Love In Sunset - BAB 47 BERKUMPUL

“Christine!” Vincent membuka matanya perlahan-lahan, sambil menahan rasa sakitnya, memberontak untuk bangkit dari dinginnya lantai.

Menatap orang yang ada dihadapannya, tatapan Christine tiba-tiba menjadi menegang, kebahagiaan yang tidak dapat dikendalikannya mencuat keluar dari hatinya, air matanya mulai turun perlahan-lahan, seketika berubah menjadi mengalir begitu deras dari matanya, dan air matanya kali ini adalah air mata kebahagiaan.

Dia benar-benar tidak meninggal! Dia baik-baik saja. Terima kasih, Tuhan.

Dia setengah menegakkan tubuhnya, bertumpu pada kedua lututnya, dengan cepat bergerak kearah Vincent. Kerikil-kerikil kecil yang berada ditanah melukai kedua lututnya, karena dia hanya mengenakan pakaian dengan bahan yang tipis, dia juga tidak mempedulikannya. Rasa sakit ini tidak sebanding dengan rasa sakit ketika dia kehilangan prianya itu.

Dia mengulurkan tangannya yang bergetar untuk memeluk tubuh pria itu dengan erat: “Vincent, kamu tidak meninggal, kamu masih hidup, syukurlah, terima kasih,karena kamu masih hidup.”

Rasa kehilangan yang kemudian menemukan kembali menjadi kebahagiaan yang memenuhi setiap sudut tubuhnya, tubuhnya yang kurus bergetar.

Kejutan yang sama mengejutkan seluruh sistem saraf ditubuh Vincent, dia membalas pelukan Christine, memeluk dengan erat seperti sedang memeluk sebuah harta yang sangat berharga: “Bodoh, aku tidak meninggal, aku juga tidak akan mengijinkanmu untuk melakukan hal bodoh lagi.”

Pria itu benar-benar baru saja jatuh pingsan, namun dia dapat mendengar semua perkataan wanita itu, setiap kalimat itu membawa darah dan air mata pengakuan seperti sebuah pisau tajam yang membelah hatinya, dia takut jika wanita itu akan berpikir pendek.

Dia ingin menghentikan wanita itu, hanya aja dia terjebak didalam kegelapan, tidak dapat membebaskan dirinya, dia terus memberontak dalam kegelapannya. Membenci ketidak berdayaannya sendiri.

Namun Tuhan masih memedulinya, membuatnya kembali memiliki wanita yang dicintainya.

“Tidak akan, asalkan kamu berada disisiku, aku berjanji, aku tidak akan melakukan hal bodoh, Vincent, selamanya jangan..........”

“Tidak akan, aku janji, aku tidak akan meninggalkanmu seumur hidup ini..........” aku akan menggunakan sisa hidupku untuk membayarmu.

Belum selesai Christine menyelesaikan ucapannya, bibir Vincent yang bergetar telah mendarat, mendarat diatas bibirnya yang sedikit dingin.

Rasa hangat dari bibirnya perlahan-lahan menghangatkan bibirnya yang sedikit dingin, menghilangkan rasa menggigil pada tubuhnya. Detik ini, dia merasa sangat puas seperti telah memiliki seluruh dunia. Ini adalah dunianya, dia sekuat tenaga tidak akan melepaskan lagi.

“Zayn, kemarilah.” Christine melambaikan tangannya memanggil pria kecil yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Dengan mata memerah pria kecil itu melangkahkan kaki kecilnya berlari kembali: “Mama!”

Mata Christine memerah, mengulurkan tangannya memegang pria kecil itu: “Zayn, panggil papa.”

Pria kecil itu mengangkat kepalanya menatap Vincent, sepasang mata hitam yang besar menunjukkan tatapan yang sulit diartikan.

Terdapat ketidak tenangan, terdapat ketakutan, perubahan yang terjadi sebelumnya membuat pria kecil itu kebingungan. Tentu saja diantara tatapan itu terdapat rasa kebahagiaan yang lebih besar, ayah yang begitu dirindukannya sekarang berada dihadapannya.

Dia bukan lagi seorang anak yatim, bukan lagi seorang anak haram yang tidak diinginkan, dia telah memiliki ayah, memiliki ibu.

Vincent ingin menunjukkan senyumannya pada pria kecil itu, namun hanya dengan gerakan kecil saja terasa sangat menyakitkan pada luka yang terdapat diwajahnya, senyumannya terlihat sedikit mengerikan: “Maafkan aku, Zayn, penampilan papa saat ini pasti menakutimu bukan?”

Hanya dengan sebuah kalimat ringan, seketika mencairkan hati Zayn yang merasa begitu asing.

Pria kecil itu menganggukkan kepalanya, mengulurkan tanggannya yang gempal, menyentuh wajahnya dengan perlahan: “Papa, kamu pasti sangat kesakitan, Zayn akan membantumu meniupnya, ketika Zayn terluka, Mama juga akan melakukan ini pada Zayn.”

Pria kecil itu, memajukan bibirnya, meniup dengan pelan diatas wajah Vincent: “Papa, apakah sekarang sudah lebih baik?”

“Anak baik, papa sekarang sudah jauh lebih baik, papa tidak sakit sedikitpun.” Vincent memeluk dengan erat tubuh kecil dan lemah itu.

Perasaan yang tidak pernah ada perlahan-lahan muncul dalam hatinya, darah lebih kental dari air, perasaan pada darah dagingnya, tidak dapat digambarkan.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu