Love In Sunset - BAB 11 LEPASKAN!

“Christine!”

Vincent ketika melihat anak yang jatuh ke bawah, buru buru mengejarnya, sebelum Vincent berhasil menangkap anak itu, dari ujung matanya ia melihat Christine juga tengah mengejar dan ikut loncat ke bawah.

Ia mengerakkan seluruh tenaga yang ia punya, membungkukkan badannya ke bawah, lalu dengan sekuat tenaga menggenggam pergelangan tangan Christine yang berhasil ia tangkap.

Setengah badannya sudah menggantung di bagian luar gedung, salah satu tangannya menggenggam erat tiang pagar gedung, urat ditangannya yang kokoh mulai mengencang, aliran darah yang mengalir berlawanan arah membuat kedua matanya memerah.

Melihat tubuh Christine yang kurus dan lemah terayun-ayun oleh angin, kelima jarinya semakin penuh tenaga mengenggam erat pergelangan tangan Christine.

Christine mendengar suara Vincent dengan perasaan yang cemas mendongakkan kepalanya, ia memandang Vincent dengan tatapan kosong, air mata dari kedua matanya menetes tak terkendali.

Tangannya sangat sakit, sakit seperti hendak terlepas dari bahunya, tapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan jantungnya yang saat ini berdegup begitu kencang.

Bibirnya yang pucat gemetaran, “Zayn, Zayn dia jatuh ke bawah, aku mau menyelamatkannya.”

Dia masih kecil, dia masih belum tahu kalau dia punya ibu.

Vincent menggertakan giginya, seluruh otot badannya mengencang, ia tak berani lengah walau sedetikpun. Walaupun badan Christine begitu ringan, tapi saat ini, Vincent kehabisan tenaga, tangannya seperti tengah menahan bobot yang begitu berat dan dengan cepat ia juga ikut tertarik jatuh ke bawah.

Untungnya polisi merespon dengan cepat, beberapa dari mereka menarik kaki Vincent, lalu yang lainnya saling merangkul menangkap pinggang Vincent, mereka dengan menarik nafas panjang menarik Vincent dan Christine kembali ke atas.

Saat jatuh ke bawah, perasaan Christine tidak takut sedikitpun, ia malah merasakan bahagia karena dapat berkumpul dengan Zayn. 12 lantai, anak yang jatuh dari 12 lantai bagaimana mungkin tidak apa-apa? Lagi pula, ia tidak mendengar suara tangis Zayn!

Hanya ketika tubuh Christine secara tiba-tiba tertarik ke atas, membuat jalannya dan Zayn untuk bersama terputus, Christine berusaha berdiri, “Vincent, lepaskan aku, aku ingin mencari Zayn.”

Vincent melepaskan satu tangannya yang mengenggam tiang pagar, berniat dua tangan menangkap Christine. Dia tidak akan membiarkan Christine mati, apalagi mati bersama anak yang ia lahirkan dengan pria lain.

Ia menggertakkan giginya, ingin rasanya menampar wanita yang pernah melukainya ini agar ia sadar.

Matanya yang memerah menatap tajam Christine, keringat yang jumlahnya tidak sedikit tetes demi tetes membasahi wajah Christine yang pucat dan terlihat putus asa. Suara Vincent diluar ekspetasi begitu lembut, “Kamu dengar aku, kamu tenang saja...anak...dia tidak apa-apa, dibawah ada rumput, permukaan tanah sangat lembut, tulang anak juga lembut, lukanya tidak akan parah, mungkin hanya pingsan. Christine, dengar kataku, jangan bergerak.”

Air keringat yang kelap-kelip mengenai dada Christine, hatinya terasa begetar!

Vincent, kamu juga masih peduli terhadap aku, kan?

Perasaan yang tidak jelas apa namanya, perasaan itu membawa luka dihati Christine, dan perasaan itu mulai memenuhi hati Christine.

Tapi dia tahu semua kenyataan ini untuk apa, anak mereka sudah mati, ia harus bagaimana menghadapi Vincent, bibirnya membentuk senyum yang penuh kesedihan, air matanya jatuh semakin deras.

Ia dengan sekuat tenaga membuka mata, tapi didepannya tidak ada cahaya sedikitpun, tubuhnya yang lemah berdiri di pinggir terayun angin, angin sepoi menerbangkan beberapa helai rambutnya, “Aku bersalah pada Zayn!”

Ketika terpikir Zayn, Christine dengan penuh kepedihan menutup matanya, hatinya seperti terbelah oleh pedang yang tajam, hatinya yang awalnya sudah cacat kini seperti telah hancur berkeping-keping.

Dia masih sangat kecil, dia masih belum pernah memanggil Christine ibu, masih belum pernah melihat ke aneka ragaman dunia, kalau saja Christine tidak...

Hanya dengan mati, Christine baru mampu menebus kesalahannya pada Zayn.

“Aku tarik kamu ke atas dulu, anak tidak apa-apa, dokter sudah datang.” Suara Vincent begitu tenang masuk ke telinga Christine, membuat Christine tenang.

Vincent melihat Christine yang mulai tenang, melanjutkan perkataannya,“Selagi merasa menyesal, setelah ini hiduplah baik-baik, jaga anak itu baik-baik, buat anak itu rasakan kehangatan cinta dari seorang ibu.”

“Dia...Benar masih hidup?” Suara Christine gemetaran, tangannya yang penuh bekas luka memegang tangan Vincent, saat ini dia tidak ingin melepaskan kehangatan dari Vincent.

“Iya, percaya padaku, dia masih hidup, dia tidak akan kenapa-kenapa.” Vincent menggenggam kuat tangan Christine.

Permukaan tangga yang rusak telah sedari tadi melukai tangan Vincent, darah segar mengalir deras dari tangannya,darah juga telah menyebar hingga ke dalam tulang sendinya.

Dia tidak merasakan sakit, seluruh isi matanya menunjukkan kekhawatirannya pada Christine juga tekadnya yang begitu bulat ingin menyelamatkan Christine. Padahal dia sangat jelas kalau dia membenci Christine, dia juga begitu menginginkan Christine mati, tapi saat ini, tidak ada satu orang pun di bandingnya yang ingin Christine hidup dengan baik.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu