Love And War - Bab 9 Menguasai

“Aku...”

Jovian Zheng melihatnya yang meringkuk seperti anak kucing, tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih pergelangan kakinya.

Helen Guan menjerit, dan tubuhnya dipaksa untuk terbuka. Tubuh kokoh lelaki itu menimpanya, dan suara Jovian Zheng terdengar di telinganya, “Bicaralah! Kenapa!”

Wajah wanita itu ketakutan dan giginya gemetar. Keheningannya membuat Jovian Zheng semakin yakin dengan tebakannya, “Apakah karena kamu merasa berhutang? Maggie, jadi kamu menggunakan tubuhmu untuk melunasi hutang?”

Helen Guan merasa kalau tubuh yang menutupi dirinya ini sangat kuat dan sangat berbahaya, dia tidak begitu mengerti darimana datangnya kemarahan Jovian Zheng dan dia bahkan terus meneriaki nama orang lain di depannya.

Tetapi setiap kata dari kata-katanya itu secara langsung menusuk titik sakit dari ingatannya.

Dia tidak bisa menjawab sama sekali, karena faktanya memang seperti itu, dia benar-benar menikah dengan Wilson Qi dengan niat untuk membayar hutangnya.

Mahasiswi terkenal yang dingin dan sombong memilih menikah dengan seorang gangster yang bahkan tidak lulus SMA. Tahun itu berapa banyak orang yang menyayangkan keputusannya?

Kehidupan pernikahan yang begitu singkat menariknya dari altar dengan kecepatan yang tak terbayangkan dan jatuh berguling di rawa. Helen Guan hari ini bukan lagi mawar putih seperti hari itu.

Jovian Zheng tidak sabar menunggu jawabannya, dan menarik ujung mulutnya untuk tertawa.Tawanya pendek dan dingin, membuat Helen Guan gemetar.

Detik berikutnya, bawah tubuhnya terasa dingin, Jovian Zheng langsung merobek celana panjang yang menghalanginya!

Helen Guan terlambat untuk berteriak, dan Jovian Zheng sudah mengunci kedua pergelangan tangannya dengan satu tangan, dan satu tangan menguasai tubuhnya.

“… Ah!” Helen Guan berteriak kesakitan.

Kemarahan yang dahsyat membuat Jovian Zheng mengabaikan rasa nikmat saat menerobos penghalang itu.

Jari-jari dingin menyentuh wajahnya, dan suara lelaki itu penuh dengan nafsu, “Apakah mulutmu ini hanya berguna untuk meminta kesenangan?”

“Tidak, aku...”

Jovian Zheng tidak lagi ingin menahannya, dia sudah kehilangan semua kesabarannya dengan wanita ini.

Dia hanya ingin dengan kejam menghukumnya, menguasainya, dia hanya ingin...Menghapus semua noda kotor di tubuhnya.

Helen Guan menahan rasa sakit, mengertakkan gigi dan tidak bersuara lagi, merasakan kekuatan lelaki yang semakin meningkat.

Terserah apa yang dia katakan.

Siapa yang menyuruhnya meminta bantuannya?

Secara bertahap, lampu meredup, dan alis tampan Jovian Zheng mulai kabur, dan semuanya langsung diliputi oleh kegelapan...

Jovian Zheng langsung gelisah ketika dia tidak bisa merasakan orang di bawahnya melawan lagi. Dia buru-buru bangun, dan yang masuk di matanya adalah wajah tak sadarkan diri Helen Guan.

Jovian Zheng mengulurkan jari-jarinya yang ramping dan membelai pipi Helen Guan, dengan panik berkata, “Maggie, bangun!”

Helen Guan sudah dalam keadaan pingsan.

Detik berikutnya, Jovian Zheng dengan cepat mengenakan pakaiannya, turun dengan membawa Helen Guan di pelukannya, masuk ke mobil, dan memerintahkan supir untuk bergegas ke rumah sakit.

Jovian Zheng menggendong Helen Guan yang pingsan di pelukannya, dan pikirannya kembali ke masa ketika Maggie Ye mengalami kecelakaan mobil, dan dia sama ketakutan dan bingungnya. Perbedaannya adalah kali ini orang yang dia pikirkan berada dalam pelukannya, jadi membuatnya merasa jauh lebih tenang.

Rumah Sakit.

“Presdir Zheng, perusahaan Wanhua besok pagi jam 9 mengundangmu untuk bernegosiasi.”

“Di undur saja,” perintah Jovian Zheng sambil menatap ke arah ruang gawat darurat.

Pada saat ini, Wilson Qi dan Laura Ding sedang bersama merencanakan masa depan cerah mereka.

“Sekarang rumah itu telah menjadi milik kita, dan kita telah meminjam banyak uang atas nama Helen, dia sekarang pasti sudah tidak punya tempat untuk pergi lagi!” Wajah keji Wilson Qi terlihat tersenyum.

“Huh.” Laura Ding mendengus dingin, “Sayang sekali wanita jalang itu memiliki kehidupan yang besar, kalau tidak dia dari awal pasti sudah tidak ada di dunia ini lagi.”