Love In Sunset - BAB 38 PENGAKUAN

Saat ini, Jason menutup dadanya, bangkit dari tempat duduknya, dengan bantuan asistennya dia berjalan ke podium dengan gemetaran, saat ini dia bukan lagi seorang pria sukses kaya dikota Z yang penuh dengan semangat, hanya saja seketika, dia terlihat menua belasan tahun, tubuhnya bergemetaran, menangis hingga tersedak, seperti lilin yang tertiup angin: “Semua ini adalah salahku, Yuda, Vincent, selama ini akulah yang bersalah. Aku.........., karena aku yang tidak pernah puas jatuh cinta kepada Celyn, akulah yang telah melanggar janjian saling melindungi seumur hidup dengan Mira.

Yuda, akulah penyebab dari penyakit yang diderita oleh ibumu, karena aku yang ingin menceraikannya, membuatnya menjadi begitu sedih, sehingga dia tanpa pikir panjang memutuskan untuk lompat dari gedung yang tinggi. Akulah pembunuhnya, semua ini tidak ada hubungannya dengan Celyn dan Vincent, kalian berdua tidak bersalah, anggap saja aku sedang memohon dengan kalian, kalian jangan bertengkar lagi. Vincent, tidak peduli bagaimanapun, Yuda tetaplah kakakmu. Kumohon lepaskan Yuda, lepaskan semuanya. Kebencian yang tertanam dihati kalian, limpahkanlah kepadaku.

Dia menatap Vincent, wajahya penuh dengan air mata yang terus mengalir, matanya yang buram menyaratkan harapan yang begitu besar. Selama puluhan tahun bisnisnya berjalan, Jason tidak pernah sekalipun menundukkan kepalanya kepada siapapun,kali ini, dia dengan terpaksa mengakui kesalahan kepada anak kandungnya sendiri.

Tidak pernah terpikirkan olehnya, perasaannya saat itu yang begitu membara, ternyata membawa akhir yang tragis seperti ini, dia telah kehilangan dua wanita yang sangat mencintainya, bahkan membuat putra mereka bertengkar dengan hebat. Seandainya bisa, dia bersedia menukarkan nyawanya untuk membayar semua kesalahan.

Vincent menatap pria tua itu dengan begitu dingin, dia dengan dingin melekukkan bibirnya, senyuman dibibirnya sarat akan kekejaman: “Sekarang kamu baru berpikir untuk memohon padaku, itu sudah terlambat! Aku adalah orang yang pendendam, berani melukai orang yang berada disisiku, sama dengan dia telah melukai seluruh anggota keluarganya.”

“Hahaha, hahaha!” sebelum suara Vincent berhenti mengakhiri ucapannya, terdengar suara Yuda terbahak, dengan suara tawanya yang mengerikan, dia berjalan kearah karangan bunga. Dengan mata merahnya dia berjalan mendekati Vincent. Dia mendekati telinga Vincent, menggertakan giginya: “Vincent, bagaimana jika seandainya Christine dan si brengsek itu tidak meninggal?”

Suara Yuda begitu rendah, hanya mereka berdua yang dapat mendengar suaranya, namun hatinya seperti dipukul dengan keras oleh sebuah palu.

Mata Vincent menegang seketika, menatap pria yang ada dihadapannya: “Tidak mungkin!”

Suaranya menjadi parau, jantungnya seketika berdetak cepat tanpa alasan. Dia tidak berani membayangkan, tidak berani mempercayai, takut bahwa ini hanyalah sebuah gelembung yang indah, yang akan pecah jika disentuh.

Jika seperti itu, bagaimana dia menghadapi penyiksaan yang membuatnya lebih memilih mati daripada hidup.

“Kalau begitu kamu lihat apa ini?” Yuda mengeluarkan handphonenya, memutar sebuah video, menggenggam layar dengan erat, mengarahkan kedepan wajah Vincent. Dengan ekspresi wajah yang begitu puas.

Setiap pergerakan yang ada dalam video tersebut semuanya adalah gambar Christine dan Zayn yang sedang bersama. Mereka terlihat begitu bahagia, terlihat begitu nyata. Mata Christine juga telah sembuh, dia dapat melihat cahaya yang sebenarnya dari matanya yang indah.

Mata Vincent menegang, matanya seketika menjadi basah, dia sulit mempercayai kedua matanya yang menatap dengan lebar, dia mengulurkan tangannya merebut handphone Yuda.

Yuda tersenyum dingin, menyimpan kembali handphonenya: “Ini adalah benda milikku, kenapa aku harus memberikannya padamu?”

“Dimana mereka berada? Cepat beritahu aku, dimana kamu menyembunyikan mereka?” dengan tatapan membunuhnya, Vincent mengulurkan tangan putih pucatnya, mencengkram bahu Yuda dengan kuat.

Bibir Yuda tersenyum dengan mengerikan: “Asalkan kamu berani pergi denganku, aku akan membawamu kesana.”

“Baik, aku akan pergi denganmu.”

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu