Love And War - Bab 7 Mengorbankan Diriku

Wajah Laura Ding tidak berubah, dan dia memberi isyarat kepada Wilson Qi untuk memanfaatkan kesempatan itu.

Melihat dua huruf bengkok jatuh di kolom tanda tangan perjanjian itu Laura Ding baru menarik nafas lega.

Dia mengambil surat perjanjian yang telah ditandatangani dan tersenyum pada Helen Guan.

Helen Guan dengan kecewa menatapnya, kukunya yang tergenggam erat bahkan hampir masuk tenggelam ke dalam daging.

Wilson Qi mengambil pena, dengan angkuh menandatangani surat perjanjian perceraian, dan tersenyum lega, “Harusnya dari awal begini kan? Kenapa malah mengambil banyak jalan memutar?”

Setelah mengatakan itu dia merangkul pinggang Laura Ding, keduanya saling memandang dan tersenyum, memasukkan dokumen ke dalam tas dan menoleh melihat Helen Guan yang putus asa.

“Masih ada hadiah besar yang menunggu untuk kamu terima, Helen...Tidak perlu berterima kasih.”

Helen Guan terdiam memandang wajah Wilson Qi, dan tiba-tiba menyesali saat berada di rumah sakit waktu itu dia mengapa tidak langsung menikam lelaki yang banyak omong kosong ini sampai mati!

Dia sangat menyesal, menyesal karena bisa merasa berhutang pada lelaki berengsek seperti ini!

Dia bahkan...Mempertaruhkan pernikahannya.

Mempertaruhkan apa, apa lagi yang harus dipertaruhkan?

Bukankah dia dari awal sudah kalah?!

Wilson Qi dan Laura Ding telah pergi dari sana, dan Helen Guan duduk di sana dengan linglung, menyaksikan hujan yang tiba-tiba turun di luar jendela.

Ternyata orang yang memiliki awal dan akhir itu adalah dia, bukan orang lain.

Ada sebuah kalimat yang mengatakan, sebab dan akibat dalam kehidupan sebelumnya akan kembali berbalas di masa depan.

Dia menangis kemudian tertawa, tertawa kemudian menangis lagi memikirkan kalimat itu.

Takdir sedang membuat lelucon dengannya, dan Wilson Qi...Ada di sini untuk menagih hutang.

Saat senja datang, taksi Helen Guan berhenti di pintu masuk gedung kantor pusat Shengyuan.

Membayar taksi dan berjalan di tengah hujan. Berdiri dengan tubuh basah di aula, seperti seorang pengemis.

“Aku mencari presdir Zheng kalian.”

“Presdir Zheng sedang tidak ada.”

Pihak resepsionis meja depan yang bertanggung jawab menyambut tamu memutar matanya dan memberi isyarat kepada pihak keamanan untuk meminta wanita berantakan itu keluar dari sana.

Jovian Zheng baru kembali dari luar, dan begitu memasuki aula, dia melihat sosok yang familiar ini.

Rambut panjangnya yang mencapai pinggang, dan wajah kecil pucatnya terlihat berkaca-kaca.

Rasanya setiap kali bertemu dengannya selalu dalam keadaan mengenaskan seperti ini.

Dia melangkah maju, memberi isyarat pada satpam untuk melepaskannya.

Helen Guan melihat lelaki dengan tubuh tegap, di luar hujan begitu deras, tapi jasnya masih begitu kering, bahkan di sepatunya pun tidak ada noda sedikitpun, dia terlihat begitu high class juga elegan.

Sungguh berbalik dengannya, dan benar kehidupan itu tidak adil, dia sekarang baru bisa memahaminya.

“Bisa tidak...Beri aku waktu 10 menit?”

Suara wanita ini begitu pelan tak bertenaga, Jovian Zheng dengan tidak puas mengangkat alisnya.

Kalau Maggie Ye saat ini masih hidup, dia pasti tidak akan hidup sepertinya.

Begitu mengenaskan dan membuat orang kesal.

Langkahnya tak berhenti, memutarinya pergi ke lift pribadi.

Di luar perkiraannya, Helen Guan membawa tubuh yang basah itu berlari 2 langkah, tubuh kurus itu berdiri di depan Jovian Zheng menghadang langkahnya.

“...Presdir Zheng, aku mohon.”

“Apa?”

Jari tangan yang ramping itu memencet tombol lift, Jovian Zheng tidak terlihat ingin menunggunya.

Helen Guan menggigit kuat bibirnya, dan darah hampir mengalir dari sana, ya dia mau memohon apa?

Dia juga tidak tahu, mau memohon apa dengannya?

Dia bahkan tidak tahu mengapa bisa sampai disini.

Tak lama terdengar bunyi lift “Ting”, kedua pintu lift perlahan terbuka.

Jovian Zheng menunduk melihatnya, nada suaranya begitu dingin, “Kamu mau mengorbankan apa berani memohon padaku?”

Wajah Helen Guan begitu pucat, bersandar pada pinggir lift, wajah lelaki di depannya begitu pucat, dan terlihat tidak sabar.

“Mengorbankan...Diriku...Apakah kamu mau?”

Wajah kecil yang hanya seukuran satu tangannya itu perlahan mulai menjadi merah cerah, Jovian Zheng melihat daun telinganya begitu cantik dan mempesona.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu