Love In Sunset - BAB 16 MATI

Vincent melihat suci yang tampak ketakutan, dia menggenggam tangan Suci lalu tiba-tiba melepaskannya.

Dia kesulitan untuk menutup matanya yang bengkak, saat membuka mata. "mati? perempuan itu tidak mungkin mati semudah itu."

Begitu licik, begitu menjijikkan, demi uang ia rela meninggalkan orang lain. bagaimana mungkin dia mati semudah itu? dia tidak percaya!

"Christine, aku tidak akan membiarkanmu mati, kalau kamu berani, coba tunjukkan kalau kamu sudah mati."

Dia menarik jarum infus di lengannya, membuka perban di dahinya. meloncat turun dari tempat tidur, tidak sempat mengenakan sepatu, dia bergegas keluar kamar rawat dengan bertelanjang kaki.

"Vincent kamu mau pergi kemana, kembali, lukamu masih belum sembuh." melihat sosok Vincent yang terburu-buru pergi, Suci menghapus air matanya, bibirnya melengkung kaku.

"dokter, bagaimana keadaan wanita itu? juga keparat itu, mereka semua baik-baik saja bukan?"

Di dalam ruangan dokter, Vincent menyambar kerah seorang dokter. Matanya melotot, bola matanya memerah, luka memar di wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa marah di wajahnya.

Dendamnya belum terbalaskan, bagaimana bisa dia mati?

Dia putus asa.

"mohon maaf , Tuan Vincent, kami sudah berusaha sekuat tenaga. kami juga amat sangat menyesal dengan ini." dokter berbicara sambil membenarkan posisi kacamatanya yang sudah melorot sampai hidung.

"mati?"

Tubuh Vincent menjadi sedikit kaku, dalam sekejap, seakan ada sesuatu yang misterius mengambil jiwanya pergi.

"mati! wanita sial itu sudah mati?"

Dia melepaskan cengkeramannya, dokter yang telah lepas dari Vincent mundur beberapa langkah.

"Tuan Vincent, luka Anda juga cukup parah, Anda harus banyak beristirahat, saya turut berduka."

Dokter pun khawatir, dia seperti tidak mendengar apapun, tidak melihat apapun, di matanya, dunia bagai kehilangan warna, semua abu-abu.

Bertahun-tahun, dia hidup dengan kesulitan, kalau bukan membencinya, tidak akan dia menahannya sampai sekarang.

Sekarang ada seseorang yang mengambil rasa bencinya, dia tidak sebaiknya mati!

Berbalik badan, dan otomatis bergerak. luka di kepalanya akibat dia membuka paksa perbannya tadi kembali terbuka, darah segar mengucur deras dari kepalanya.

Cairan terus mengucur dari tulang alisnya yang indah, turun jatuh ke bulu matanya yang panjang. seketika dunia menyerupai neraka.

Wanita itu, ketika dia pergi, bukankah memiliki pemandangan yang sama?

Hatinya tiba-tiba menjadi kosong, kosong sampai sudah mati rasa, tak ada respon.

Dia seperti sebuah boneka yang tak bernyawa, terbawa oleh takdir, selangkah demi selangkah, sangat susah untuk berjalan ke depan.

Di koridor rumah sakit yang panjang dan sempit, orang kesana kemari. Orang-orang di koridor yang melihatnya menyingkir membuka jalan agar ia bisa lewat. Dia tak menyangka, selain pernapasannya yang tersengal, dia seperti hilang kontak dengan dunia ini.

“Vincent, kamu ini kenapa? Lukamu terbuka, keluar banyak darah.” Suci datang dari kamar rawat, suaranya bergetar.

“Vincent, orang yang sudah meninggal tidak mungkin hidup kembali. Meninggal ya sudah meninggal, kita yang masih hidup harus hidup dengan baik.”

Suci menggunakan sapu tangan di tangannya dengan hati-hati menghapus darah dari pelipis Vincent. Vincent meluruskan sendi di tangannya, dan menolak Suci.

Hatinya telah mati, masih takut karena darah mengucur, masih takut sakitkah?

Vincent tidak bicara sepatah katapun, dia langsung berjalan pergi menuju kamar rawat.

Saat Suci datang ke kamar rawat bersama dokter, Vincent diam berbaring di tempat tidur, darah di dahinya terus mengucur, membuat noda merah di sarung bantalnya yang berwarna putih.

Warna merah darah yang mencolok membuat dokter yang bertugas cepat bergerak. Dokter sibuk membantu masang perban Vincent.

Dokter memegang kapas alkohol, belum sampai menyentuh Vincent, Vincent sudah menangkasnya dengan tangannya yang besar, tiba-tiba ia beranjak dari tempat tidur, tangannya tetap menolak dokter: “aku baik-baik saja, aku tidak butuh kalian.”

“Tuan Vincent, luka Anda sangat parah, jika infeksi tidak bisa dibayangkan konsekuensinya.” Dokter yang bertugas khawatir bergidik ngeri.

Vincent membalik badan menghadap ke arah dokter yang bertugas, bola matanya memerah: “tidak bisa dibayangkan konsekuensinya? Kalian jelas-jelas tahu konsekuensinya, mengapa tidak menolong wanita itu. Hutang-hutangnya padaku belum terbayar lunas, kalian malah membiarkannya mati? Dasar kalian kelompok dukun!”

Vincent mengangkat tangannya dan meninju wajah dokter yang bertugas.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu