Sederhana Cinta - Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
Anita dengan panik melihat ke balik semua tempat di mana ada kemungkinan seorang anak bersembunyi, dengan patah hati dia memanggil "Tara", "Tara, jangan bermain petak umpet lagi dengan ibu, apakah karena ibu telah memukulmu secara tidak sadar? Apa kamu tidak merindukanku? Ibu meminta maaf padamu, Ibu benar-benar tidak ingat, lain kali kamu bermain dengan Ayah, tidak usah pedulikan ibumu, oke? Tara!"
Gilangmenatap ke arah Anita yang sangat terpuruk, hatinya sangat sakit.
Dia benar-benar berpikir bahwa penyakitnya kambuh, menyakiti Tara, tapi dia tidak tahu, bahwa orang yang benar-benar menyakiti Tara, adalah dirinya Gilang.
Jika dia tidak sedih dan sakit hingga melakukan operasi plastik pada Angun, hal seperti ini tidak akan terjadi.
Gilang memeluk bahu Anita, memegangdiauntuk berdiri dari tepi jendela basement di akar dinding, "Anita, aku sudah melapor polisi, juga sudah mengatur bawahanku untuk mencarinya, kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini bukan salahmu."
Anita tidak ingat bahwa dia pernah bersikap sangat keras pada Gilang sebelumnya, dia hanya mengetahui bahwa saat ini dia sangat rentan.
Dia mencengkeram wajahnya sendiri, takut menghadapi siapa pun, "Apa yang sudah kulakukan? Aku adalah orang gila, aku melakukan sesuatu yang salah tapi tidak pernah mengingatnya. Di hati Tara hanya ada diriku, dia percaya padaku sepenuhnya, tapi aku malah menyakitinya, dia sudah tidak ingin melihatku lagi, apakah karena ketika penyakitku kambuh aku merasa dia adalah bebanku lalu membawanya keluar dan ingin membuangnya? Bagaimana bisa aku berlaku begitu buruk!"
Setelah Anita selesai berbicara, bahunya terus gemetar, dia dengan keras menampar wajahnya sendiri, dia memaki dirinya sendiri dengan kejam!
Gilang dalam keadaan panik mencengkeram tangannya erat, dengan erat memeluknya, napasnya sesak, dia takut dia akan melukai dirinya sendiri, "Anita! Tidak ada yang menyalahkanmu, tidak ada yang menyalahkanmu, kamu tidak menggendong Tara keluar rumah, orang lain yang melakukannya! Orang jahat lain yang melakukannya!"
"Tapi para bawahan dan pengawal melihatnya! Melihat bahwa aku membawa anakku pergi!"Anita terjebak dalam rasa bersalah atas kejahatan yang dibuatnya sendiri, dia mendongak dan dengan keras menabrakkan kepalanya pada bahu Gilang, mati-matian berjuang untuk berontak, emosinya makin lama semakin tidak terkendali!
Hari-hari di mana Gilang membawa Anita dalam kehidupannya, tidak pernah melihat penyakitnya kambuh, melihatnya saat ini, dia tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya dulu menyalahkan dirinya sendiri, bagaimana melewatinya. Dia meraih tubuhnya, berteriak dengan keras: "Panggil Dokter kemari! Cepat!"
"Kamu tahu bahwa aku memiliki penyakit mental! Kamu juga tahu kalau aku bisa menyakiti orang! Benar bukan! Orang sepertiku tidak seharusnya hidup, benar bukan! Aku bahkan ingin menyakiti anak kandungku sendiri! Aku bukan manusia, benar bukan!"Anita seperti setan yang melihat manusia dan ingin menyerang, tidak ada tempat untuk melampiaskan rasa sakitnya, tetapi dia ingin menahannya, jadi dia mengangkat pergelangan tangannya dan mengigitnya dengan kencang.
Gilang menyingkirkan mulutnya pun tidak bisa menahannya, kemudian dia mengulurkan pergelangan tangannya ke mulutnya!
Anita melihat Gilang, mulutnya dengan keras menggigit, air matanya mengalir keluar, Gilang di hadapanya semakin lama semakin kabur, dia mendengarkannya berkali-kali menenangkannya, "Anita, bukan salahmu, kamu tidak sakit, kamu baik-baik saja, Anita, Anita …..."
Setiap kata-katanya sangat lembut, setiap katanya mengandung kasih, mulutnya merasakan rasa amis yang manis, dia sedikit menelannya dan mengalir ke perutnya.
Kekuatan gigitannya perlahan mengecil, Dokter telah memberinya obat penenang.
Emosi Anita perlahan menjadi tenang, Gilang menggendongnya, dia menatapnya masih tidak berkedip, hanya saja air matanya makin lama turun makin deras, suaranya sangat kecil hampir tidak terdengar, "Dikarenakan kelalaianku dulu kelahirannya menjadi prematur dan membuat pertumbuhannya menjadi terhambat, aku sangat bersalah padanya, bagaimana mungkin aku menyakitinya? Aku teramat sangat menyayanginya, takut apapun bisa menyakitinya, bagaimana mungkin aku rela lalu menggendongnya untuk membuangnya dan tidak menginginkannya? Aku bukan Iblis, jika tidak dapat menemukannya, aku juga tidak ingin hidup lagi, tidak ingin hidup lagi."
Novel Terkait
1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaHidden Son-in-Law
Andy LeeTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniHanya Kamu Hidupku
RenataMy Charming Wife
Diana AndrikaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaThat Night
Star AngelSederhana Cinta×
- Bab 1 Menginginkannya Dari Belakang
- Bab 2 Merencanakan Perceraian
- Bab 3 Kamu Perlu Diberi Pelajaran
- Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
- Bab 5 Masih Membencimu
- Bab 6 Sudah Waktunya Untuk Melepaskan
- Bab 7 Setuju Untuk Bercerai
- Bab 8 Mengalir Banyak Darah
- Bab 9 Tidak Dapat Hamil
- Bab 10 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 11 Depresi Hingga Tidak Bisa Melepaskan Diri
- Bab 12 Menguap Dari Dunia
- Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
- Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
- Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku
- Bab 16 Wanitanya
- Bab 17 Tidak Bisa Dipisahkan
- Bab 18 Dipisahkan Di Dunia Yang Berbeda
- Bab 19 Menginginkan Nyawanya
- Bab 20 Bisa Seberapa Menderita
- Bab 21 Kamu Ingin Membunuhku
- Bab 22 Apa Lagi Kegunaanmu?
- Bab 23 Hanya Mencintainya 11 Tahun
- Bab 24 Membawanya Ke Pelukan
- Bab 25 Anak
- Bab 26 Malaikat Yang Dikirim Untuknya
- Bab 27 Tidak Bisa Membayar Lunas Hutang Padamu
- Bab 28 Setiap Kata Menyakiti Hati
- Bab 29 Pria Gila
- Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
- Bab 31 Membunuh Keluarganya
- Bab 32 Menghancurkan Sampai Akar
- Bab 33 Jangan Melewati Batas
- Bab 34 Apa Kamu Sudah Gila
- Bab 35 Untung Dan Rugi Yang Telah Dipertimbangkan
- Bab 36 Sakit Jika Dipikirkan
- Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
- Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
- Bab 39 Sangat Memilukan
- Bab 40 Semua Akan Aku Penuhi
- Bab 41 Aku Menginginkan Dia Mati
- Bab 42 Senyuman Yang Kejam
- Bab 43 Membunuh Ibunya
- Bab 44 Aku Takut, Aku Takut
- Bab 45 Sangat Mencintaimu