Love In Sunset - BAB 27 LAMARAN
“Mengapa, Christine, mengapa bisa seperti ini?”
Dia telah membencinya selama bertahun-tahun,
Dan bagaimanapun dia tetap akan salah memahami perasaan yang mendalam ini. Dia menyiksa diri sendiri, menyiksa orang yang dia cintai, mengecewakan orang yang mencintainya.
Maaf, Christine, tetapi apa yang gunanya aku mengatakannya sekarang.
Dia ingin mengambil ponsel, tetapi tidak bisa mengapainya, suara ponsel yang terjatuh di lantai, dan pecah berhancur-hancur.
Suara ledakan yang memcahkan kesunyian yang dingin, membangunkannya, dia bergegas keluar dari kamar seperti orang gila, menendang untuk membuka pintu.
Di dalam ruangan itu tiba-tiba mengangkat kepalanya, sampai di saat belum tahu apa yang terjadi, Vincent yang dari awal sudah berada disana, dia menarik kerah Henry: “Mengapa, mengapa berbuat begitu terhadap Christine, dia adalah putri kandung kalian. Kalian berbuat beigut terhadap dia, sungguh tidak berperikemanusiaan”
Dia marah dan tampak begitu menakutkan dan ganas.
Henry mendongkak kepadanya dengan tatapan sedih pada Vincent, ketika melihat wajahnya yang marah, tiba-tiba tegang dan berkata: “Vincent, maaf”
“Apa gunanya mengatakan maaf sekarang, seharusnya, kamu turun ke bawah meminta maaf kepada Christine.”
Kekejaman Vincent memancarkan kemarahan yang tidak terkendali, dan memancarkan suasa ingin membunuh.
Dia selalu memiliki fajar yang dingin, dan saat ini dia membakar api neraka, dan nyala api yang tidak sabar untuk melahap, membuatnya menjadi abu, tangan besarnya mencekik leher Henry, bergetar dan terus menerus menambah tenaga.
Henry memegang kepalanya, dengan bersamaan fajar menjadi terang, dia tidak memberontak, seperti orang yang menunggu persidangan takdir.
Lucy menarik lengan VincentL “Vincent, lepaskan tanganmu, lepaskan. Kami tahu kematian Christine bagi kamu merupakan tekanan yang besar, tetapi kami juga sama sakitnya denganmu, kami adalah orangtuanya, bersusah payah membesarkannya sampai dewasa, kami juga ingin melihatnya bahagia…..”
Benar, mendapat orang tua seperti ini, bertemu dengan pacar brengsek seperti ini, mungkin kematian ini, adalah kebahagiaan yang sejati.
Itu seperti sesuatu yang menggali sepotong daging di hatinya, disertai dengan rasa sakit yang sulit di tahan, hati yang tiba-tiba kosong.
Jiwanya juga seperti pergi bersama Christine. Tangan putihnya dengan tidak bertenaganya jatuh lemah, tiba-tiba dia berbalik, dan meninggalkan ruangan kedai teh ini.
Henry kehilangan rasa malunya, dengan langkah tidak seimbang duduk di atas kursi, Lucy yang bergegas mendekat, memeluknya: ”Henry, kamu tidak apa-apa, kan?”
Henry menggelengkan kepala, mengulurkan tangannya untuk mengeringkan air mata Lucy: “Lucy, jangan nagis, kita tidak pantas menjadi orang tua, kita tidak berhak untuk menangis.”
“Tuan Henry, Nyonya Lucy, kalian masih harus pergi bersamaku.” Seorang pria misterius itu melangkah maju dan mengelurkan tangan, memberi isyarat kepada pasangan itu.
Senja, kuburan.
Matahari yang sekarat berjuang di balik awan yang besar, dengan sekuat tenaga menutup awan ang tebal. Hanya awan gelap berkumpul terlalu cepat, dan Cahaya redup di telan dalam sekejap.
Vincent berdiri di tengah dua batu nisan, dan Jas hitam yang awalnya sudah kusut.
Rambut hitam, sepasang mata yang gelap, wajah kusam tampaknya menyatu dengan
Tangan putihnya menyentuh foto Christine di tablet, dan kecerahan di antara cahaya yang merusak matanya.
Jantung yang seperti jatuh ke dalam cakar besar, merobek hatinya menjadi dua bagian.
Tulang-tulang tangannya yang besar, beberapa cairan asin yang tampaknya meluap keluar.
Dia mengambil napas dalam-dalam, sedikit mengangkat kepala, memaksa air mata kesedihan untuk mengalir.
“Christine, Mengapa, mengapa kamu begitu bodoh?” Tidak ada yang menjawab pertanyaannya, hanya suara gemuruh yang terus menerus.
“aku sama sekali tidak layak untuk kamu berbuat begitu.”
Petir yang kuat menyambar seperti merobek langit, tetesan air hujan yang jatuh, berjatuhan di batu-batu di atas tanah, menyentuh wajah kelabunya.
Dia menggerakkan bibirnya sedikit, menghela napas di bibir, menunddukkan kepalanya, membiarkan air matanya bercampur dengan tetesan hujan.
“Christine, ternyata sama seperti yang aku inginkan, aku tidak akan melupakan orang yang pernah menyakitiku, satu pun tidak akan…..”
Termasuk aku sendiri! Aku adalah orang yang paling menyakitimu.
Dia hampir tidak memaksakan air mata di matanya dan tangan besar dengan sendi yang jelas tampak pada wajahnya.
Ketika jatuh ke tangan,kesedihan di wajahnya sudah digantikan oleh kekejaman, dia menjilat bibirnya, bibirnya terangkat dengan lengkungan dingin, seperti raksasa yang kembali dari neraka.
Novel Terkait
1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaThe Great Guy
Vivi HuangPrecious Moment
Louise LeeCinta Yang Dalam
Kim YongyiTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelHanya Kamu Hidupku
RenataCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoSi Menantu Buta
DeddyLove In Sunset×
- BAB 1 APAKAH KAMU TIDAK BISA MENGENALIKU?
- BAB 2 TERYATA SUNGGUH KOTOR!
- BAB 3 TAMU
- BAB 4 MENGHANCURKAN DIA
- BAB 5 KEDUA TANGAN YANG RUSAK
- BAB 6 MEMIJAT TAMU
- BAB 7 PUTRA
- BAB 8 KEASLIAN DNA
- BAB 9 Mengantar Anak Keluar Negeri
- BAB 10 MATILAH KAU! ANAK HARAM!
- BAB 11 LEPASKAN!
- BAB 12 Memohon Kematian
- BAB 13 PERGI
- BAB 14 MEMORI
- BAB 15 TIDAK BOLEH
- BAB 16 MATI
- Bab 17 BATU NISAN
- BAB 18 KEBENARAN
- Bab 19 KAKI TANGAN
- BAB 20 KEBOHONGAN
- BAB 21 KONSPIRASI
- BAB 22 KEBENCIAN YANG MENDALAM
- BAB 23 RACIKAN OBAT
- BAB 24 UMPAN
- BAB 25 TRANSAKSI
- BAB 26 RAHASIA
- BAB 27 LAMARAN
- BAB 28 TUJUAN
- BAB 29 MULAI...
- BAB 30 TOLONG
- BAB 31 KEPERCAYAAMN
- BAB 32 KEJUTAN
- BAB 33 PERNIKAHAN
- Bab 34 BALAS DENDAM
- BAB 35 MEMBATALKAN PERNIKAHAN
- BAB 36 MENJIJIKKAN
- BAB 37 ORANG GILA
- BAB 38 PENGAKUAN
- BAB 39 TERLAHIR KEMBALI
- BAB 40 MEMBANTUNYA UNTUK MENCAPAI TUJUANNYA
- BAB 41 TERIMA KASIH
- BAB 42 MELEPASKAN
- BAB 43 SEHARUSNYA TIDAK
- BAB 44 JANGAN MENANGIS
- BAB 45 AYAH
- BAB 46 BERANI KAMU!
- BAB 47 BERKUMPUL
- BAB 48 BERSATU KEMBALI
- BAB 49 AKHIR YANG INDAH