Sederhana Cinta - Bab 19 Menginginkan Nyawanya
Bab 19 Menginginkan Nyawanya
Cahaya di ruang bawah tanah terkadang gelan dan terang, membuatnya sulit untuk melihat ekspresi orang di dalamnya.
Gilang duduk malas di atas kursi, dengan tengilnya meletakkan kakinya di atas meja tua, dengan seenaknya memainkan botol bir di tangannya.
Suaranya tenang, terkesan agak dingin, "Masalah mengenai istriku yang tidak bisa memiliki keturunan, siapa yang menyuruhmu untuk memberi tahu keluargaku?"
"Tuan Gilang! Mohon lepaskan aku! Aku mohon padamu! Aku benar-benar tidak mengatakan hal itu!" Dekan ditekan di dinding oleh dua orang pria berotot, dia telah disiksa hingga rambutnya berantakan dan keringatnya menetes, wajahnya babak belur, sangat menyedihkan.
Botol bir di tangan Gilang mengeluarkan suara "Prang", tubuhnya masih dengan malas bersandar pada kursi, "Awalnya aku berpikir kamu adalah seseorang yang memiliki otak dan reputasi, tidak ingin merusak reputasimu, sepertinya kamu tidak menghargai kesempatan yang kuberikan kepadamu."
Mata Dekan itu bengkak hingga tidak bisa terbuka, "Tuan Gilang, aku benar-benar, benar-benar tidak mengatakan pada siapapun, pasti Nona Anggun yang mengatakannya, waktu itu dia yang menginginkan aku untuk memberitahumu bahwa Nona Anita tidak bisa memiliki keturunan lagi, sebenarnya aku tidak ikut berpartisipasi dalam operasi tersebut, meskipun keguguran, tapi aku tidak terlalu peduli apakah masih bisa melahirkan keturunan lagi...... semua dikarenakan nona Anggun mengancamku!"
Saat ini Gilang baru mengangkat kepalanya untuk memandang Dekan yang sudah tidak bisa berdiri tegak tersebut, "Anggun?"
"Ya benar!" Dekan sangat menyesal, jika tahu akan berurusan dengan Gilang, dia lebih rela foto skandalnya tersebar, dengan begitu, sama saja reputasinya akan jatuh, tapi tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya.
Gilang berdiri, meminum bir di tangannya, botol kosong itu dilempar ke lantai dan diinjak olehnya, "Tadinya aku berpikir untuk membuat perhitungan nanti, kalian benar-benar tidak tahu diri!"
Dia mengangkat kakinya yang panjang, dengan sepatunya menginjak kaleng itu sampai hancur, suara yang ditimbulkan membuat Dekan ketakutan setengah mati, "Tuan Gilang! Tidak peduli apa yang aku lakukan, aku juga adalah korban! Aku juga adalah korban!"
"Lelucon apa itu, bukankah korban yang terbesar adalah istriku?" suara Gilang sangat dingin dan berat, dia tersenyum kecil, seperti ular beracun yang indah tetapi berbisa.
Tubuh Dekan gemetar dengan tidak terkendali, meluncur ke lantai dan berlutut, menangis dan memohon, telah mengubah bahasanya menjadi hormat kepada pria yang dua puluh tahun lebih muda darinya: "Tuan Gilang! Aku bersalah pada istrimu! Aku mohon maafkan aku! Aku masih mempunyai tanggungan keluarga, mohon agar kamu melepaskanku!"
Gilang berjalan kesana kemari, auranya sangat menyeramkan, "Seorang dokter seharusnya berhati mulia, tapi sebagai pemimpin rumah sakit kamu lupa akan tugasmu, membuat bencana pada diri istriku, kamu benar-benar tidak pantas mengenakan jas dokter itu." Berpikir sampai di sini, hati Gilang kembali sakit, berpaling untuk melihat kaleng bir yang ditendang jauh olehnya, suaranya rendah seperti berkata kepada dirinya sendiri, "Saat aku berada di Amerika, aku berpikir tidak masalah jika dia tidak bisa memiliki keturunan, jika bisa melakukan proses bayi tabung maka melakukan proses bayi tabung, jika proses bayi tabung tidak bisa maka aku berpikir untuk mengadopsi, yang pasti tidak akan memberitahu keluargaku, tidak akan ada yang tahu apakah itu merupakan anak kandungku atau bukan, aku memiliki cara untuk menyembunyikannya......walaupun pada saat itu aku tidak mengerti seberapa penting dirinya di dalam hatiku, tapi dia telah menemaniku selama bertahun-tahun......aku tidak bisa meninggalkannya hanya karena dia tidak bisa memiliki keturunan, aku memiliki tanggung jawab untuk menjaganya sampai tua, bagaimanapun kami akan bersama hingga tua, memiliki anak atau tidak, aku juga tidak akan melihatnya juga jika mati."
Gilang menaiki tangga, perlahan langkah demi langkah, tetapi menghasilkan gema dengan suara "tap tap" di ruang bawah tanah itu, Dekan itu sangat takut untuk berbicara, melihat Gilang hampir sampai di ujung anak tangga, dia baru saja bernapas dengan lega, lalu mendengar Gilang berbicara dengan malas: "Dikarenakan dia sudah tidak layak menjadi seorang dokter, tangannya sudah tidak diperlukan lagi, daripada dia dengan seenaknya mendiagnosis sembarangan, memegang pisau bedah juga akan menyakiti kehidupan pasien."
Dekan diangkat oleh dua pria berotot, memahami kembali kata-kata Gilang, "Ah!" Teriakan yang menyakitkan, hanya terdengar suara tulang yang retak, sesudah itu urat tangannya seperti ditarik setengahnya, tangan itu bukannya tidak bisa lagi membawa barang-barang, tetapi hanya tidak akan pernah bisa memegang pisau bedah selamanya, Dekan itu jatuh ke tanah dan mengejang, "Ah! Gilang! Apa kamu menginginkan nyawaku?"
Novel Terkait
Innocent Kid
FellaBaby, You are so cute
Callie WangMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiRahasia Istriku
MahardikaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMy Superhero
JessiSederhana Cinta×
- Bab 1 Menginginkannya Dari Belakang
- Bab 2 Merencanakan Perceraian
- Bab 3 Kamu Perlu Diberi Pelajaran
- Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
- Bab 5 Masih Membencimu
- Bab 6 Sudah Waktunya Untuk Melepaskan
- Bab 7 Setuju Untuk Bercerai
- Bab 8 Mengalir Banyak Darah
- Bab 9 Tidak Dapat Hamil
- Bab 10 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 11 Depresi Hingga Tidak Bisa Melepaskan Diri
- Bab 12 Menguap Dari Dunia
- Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
- Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
- Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku
- Bab 16 Wanitanya
- Bab 17 Tidak Bisa Dipisahkan
- Bab 18 Dipisahkan Di Dunia Yang Berbeda
- Bab 19 Menginginkan Nyawanya
- Bab 20 Bisa Seberapa Menderita
- Bab 21 Kamu Ingin Membunuhku
- Bab 22 Apa Lagi Kegunaanmu?
- Bab 23 Hanya Mencintainya 11 Tahun
- Bab 24 Membawanya Ke Pelukan
- Bab 25 Anak
- Bab 26 Malaikat Yang Dikirim Untuknya
- Bab 27 Tidak Bisa Membayar Lunas Hutang Padamu
- Bab 28 Setiap Kata Menyakiti Hati
- Bab 29 Pria Gila
- Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
- Bab 31 Membunuh Keluarganya
- Bab 32 Menghancurkan Sampai Akar
- Bab 33 Jangan Melewati Batas
- Bab 34 Apa Kamu Sudah Gila
- Bab 35 Untung Dan Rugi Yang Telah Dipertimbangkan
- Bab 36 Sakit Jika Dipikirkan
- Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
- Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
- Bab 39 Sangat Memilukan
- Bab 40 Semua Akan Aku Penuhi
- Bab 41 Aku Menginginkan Dia Mati
- Bab 42 Senyuman Yang Kejam
- Bab 43 Membunuh Ibunya
- Bab 44 Aku Takut, Aku Takut
- Bab 45 Sangat Mencintaimu