Sederhana Cinta - Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
Pada hari itu Gilang pergi bekerja, Anita dan Tara berada di rumah, sepanjang siang tidak pergi keluar, Anggun dengan sombongnya mendekati pintu utama
Satpam terdiam sesaat, Anggun mengibaskan tangannya, sedikit tidak sabar, meskipun dia jarang memiliki emosi ini, tapi satpam tahu Gilang sangat menghargai Anita, tidak berani berlama-lama, lagipula Jogja di bulan Juli sedikit panas, dia segera membuka pintu. "Nyonya, apakah Anda meninggalkan rumah melalui pintu belakang?"
Anggun berkata "Ya", kemudian dia masuk.
Ketika Anita bangun dia pergi ke kamar anak-anak untuk melihat anaknya, Tara tidak ditemukan di dalam ruangan, dia berpikir bahwa pengasuhnya yang membawanya ke taman, tapi setelah dicari dia tidak menemukan anaknya.
Anita mengambil telepon dan melakukan panggilan pada Gilang, "Apakah kamu pulang pada siang hari?"
Anita tidak pernah mengambil inisiatif untuk membuat panggilan telepon kepada Gilang, ketika dia menerima telepon Anita, Gilang senang, segera pergi keluar dari ruang konferensi saat rapat sedang berlangsung, tanpa pemberitahuan langsung memotong proses jalannya rapat, dia tersenyum, suaranya rendah dan hangat, "Apakah kamu ingin aku pulang?"
"Kamu tidak pulang?"
Mendengarkan kepanikan dalam suara Anita, suasana hati Gilang yang mulanya tenang juga ikut panik, "Kenapa? Apa yang sudah terjadi?"
Sekarang Anita percaya bahwa Gilang tidak akan menyakiti Tara, setelah masalah tenggelam dan masalah ligasi terbongkar, Gilang sudah menjelaskannya, dikarenakan kekuatan kaki Tara lemah, dia ingin membawanya berenang untuk melatihnya.
Saat itu dia melihat kejujuran di matanya, "Anita, kamu harus mempercayaiku, seumur hidup aku tidak akan bisa memiliki keturunan sendiri, aku mengajarkan Tara memanggilku Ayah, dikarenakan sungguh-sungguh akan menganggapnya sebagai putriku, aku tidak akan menyakitinya, karena seumur hidup aku hanya memiliki satu anak perempuan, dia mirip sepertimu, bagaimana mungkin aku menyakitinya?"
Anita tidak dapat menemukan Tara, dia tahu bahwa dia hanya bisa mengandalkan Gilang.
Suaranya samar-samar dengan nada gemetar, "Tara hilang, aku sudah mencari di kamar tidur dan taman, para bawahan juga sudah mencari dalam waktu yang lama, mereka mengatakan bahwa aku menggendong Tara pergi keluar, aku sedang tidur siang tadi, Tara berada di kamarnya sedang tidur siang, aku tidak mengingat bahwa aku menggendong Tara pergi keluar."
Anita akhirnya sudah tidak bisa menahannya, dia menangis di telepon, pertahanannya mulai runtuh, hanya menyisakan rasa pengecut dan penakut, "Aku tidak tahu, aku tidak ingat. Gilang, penyakitku kambuh lagi, aku bukan ibu yang baik, aku tidak ingin menyakiti Tara, semua berkata aku menggendong Tara pergi bersama para pengawal, tapi aku tidak ingat pernah melakukan hal seperti itu, penyakitku kambuh lagi, tolong bantu aku mencarinya, bantu aku mencarinya. Aku tidak akan pernah menyentuhnya lagi, aku tidak berani menyentuhnya lagi, aku akan menjauh darinya, aku pasti menyakitinya, aku tidak ingat, mungkinkah aku memukulinya dalam keadaan tidak sadar, aku tidak ingat..."
Anita menangis dengan tersedu-sedu, makin lama tutur katanya makin kacau, Gilang menarik-narik dasi yang ada di lehernya, menghela napas dengan dalam, "Anita, kamu jangan panik, ada aku, aku akan segera kembali! Kamu jangan panik!"
Ketika Gilang baru saja melangkah masuk ke dalam lift, telepon berdering lagi, panggilan telepon dari pengawal, "Boss, tadi Nyonya membawa Nona masuk ke kamar mandi, aku dan David sudah menunggu di luar selama setengah jam dan masih juga belum keluar, apakah kami harus masuk dan memastikan ke dalam?"
"Orang itu bukan Nyonya! Nyonya masih berada di rumah! Jika Nona hilang kalian akan menerima ganjarannya!"Gilang menutup telepon dengan keras, dengan segera melapor polisi!
Jantung dan otak Gilang sangat emosi, dia secara alami tahu betapa pentingnya Tara bagi Anita.
Terlebih lagi sudah lama anak itu memanggilnya Ayah, dia ingin menjadikannya anak perempuannya seumur hidup, hilang begitu saja, dia juga tidak akan merasa lebih enak daripada Anita.
Jogja tidak besar, mobil melaju dengan sangat cepat, hanya lebih dari sepuluh menit dia sudah sampai di rumah, Gilang membanting pintu mobil dan pergi mencari Anita.
Novel Terkait
My Superhero
JessiYou're My Savior
Shella NaviHabis Cerai Nikah Lagi
GibranBlooming at that time
White RoseMeet By Chance
Lena TanInventing A Millionaire
EdisonSederhana Cinta×
- Bab 1 Menginginkannya Dari Belakang
- Bab 2 Merencanakan Perceraian
- Bab 3 Kamu Perlu Diberi Pelajaran
- Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
- Bab 5 Masih Membencimu
- Bab 6 Sudah Waktunya Untuk Melepaskan
- Bab 7 Setuju Untuk Bercerai
- Bab 8 Mengalir Banyak Darah
- Bab 9 Tidak Dapat Hamil
- Bab 10 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 11 Depresi Hingga Tidak Bisa Melepaskan Diri
- Bab 12 Menguap Dari Dunia
- Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
- Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
- Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku
- Bab 16 Wanitanya
- Bab 17 Tidak Bisa Dipisahkan
- Bab 18 Dipisahkan Di Dunia Yang Berbeda
- Bab 19 Menginginkan Nyawanya
- Bab 20 Bisa Seberapa Menderita
- Bab 21 Kamu Ingin Membunuhku
- Bab 22 Apa Lagi Kegunaanmu?
- Bab 23 Hanya Mencintainya 11 Tahun
- Bab 24 Membawanya Ke Pelukan
- Bab 25 Anak
- Bab 26 Malaikat Yang Dikirim Untuknya
- Bab 27 Tidak Bisa Membayar Lunas Hutang Padamu
- Bab 28 Setiap Kata Menyakiti Hati
- Bab 29 Pria Gila
- Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
- Bab 31 Membunuh Keluarganya
- Bab 32 Menghancurkan Sampai Akar
- Bab 33 Jangan Melewati Batas
- Bab 34 Apa Kamu Sudah Gila
- Bab 35 Untung Dan Rugi Yang Telah Dipertimbangkan
- Bab 36 Sakit Jika Dipikirkan
- Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
- Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
- Bab 39 Sangat Memilukan
- Bab 40 Semua Akan Aku Penuhi
- Bab 41 Aku Menginginkan Dia Mati
- Bab 42 Senyuman Yang Kejam
- Bab 43 Membunuh Ibunya
- Bab 44 Aku Takut, Aku Takut
- Bab 45 Sangat Mencintaimu