak akan ada orang yang membereskan mayatku, dan tidak akan ada orang yang bersedih untukku...
Ibu, selama kamu tidak ada, aku kesepian sebatang kara...
Aku ingin pergi mencarimu, setidaknya, walaupun orang-orang di seluruh dunia ini tidak mencintaiku, kamu mencintaiku...
……
Setelah Gilang membaca semua surat itu, tubuhnya tiba-tiba seakan-akan berubah menjadi selembar kertas, bisa berguncang hanya dengan satu tarikan nafas. Nafas dan jari-jarinya gemetar, dengan panik ingin memasukkan kembali kertas surat ke dalam amplop, tetapi malah menjatuhkannya ke lantai, dia ingin mengambilnya tetapi tidak bisa menahannya.
Jika tahu bahwa setelah membacanya maka akan sesakit ini hingga dia tidak bisa berdiri, maka dia tidak akan membacanya.
Semua emosi yang ditahannya selama satu tahun ini, akhirnya menemukan jalan keluar, dia sangat merindukannya.
Selama lebih dari sepuluh tahun, dia terbiasa dengan kehadirannya yang berisik, terbiasa dengan keterikatannya, terbiasa dengan keagresifannya, lebih terbiasa lagi dengan cinta yang diberikannya.
Sekarang, sudah tidak ada lagi...
Ternyata begini rasanya sakit hati, setiap rambut tipis akan berubah menjadi jarum baja, tertancap rapat dalam pori-pori di seluruh tubuh.
Nama Anita seperti tulisan tangan yang ditulis di dadanya, dia terlalu malas untuk memperhatikannya.
Tulisan itu semakin lama semakin dalam warnanya, tidak disadari telah tumbuh menjadi seperti tato, tidak merasa sakit dan gatal menetap di hatinya, dia sudah terbiasa, tetapi sekarang bagaikan disayat orang lain dengan menggunakan pisau untuk menghilangkannya.
Ketika dia menunduk untuk mencari jejaknya, dia tidak bisa menemukannya lagi, hanya melihat darah menetes, sakit hingga dia sendiri tidak berani melihatnya...
Novel Terkait
Villain's Giving Up
Axe AshciellySang Pendosa
DoniMr. Ceo's Woman
Rebecca WangMy Charming Lady Boss
AndikaMy Perfect Lady
AliciaHarmless Lie
BaigeSederhana Cinta×
- Bab 1 Menginginkannya Dari Belakang
- Bab 2 Merencanakan Perceraian
- Bab 3 Kamu Perlu Diberi Pelajaran
- Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
- Bab 5 Masih Membencimu
- Bab 6 Sudah Waktunya Untuk Melepaskan
- Bab 7 Setuju Untuk Bercerai
- Bab 8 Mengalir Banyak Darah
- Bab 9 Tidak Dapat Hamil
- Bab 10 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 11 Depresi Hingga Tidak Bisa Melepaskan Diri
- Bab 12 Menguap Dari Dunia
- Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
- Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
- Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku
- Bab 16 Wanitanya
- Bab 17 Tidak Bisa Dipisahkan
- Bab 18 Dipisahkan Di Dunia Yang Berbeda
- Bab 19 Menginginkan Nyawanya
- Bab 20 Bisa Seberapa Menderita
- Bab 21 Kamu Ingin Membunuhku
- Bab 22 Apa Lagi Kegunaanmu?
- Bab 23 Hanya Mencintainya 11 Tahun
- Bab 24 Membawanya Ke Pelukan
- Bab 25 Anak
- Bab 26 Malaikat Yang Dikirim Untuknya
- Bab 27 Tidak Bisa Membayar Lunas Hutang Padamu
- Bab 28 Setiap Kata Menyakiti Hati
- Bab 29 Pria Gila
- Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
- Bab 31 Membunuh Keluarganya
- Bab 32 Menghancurkan Sampai Akar
- Bab 33 Jangan Melewati Batas
- Bab 34 Apa Kamu Sudah Gila
- Bab 35 Untung Dan Rugi Yang Telah Dipertimbangkan
- Bab 36 Sakit Jika Dipikirkan
- Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
- Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
- Bab 39 Sangat Memilukan
- Bab 40 Semua Akan Aku Penuhi
- Bab 41 Aku Menginginkan Dia Mati
- Bab 42 Senyuman Yang Kejam
- Bab 43 Membunuh Ibunya
- Bab 44 Aku Takut, Aku Takut
- Bab 45 Sangat Mencintaimu