Love In Sunset - BAB 14 MEMORI

Suara mobil ambulan yang memekakkan telinga memecah di udara, ambulan bak anak panah yang menerobos satu persatu lampu merah di jalan raya.

Mobil Vincent berada tepat di belakang ambulan, tangannya yang mulai memucat memegang erat kemudi stir. matanya memerah, menatap lurus ke depan, mengikuti arah kemana ambulan pergi. ketika mengingat bagaimana Yuda tega menyakiti Christine hingga seperti ini, rasanya ingin sekali ia habisi Yuda detik ini juga, ingin rasanya menyobek-nyobek badan Yuda hingga tak berbentuk.

“Haris, bantu aku periksa Yuda, apakah dia benar-benar gila atau pura-pura gila.” Vincent menelpon manajernya, setiap kata yang dikeluarkan dari mulutnya penuh dengan penekanan.

Ia telah memutuskan, walaupun Yuda benar-benar memiliki gangguan mental, ia tetap ingin Yuda membayar atas segala luka dan siksaan yang di perbuatnya pada Christine.

“Vincent, aku cinta padamu!” Telinganya tiba-tiba mendengar suara halus Christine. Hatinya bergetar lalu seketika terbelah.

Wajah Christine yang pucat, kedua tangan yang penuh luka, badan yang berjalan terhuyung-huyung, juga matanya yang jelas buta namun memiliki bola mata yang hidup tiba-tiba muncul di depan mata Vincent.

Gambaran selanjutnya berubah menjadi sebuah pedang yang tajam, pedang itu seolah menusuk jantung Vincent, membuatnya susah bernafas.

“Christine, hutangmu padaku masih ada yang belum terhitung, berani mati di depanku, kau lihat saja!”

Vincent dengan marah memencet klakson berkali-kali, ditengah kebisingan suara ambulan ia menginjak gas mengejar mengikuti ambulan yang berada di depannya.

Didalam perpustakaan yang luas, cahaya matahari yang terang masuk melalui jendela perpustakaan, cahaya kemudian jatuh di kemeja putih seorang wanita.

Ia menguncir rambutnya seperti ekor kuda, dan rambut bawahnya yang berwarna hitam terlihat seperti tinta hitam. ia bersandar pada meja, menggunakan satu tangannya yang kurus dan putih menahan kepalanya, sesekali melihat pria yang duduk di depannya.

“Kamu gak lihat buku, tapi lihat aku, kamu sebenarnya mau apa?”

Pria didepannya juga mengenakan kemeja putih, rambut pendeknya hitam seperti tinta, bola matanya seperti menyimpan bintang memandang wajah cantik wanita yang ada di depannya.

“Karena, dibanding buku--kamu lebih menarik.”

Wanita didepannya dengan polos menjawab, matanya seperti ikut tersenyum membentuk bulan sabit.

Wajah pria tanpa sadar memerah.

“Wajah pria sedingin gunung es juga bisa memerah, bisa langsung melihatnya sungguh suatu pengalaman yang amat langka!” Suara tawa wanita itu semakin besar, mengundang sorot mata pengunjung perpustakaan lainnya.

Pria itu mengangkat satu jari telunjuk ke depan mulutnya menegur wanita di depannya untuk menjaga suaranya, wanita di depannya dengan gerakan mulutnya tanpa bersuara mengucapkan: “Maaf!”

Lalu melanjutkan dengan mengangkat kepalanya menatap si pria: “Kita gak usah lihat buku lagi ya, diluar banyak buah ceri dan pemandangannya sangat indah.” ia dengan suara pelan berkata, dengan mata penuh harap memandang si pria.

“Sebentar lagi sudah mau ujian.”kedua alis mata pria saling menyatu.

“Orang pintar sepertimu, pasti sangat mudah mengerjakan soal ujian seperti ini. Kalau kamu tidak mau menemaniku pergi, aku akan tetap tertawa terbahak-bahak disini.” Suara wanita itu penuh dengan ancaman, nada suaranya tanpa ia sadari meninggi beberapa oktaf, dan lagi-lagi mengundang sorot mata para pengunjung perpustakaan.

Alis pria itu mengernyit, sorot matanya gelap, tidak mudah menebak apa arti dari sorotan matanya.

“Karena kamu diam saja berarti kamu mau menemaniku pergi.” Tangan wanita yang kecil menarik tangan pria pergi.

Vincent seperti merasakan tangan Christine yang dingin, hatinya tiba-tiba bergetar, dari lubuk hatinya yang dalam seperti terdapat luka yang terus mengeluarkan cairan, dari luar terdengar suara rintihan kesakitan para orang yang terluka.

Tangan Vincent yang memegang erat kemudi tanpa sadar menarik kembali kemudi, sendi tangannya memucat.

...

“Vincent, cepat kesini, cepat kesini, ini lihat aku sudah menyiapkan makan siang spesial untuk kamu.” Tempat makan yang berwarna pink kebiruan, kedua tangannya menggenggam erat tempat makan kemudian menyerahkannya pada Vincent, bola matanya bersinar begitu indah dan terlihat mempesona.

“Ini adalah pertama kalinya aku memasak, coba cicip.”

Tutup tempat makan dibuka, dan mata Vincent langsung melihat semua masakan yang sudah gosong. Nasi yang gosong, ditambah telur dan sosis yang juga gosong, dan tidak ada sayuran atau daging lainnya.

Wajah ganteng Vincent membisu, tangan satunya yang berniat mencicipi makanan berhenti di atas makanan.

“Terkejut tidak? Pasti tidak menduga kan?”

Melihat wajah Christine yang sedang berharap, juga dari 10 jarinya 5 jarinya sudah terluka dan diplester, Vincent tanpa mengernyitkan dahinya menelan makanan yang sudah gosong.

Rasa makanan benar benar-susah di jelaskan, susah di jelaskan hingga ia takkan melupakan rasa itu untuk seumur hidupnya.

“Vincent, menurutmu, apakah setiap manusia yang mati akan mempunyai kehidupan selanjutnya?” Dibawah cahaya matahari yang menakjubkan, wajahnya terlihat pucat.

“Jika ada kehidupan selanjutnya, kita berdua jadi sepasang burung camar laut ya?” Christine menarik baju kemeja Vincent, dengan penuh harap menatap Vincent, sorot matanya terlihat sedih, sedih yang tak bisa diartikan.

“Mengapa burung camar laut?” Vincent membuka mulut, wajahnya yang ganteng terlihat dingin.

“Karena burung camar laut adalah burung yang paling setia, seumur hidupnya mereka hanya punya satu pasangan. Jika dari salah satu mereka mati duluan, satu pasangannya akan terbang memutar diatas laut memanggil pasangannya untuk kembali, ia akan terus terbang hingga tak bertenaga lalu jatuh ke laut dan mati!”

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu