Love And War - Bab 23 Kenangan Yang Menyakitkan

“Tono, sudah menghubungi dokter dari Amerika itu belum?”

“Sudah, sabtu ini akan tiba disini.”

Jovian Zheng mengangguk dan wajahnya mulai terlihat sedikit menghangat.

Jovian Zheng sebelumnya telah mencari dokter terkenal di dalam negeri untuk memeriksa Helen Guan mencoba untuk membangkitkan ingatannya. Tapi dia tak menyangka, pengobatannya tidak hanya tidak menghasilkan apa-apa, tetapi juga malah kontraproduktif.

Dokter meminta Jovian Zheng untuk membawa Helen Guan ke tempat kejadian kecelakaan mobil sebelumnya, mengatakan kalau hal itu bisa menstimulasi otaknya dan mungkin memulihkan ingatannya.

Jovian Zheng menuruti perkataan dokter.

Ketika Helen Guan tiba di persimpangan tempat kecelakaan mobil terjadi, pecahan kenangan melintas di benaknya, tetapi dengan cepat hilang dan tergantikan dengan sakit kepala yang parah. Jovian Zheng melihat itu akhirnya hanya bisa membawanya kembali untuk beristirahat.

Dan ketika Helen Guan bangun lagi, dia malah tidak dapat mengingat pecahan yang barusan muncul di kepalanya tadi.

Jovian Zheng dengan wajah kesal berkata kepada Tono: “Mulai hari ini, aku tidak ingin melihat nama XX muncul di buku dokter lagi.”

Jovian Zheng juga tidak menyerah karena ini, dia baru-baru ini mulai menghubungi para ahli dari Amerika Serikat.

Sabtu sore.

Jovian Zheng mengundurkan rapatnya dan menunggu Helen Guan di depan pintu perusahaannya.

Ketika Helen Guan pulang kerja, dia melihat Hummer hitam diparkir di depan pintu, dan Jovian Zheng mengenakan kemeja merah anggur, bersandar dengan anggun di pintu mobil.

Untuk sesaat Helen Guan merasa kalau dia adalah malaikat yang diutus oleh Tuhan untuk menjemputnya.

Di belakang mereka terdengar suara rekan kerja yang berkata.

“Wow, lelaki itu tampan sekali!”

“Siapa yang dia cari?”

“Ya Tuhan, lihat mobilnya. Aku baru saja mengambil fotonya dan mencarinya. Itu Hummer!”

“Wow, dia seperti seorang pangeran!”

“Seandainya dia datang menjemputku!”

Jovian Zheng mengabaikan mata para wanita yang tersihir olehnya dan langsung berjalan ke arah Helen Guan.

“Ayo.”

Helen Guan merasa canggung berada di antara rekan-rekannya, juga tidak tahu harus bagaimana, dia jadi dengan langkah besar melewati Jovian Zheng, membuka pintu mobil masuk ke dalam. Dia sekarang hanya ingin pergi dari sana secepatnya.

Jovian Zheng juga berbalik dan masuk ke dalam mobil.

Di belakang mereka kehebohan lagi-lagi muncul.

“Ah-Jadi itu pacar Helen ya, wah aku tidak bisa mempercayainya!”

“Helen? Oh orang baru ya? Hehe, latar belakangnya cukup kuat juga ya.”

“Lelaki tampan dan kaya, oh tuhan, hatiku rasanya terbelah-belah.”

...

Jovian Zheng di dalam mobil tidak menyadari kalau kehadirannya telah menimbulkan sensasi di perusahaan kecil Helen Guan. Dia kemudian dengan tenang bertanya, “Kamu ingin makan apa?”

“Terserah, aku bisa makan semua,” Helen Guan berpikir sejenak dan menambahkan, “Lain kali boleh tidak...tidak usah menjemputku? Karena itu akan memancing gosip di seputaran rekan-rekanku. Aku hanya ingin bekerja dan hidup dengan tenang.”

“Tergantung bagaimana suasana hatiku.”

Helen Guan mendengar itu hanya bisa memutar kedua matanya.

Mobil berhenti di restoran pizza.

Helen Guan suka makan pizza, terutama pizza bacon.

Di saat Helen Guan ingin makan, Jovian Zheng menggunakan kesempatan itu untuk berbicara: “Selesai makan aku ingin mengajakmu bertemu seseorang.”

“Siapa?” ​​Helen Guan yang asyik makan, mengangkat kepalanya dan menatap Jovian Zheng.

Setelah kejadian terakhir kali, Jovian Zheng takut untuk langsung mengatakan akan membawanya ke dokter, dia takut Helen Guan akan menolaknya. Dia jadi mengatakan kalau dia akan membawanya bertemu seorang teman.

Siapa yang tahu kalau Helen Guan malah menanyakannya sampai akhir dan jelas, “Temanmu, kenapa kamu mengajakku bertemu dengannya?”

Bagaimanapun, hubungan antara mereka berdua tidak jelas, mereka juga bukan pasangan. Untuk perkataan itu Helen Guan tidak mengucapkan langsung padanya.

Jovian Zheng tiba-tiba tidak bisa berkata-kata, dan setelah beberapa lama dia berbicara dengan nada diktakturnya, “Kenapa jadi banyak tanya? Selesai makan langsung ikut saja.”

Kali ini giliran Helen Guan yang tidak bisa berkata-kata.

Jovian Zheng membawa Helen Guan ke vilanya.

Dia sementara menempatkan dokter Amerika di vilanya dan memfasilitasi perawatan Helen Guan disana, dan kedua, hal itu di lakukan agar tidak membuat Helen Guan merasa tertekan seperti di rumah sakit.

Helen Guan dengan patuh ​​mengikuti di belakang Jovian Zheng.

Tetapi ketika dia mengetahui kalau Jovian Zheng akan membawanya ke dokter, Helen Guan yang sebelumnya selalu lemah lembut seketika menjadi lebih emosional dan mengatakan kalau dia tidak akan membiarkan dokter melihat apa pun pada dirinya.

Saat mengenang masa lalu di tempat kejadian kecelakaan mobil terakhir kali, Helen Guan sempat meninggalkan luka yang tidak bisa diperbaiki di hatinya. Dia tidak ingin memikirkan kenangan yang membuatnya merasa sakit.

Jovian Zheng melangkah maju untuk menopang pundak Helen Guan, berusaha menenangkan emosinya.Tak disangka, Helen Guan dengan sekuat tenaga melepaskan diri darinya dan lari keluar vila tanpa menoleh ke belakang.

Jovian Zheng dengan sedih terduduk di sofa.

Dokter dari Amerika itu keturunan China, bernama Felix Wei.

Felix Wei datang menghampiri Jovian Zheng, menepuk bahunya, “Keadaan seperti nona Guan sangat normal. Mungkin karena kenangan masa lalu meninggalkan trauma yang dalam, jadi bisa menimbulkan reflek yang begitu emosional. Yang harus kamu lakukan adalah mendukungnya, membuatnya mengerti kalau mengingat masa lalu itu bukan lah hal yang menyeramkan.”

Dari mata Jovian Zheng kembali muncul harapan.

Malam itu, Jovian Zheng menelepon Helen Guan.

Helen Guan melihat layar hpnya ada nama Jovian Zheng, dia awalnya ingin mematikannya, tapi entah mengapa akhirnya malah mengangkatnya.

“Helen, aku akan membawamu ke suatu tempat.”

“Aku sudah tidur.”

“Aku sudah di bawah menunggumu.”

“Ya sudah kamu tunggu saja.” Helen Guan dengan kesal mematikan telepon.

Membuka tirai jendela melihat Jovian Zheng ternyata benar hanya berdiri diam disana menunggu Helen Guan.

Lampu jalan memperlihatkan bayangannya yang sendiri, terlihat begitu kesepian.

Melihat itu hati Helen Guan melembut.

Setelah menimang-nimang, Helen Guan malah merasa semakin menderita.

Kedua orang itu terus tarik menarik.

Pada akhirnya, Helen Guan kalah dengan egonya, memakai mantelnya dan keluar.

Jovian Zheng tidak memiliki ekspresi kaget, dia yakin Helen Guan berhati lembut dan cepat atau lambat akan turun.

“Mau membawa aku kemana lagi? Kamu tidak akan membawa aku pergi ke dokter lagi kan.” Helen Guan memandang Jovian Zheng dengan waspada.

Jovian Zheng dengan sangat natural memegang tangan Helen Guan dan membawanya pergi, “Tenang saja.”

Alun-alun musik air mancur.

Alun-alun itu begitu terang benderang, dan banyak orang berkumpul sana. Di tengah alun-alun ada air mancur raksasa dengan dua batu phoenix di tengahnya.

Jovian Zheng dalam hatinya menghitung: 10, 9, 8...3

2

1

“Boom.”

Diikuti dengan semburan air besar yang menyembur keluar, air mancur melingkar menyemprotkan air ke tengah. Semua lampu natrium di alun-alun padam karena suaranya, dan pada saat yang sama, kolam semprotan memproyeksikan lampu warna-warni. Dua burung phoenix di tengah air mancur itu sama seperti nirwana.

Dari pupil coklat Helen Guan, pemandangan indah di depannya terlihat terpantul.

kegimbaraan di hatinya tak bisa terhentikan.

Jovian Zheng memeluknya dari belakang. Helen Guan tidak melawan, diam-diam merasakan suhu di tubuhnya, yang membuatnya merasa nyaman dan bahagia.

Butuh waktu lama bagi Jovian Zheng untuk berbicara, “Helen, kamu benar-benar tidak ingin mendapatkan kembali bagian dari ingatan tentang Maggie?”

Helen Guan terlihat ragu-ragu.

Jovian Zheng terus menyerangnya, “Mungkin masa lalu terlalu kejam dan kamu tidak ingin mengingatnya, tetapi pernahkah kamu berpikir kalau kamu masih memiliki kenangan indah dan bahagia tentang kita? Apakah kamu benar-benar tega melupakannya?”

Helen Guan menunduk. Setelah sekian lama, dia akhirnya memutuskan, “Kamu benar, aku ingin menemukan masa laluku.”

Atas permintaan Helen Guan, Jovian Zheng keesokan harinya tidak datang menjemputnya. Helen Guan naik taksi datang ke vila pribadi Jovian Zheng.

Sejujurnya, Helen Guan masih sedikit gugup.

Felix Wei bisa melihat kegugupam Helen Guan, kemudian menenangkannya: “Jangan takut, kita cuma ngobrol. Aku akan menceritakan sebuah kisah padamu.”

Setelah itu Helen Guan perlahan-lahan mulai rileks dalam cerita pendek Felix Wei dan tertawa bahagia.

Kemudian Felix Wei dengan lancar berhasil mendapatkan persetujuan dari Helen Guan dan mulai menghipnotisnya.

Pejamkan mata, biarkan dirimu pergi, dan pikirkan hal-hal yang membuatmu bahagia.

Ayo maju, terus.

Melewati gunung dan sungai, melewati rumput dan bunga.

Melewati masa kanak-kanak, melewati saat tumbuh dewasa.

Berhenti dalam kecelakaan mobil, yang paling ditakuti Helen Guan.

Ayah dan ibu duduk di barisan depan, dan Helen Guan dengan keluarga Qi duduk di barisan belakang, berbicara dan tertawa.

Tiba-tiba, ekspresi ayahnya menjadi takut dan remnya mati. Ibu yang duduk di sebelah ayah menutupi kepala dan berteriak.

Helen Guan yang terhipnotis mengerutkan kening, dahinya dipenuhi butiran keringat halus.

Jovian Zheng berjalan ke arah Helen Guan dengan cemas ingin membangungkannya, tetapi Felix Wei menghentikannya dengan gerakan tangan.

Wajah Helen Guan dalam ingatan itu pucat, dan hati 5 orang di dalam mobil itu dipenuhi dengan keputusasaan. Saat hendak menabrak truk di depan, ayahnya langsung membanting setir. Mata Helen Guan menjadi hitam, diikuti dengan suara keras, dan kaca jendela mobil pecah yang menghujam ke wajah orang tuanya.

Darah, wajah orang tua semuanya penuh dengan darah.

Helen Guan ingin memanggilnya tapi dia tidak bisa.

Mobil yang benar-benar lepas kendali telah terbalik.

Helen Guan berteriak “Jangan” kemudian bangun dari fantasi hipnotisnya dengan mata penuh air mata.

Jovian Zheng dengan penuh perhatian memeluknya, “Jangan takut, aku di sini.”

Setelah menenangkan hati Helen Guan, Jovian Zheng sendiri yang pergi mengantarnya pulang.

Ketika Jovian Zheng kembali ke vila, dia langsung bertanya kepada Felix Wei tentang keadaan Helen Guan.

“Keadaannya tidak baik.” Felix Wei menggelengkan kepalanya, “Traumanya terlalu dalam, dia tidak sanggup saat memikirkan kejadian, maka dari itu dia bisa menghentikan hipnotis dan bangun dari mimpi buruknya.”

“Apakah ada kesempatan untuk memulihkan ingatan?"

“Ada kenangan yang terlalu menyakitkan baginya, jadi dia rela untuk tidak pernah mengingat kenangan baik di masa lalu, dan memilih mengubur semua kenangan dengan sangat dalam. Maafkan aku, kesempatan nona Guan untuk bisa mengingat kembali itu sangat kecil.”

“Seberapa kecil?” Jovian Zheng masih tidak menyerah.

“Satu banding seribu.”

Sesampai di rumah, Helen Guan sudah melupakan kenangan saat di hipnotis tadi dengan bersih.

2 hari kemudian, dia tidak menyangka Laura Ding bisa meneleponnya.

“Kamu kok bisa tahu nomorku?” Tanyanya dingin.

“Ini tidak penting, aku tanya kamu ya Helen, kamu mau tahu tidak kejadian sebenarnya saat kecelakaan 7 tahun yang lalu?”

“Tidak mau.” Helen Guan langsung mematikan teleponnya.

Laura Ding masih tidak menyerah dan meneleponnya lagi.

“Kamu sebenarnya mau apa? Kalian berdua masih belum puas menghancurkanku?” Tanya Helen Guan tak habis pikir.

“Helen, jangan begitu lah”, Laura Ding mengubah nada menjadi sangat sedih. “Hal-hal sebelumnya adalah salahku. Tolong lihat dari pertemanan baik kita selama bertahun-tahun. Maafkan aku ya.”

Helen Guan diam tidak berbicara.

Laura Ding kemudian melanjutkan: “Helen, aku tidak sengaja mengetahui kebenaran tentang kecelakaan mobil orang tuamu tahun itu. Kamu memangnya tidak ingin tahu penyebab sebenarnya dari kematian orang tuamu? Aku benar-benar menyadari kalau aku salah. Jadi, tolong beri aku kesempatan untuk menebus dosa-dosaku.”

Memainkan kartu emosional adalah kekuatan Laura Ding, dan Helen Guan benar-benar terpancing.

“Baik, ceritakanlah, apa yang terjadi tahun itu.”

“Ceritanya dari telepon itu tidak jelas, besok saja kita pergi ke dermaga. Aku punya bukti untuk diberikan padamu.”

“Baik.”

Dan Laura Ding di ujung telepon kemudiam menunjukkan senyum yang licik.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu