Sederhana Cinta - Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku

Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku

Pesawat melayang di ketinggian 30.000 kaki, pandangan Gilang sesekali mendarat di tumpukan data yang ada di atas meja, tetapi dengan cepat dia mengalihkan pandangannya dan tidak bergerak untuk membukanya.

Dia menolak apa yang disebut bukti ini dari dalam lubuk hatinya!

Saputra mengamati Gilang yang tampaknya tenang, mereka yang terlahir di keluarga kaya dan dimanjakan, dari kecil hingga besar hanya ada hal yang tidak diinginkan, tidak ada hal yang tidak bisa didapatkan, jadi tidak pernah merasakan perasaan histeris dikarenakan sesuatu hal.

Hanya perasaan marah dan inferior, hanya orang yang sudah berusaha tetapi tidak bisa mendapatkanlah yang memiliki emosi yang histeris itu.

Tapi hari ini dia melihat emosi tersebut pada diri Gilang yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Saputra tahu bahwa melawan Gilang sekarang tidak ada gunanya, dia hanya bisa mengatakan fakta mengenai keadaan yang sesungguhnya dengan jujur, "Kita tidak bisa berbuat sesukanya di Selandia Baru seperti layaknya di Semarang, sekarang pasangan Anita adalah Bambang, dia memiliki banyak koneksi di sana, jika Bambang tidak setuju, jika kita tetap ingin mengambil jenazah Anita, maka itu bertentangan dengan hukum setempat."

Gilang dengan meremehkan berkata, "Kukatakan sekali lagi, tidak ada wasiat untuk mendonorkan organ tubuh. Dia masih hidup! Bambang? Huh, dia bisa hidup dengan nyaman di luar, itu dikarenakan dukungan dari keluarganya, bagaimana jika keluarganya hancur?"

Saputra membuka mulutnya, dia terkejut hingga tidak bisa mengatakan sepatah kata pun, hingga saat ini, dia baru menyadari bahwa Gilang bukanlah bertindak atas dasar emosi. Mungkin jika tidak mencapai apa yang dia inginkan maka dia tidak akan berhenti.

Hanya demi Anita yang bercerai dengannya dan telah meninggal, apakah pantas untuk menimbulkan kontradiksi di antara dua keluarga?

Saputra tidak berani berbicara dengan Gilang lagi, takut membuat dia marah dan membuatnya menjadi lebih tidak masuk akal.

Lebih dari sepuluh jam kemudian, Gilang sampai di Selandia Baru dan tanpa istirahat, dia langsung beranjak pergi ke rumah sakit.

Dia mempunyai cara agar Bambang menunggunya, Bambang boleh mencintai Anita hingga dia rela melepaskan karirnya di dalam negeri, tetapi Bambang lahir di keluarganya, walaupun mati juga merupakan hantu keluarganya, bagaimana mungkin dia tidak menjaga keluarganya?

Sebelum Gilang naik ke pesawat, dia menelepon untuk memberitahu Kakek dari keluarga Bambang, dengan suara hangat tapi penuh ancaman, "Kakek Bambang, Bambang membawa pergi istriku, mohon anda untuk memberitahu dia, jika dia lepas tangan, maka aku juga akan melepas tangan, meskipun sulit untuk membuat bangkrut keluarga kalian dalam jangka waktu pendek, tapi membuat keluarga kalian dalam kondisi yang sulit bisa kulakukan, siapa suruh Bambang membawa pergi istriku, hingga membuatku sudah tidak peduli mengenai apapun?"

Ketika Gilang berada di pesawat, berita negatif mengenai keluarga Bambang ada di seluruh pencarian, tidak peduli apakah itu rumah sakit atau industri ritel, tidak ada yang luput tanpa kecuali.

Bambang berdiri di luar rumah sakit, matanya merah dan bengkak, psikologisnya seperti menderita pukulan dan tekanan yang besar, dulunya yang merupakan teman sekelas, sekarang sudah bukan teman lagi, dia menatap dengan pandangan penuh benci pada Gilang, tangannya mengepal, "Mendonasikan organ tubuh adalah wasiat dari Anita, tetapi dikarenakan ulahmu, waktu donasi terbaik sudah terlewatkan!"

"Wasiat?" Gilang tersenyum acuh tak acuh mengatakan, "Jangan mengatakan hal-hal seperti itu, jelas-jelas dia masih hidup, jika organnya disumbangkan, kamu akan datang padaku dan mengatakan bahwa segalanya telah berubah? Kebohongan akan selalu ketahuan pada akhirnya. Huh, bawa aku untuk menemui dia."

Temperamen arogan milik Gilang memicu kemarahan Bambang, emosi yang berbeda dari kedua orang itu, seakan membuat udara di sekitar mereka saling beradu satu sama lain.

Bambang dipaksa oleh tekanan dari keluarganya, dia hanya bisa menghadapi Gilang. Dia berbalik dan mengikuti staf medis menuju ke dalam rumah sakit.

Sepanjang koridor, semakin masuk ke dalam, suasana hati Gilang menjadi lebih berat, koridor yang mereka lewati seakan tiada akhir, semakin lama semakin gelap, kegelapan tidak pernah membuatnya begitu tidak nyaman sebelumnya, "Mengapa tidak menempati ruang rawat inap?"

Dia percaya bahwa Anita ada di rumah sakit, tetapi tampaknya ini bukan tempat yang tepat.

Bambang tiba-tiba berhenti melangkah, ketika dia berhenti suaranya tersendat, "Aku sangat berharap dia dirawat di rumah sakit, jadi setidaknya membuktikan bahwa dia masih ... hidup."

Gilang terus mencoba segala cara untuk mengabaikan perasaan Bambang yang sedih dengan napas yang gemetar itu, dia mengambil napas dalam-dalam, terus mengikuti Bambang dan staf medis ke arah yang tidak diketahui, terus-menerus mengingatkan diri sendiri, si brengsek Bambang, sedang berbohong kepadanya.

Orang yang dicintai Anita adalah dirinya, Gilang, dicintai selama lebih dari sepuluh tahun, dia benar-benar mencintainya, tidak mungkin memiliki anak dengan pria lain.

Kebohongan ini tidak lebih hanya karena Bambang ingin agar dia menyerah.

Di luar kamar mayat, Bambang berhenti.

Berdiri di luar pintu, Gilang melihat kata "Mortuary", nalurinya menolak dengan mengambil napas dalam-dalam, "Di mana dia? Kenapa kamu membawaku ke tempat ini?"

"Di dalam." Air mata Bambang tiba-tiba jatuh, emosi kesedihan itu tidak tertahankan, dia menyender di dinding, dengan kuat tangannya dipaksa untuk menutupi matanya, menutupi dirinya yang terpuruk, "Jika kamu ingin melihatnya baru akan berhenti! Maka masuk dan lihatlah, setelah itu, aku tidak ingin melihatmu lagi dalam hidupku, ini juga merupakan wasiat Anita!"

Gilang mundur selangkah, mencoba untuk pergi ke tempat lain, "Bambang! Jangan bermain denganku!"

Kekuatan fisik Bambang tidak cukup, tetapi dia masih marah pada Gilang! "Aku tidak ingin kamu melihatnya! Karena dia tidak ingin melihatmu! Jika kamu tidak menggunakan keamanan keluargaku untuk memaksaku! Aku tidak akan membiarkanmu mengganggu ketenangannya!"

Gilang bernapas dengan terburu, dia tidak bisa bernafas, dia menarik kerahnya, dengan keras menariknya, satu kancing terlepas, dia merasa bagian dadanya sangat tidak nyaman!

"Aku akan membuatmu tidak bisa bersandiwara lagi!" Gilang menyeringai, melihat ke arah pintu di depannya, di wajahnya menunjukkan kemenangan.

Staf medis meminta mereka untuk mengenakan pakaian, masker dan topi, udara dingin tiba-tiba menyergap, Gilang mengikuti staf dan berjalan masuk.

Di ranjang mayat, kain putih disibakkan, Gilang berdiri di depan wanita pucat yang telah dibekukan, alis yang familiar itu, tahi lalat di dekat alis yang familiar itu, mata yang tenang, hidung yang mancung, mulut itu, bagian mana yang bukan merupakan milik wanita itu?

Dia tertidur dengan tenang.

Semuanya pucat, bahkan bibir yang biasanya berwarna merah ceri juga pucat.

Gilang ingin berbalik dan berlari keluar, tetapi kakinya seakan tertancap seperti akar, memaksanya untuk melihat dengan jelas, semakin dia melihat dengan jelas, semakin sulit untuk bernafas.

Tubuhnya terasa dingin, ketika dia meletakkan jarinya di lubang hidung wanita itu, dia menolak untuk menjauhkannya.

Dia mengatakan dalam hatinya, bahwa dia hanya berpura-pura, dia tidak akan membiarkannya, kali ini dia harus membawanya pulang kembali!

Tapi setelah dua menit, tiga menit, tidak ada nafas sama sekali, orang normal tidak mungkin bisa bertahan lama tanpa bernafas, dia merasa kian terpuruk seiring berjalannya waktu, tangannya menyentuh wajah dingin wanita itu, kedua tangannya yang gemetar memeluk kepala wanita itu, dia tidak pernah merasa sedemikian terpuruk, bahkan ketika dia melihat surat-surat itu, walaupun sakit tapi dia bisa menahannya.

Tetapi pada saat ini, air mata di sudut matanya meluncur turun, wajahnya menempel di wajah wanita itu, suara yang dikeluarkan bergetar dan penuh kesedihan!

"Anita, Anita, jangan memainkan drama yang pahit seperti ini, OK? Aku akan bersikap baik kepadamu, aku akan mengikuti maumu, pulanglah denganku, di sini terlalu dingin! Terlalu dingin! Bisa menjadi sakit!"

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu