Love And War - Bab 37 Kejutan Ulang Tahun

Dia belum pernah melihat seorang karyawan resmi, tidak perlu asuransi dan kartu gaji.

Meskipun ada kebingungan, tapi Tuan He tidak menanyakan, karena dia tahu hal-hal tersebut tidak perlu dia pertimbangkan.

Tuan He berbalik mau pergi, saat akan pergi tangannya mempersilahkan, agar Helen Guan mengikuti dia. Helen Guan melihat Jovian Zheng, Jovian Zheng menganggukkan kepala padanya.

Oleh karena itu Helen Guan mengikuti Tuan He keluar, dia dan Tuan He bersama masuk ke dalam lift, dia baru ingin menyapa Tuan He, tidak disangka Tuan He terlebih dahulu membuka pembicaraan.

"Halo, aku Tuan He, nanti kalau ada apa-apa bisa bertanya ke aku, pekerjaan kamu di kantor juga aku yang mengatur, ini juga merupakan kebiasaan perusahaan kamu, karyawan lama mengajari karyawan baru."

Selesai bicara, Tuan He tersenyum, pertama kali bertemu, kesan Helen Guan terhadap Tuan He baik.

"Anda terlalu sungkan, setelah ini perlu banyak belajar dari anda, aku pertama kali datang ke perusahaan, ada banyak hal yang tidak mengerti." Helen Guan berkata.

"Oh iya, masih belum tahu siapa namamu?"

"Namaku Helen Guan."

Saat mendengar nama ini, Tuan He tiba-tiba mengerti.

Barusan saat di ruangannya sendiri, seketaris menghampiri, Presdir Zheng meminta dia pergi, karyawan baru baru datang ke perusahaan, menggunakan identitas mahasiswa magang, Helen Guang karyawan resmi, meskipun dikatakan karyawan resmi, tapi tidak perlu mengurus asuransi dan kartu gaji.

Semua kebingungan barusan, sekarang terjawab.

Beberapa waktu sebelumnya mereka tentu melihat berita di internet, Presdir Zheng mengumumkan akan menikahi seorang wanita, Presdir mereka jarang muncul di publik.

Mengenai seorang wanita seperti ini, mereka tentu juga sangat tertarik, hanya tidak disangka, baru beberapa hari, orang ini muncul di perusahaan mereka.

"Kamu tunangan Presdir Zheng kan?" Tuan He bertanya.

Helen Guan tidak menyangka dia bisa tiba-tiba menanyakan pertanyaan ini, jadi terpaku.

"Hm, ini, kurang lebih seperti itu." Dia juga tidak tahu bagaimana seharusnya menjawab, suasanya berubah menjadi sangat canggung.

Lift berhenti di lantai 3, ini ruangan kantor karyawan.

Tuan He membawa Helen Guan, berjalan mengelilingi perusahaan, memperkenalkan tempat kerja karyawan, dan ruangan kantor manajer.

Selesai berputar, menghabiskan waktu sekitar 10 menit, ini bukan perkenalan yang mudah, kalau mau sungguh-sungguh memperkenalkan setiap departemen dan tanggung jawab masing-masing departemen Tuan He merasa paling tidak membutuhkan waktu setengah hari.

Setelah mengelilingi satu putaran, mereka kembali ke lantai 3.

"Semuanya berhenti sebentar, aku perkenalkan pada kalian seorang rekan kerja baru, namanya Helen Guan."

Setelah Tuan He selesai bicara lalu mundur selangkah, menandakan agar Helen Guan maju memperkenalkan diri.

Pertama kali datang kemari, Helen Guan masih sedikit merasa tegang, "Halo semua, namaku Helen Guan, setelah ini aku akan menjadi rekan kerja kalian, aku harap bisa mendapat banyak arahan." Selesai berkata, membungkukkan badan.

Perusahaan kedatangan karyawan baru merupakan hal yang biasa, tapi setelah mendengar namanya, semua berubah menjadi tidak tenang, mereka sama dengan Tuan He, tahu nama ini bermakna apa.

Tuan He membawa dia ke meja kerjanya, di atas meja ada beberapa map, masih ada komputer yang menyala.

"Kamu tunggu sebentar, aku pergi ambilkan pekerjaan yang harus kamu kerjakan hari ini."

Selesai bicara, Tuan He pergi, mengambil sebuah dokumen.

Sebenarnya Tuan He bukan karena identitas Helen Guan lalu memberi pekerjaan yang sedikit, ini merupakan porsi pekerjaan seorang karyawan baru.

Kebalikannya, bagi Helen Guan ini tidak adil, karena dia tidak magang, jadi terhadap pekerjaan kantor tidak begitu familiar, tiba-tiba mulai bekerja, sangat tidak terbiasa.

Untung saja Helen Guan dulu punya pengalaman kerja, meskipun pekerjaannya tidak sama, tapi paling tidak bisa mengerjakan. Menerima dokumen, dia mulai mengerjakan.

……

……

Helen Guan akhirnya selesai bekerja, dia menghela nafas lega.

Helen Guan kelelahan, meregangkan pinggangnya. Seolah kelelahan sepanjang hari hilang.

Helen Guan melihat jam.

Tidak melihat masih lumayan, begitu melihat terkejut.

Sudah tengah malam pukul 10.

Helen Guan tidak menyangka dirinya bisa mengerjakan sampai selarut itu, bergegas mengambil jaket dan berlari keluar.

Berlari sambil berpikir, Jovian Zheng di rumah pasti sangat cemas.

Dirinya belum pernah pulang selarut ini.

Helen Guan dari kantor berlari ke lobby, harinya tidak terhitung banyaknya memikirkan bagaimana meminta maaf pada Jovian Zheng. Dirinya bekerja sampai selarut ini juga diluar dugaan.

Di luar perusahaan.

"Jovian Zheng, sudah jam berapa ini? Kenapa kamu belum membawa Whitey kemari?" Nada bicara Cindy Yao penuh ketidakpuasan terhadap Jovian Zheng.

"Dia masih sibuk."

"Apa, kamu ini tidak punya hati nurani, kamu membawa Whitey bekerja di perusahaanmu, ini baru hari pertama kan, kamu sudah memberi dia berapa banyak pekerjaan! Dia bisa mengolahnya kah?"

"Sebenarnya aku tidak ingin memberikan pekerjaan padanya, ingin agar dia di rumah, tapi dia tidak suka kehidupan seperti itu, ingin pergi bekerja. Karena memilih bekerja, tidak bisa takut lelah." Jovian Zheng berkata.

"Tapi bagaimanapun juga dia sekarang istrimu, kamu sebagai suami tidak seharusnya merawat dia kah?" Cindy Yao tidak menyerah.

Jovian Zheng menghela nafas, "Sifat Whitey, kamu bukan tidak tahu, kalau kamu diam-diam memberikan pekerjaan yang santai, dia tidak akan terima. Dia mengerjakan sesuatu biasanya sangat giat, aku rasa aku seharusnya menghormati dia."

Cindy Yao terdiam, kelihatannya setuju dengan ucapan Jovian Zheng, melanjutkan berkata: "Jovian Zheng, Whitey meskipun sangat bisa merawat orang lain, tapi tidak begitu bisa merawat diri sendiri, kamu harus mengingatkan dia untuk makan."

"Istriku, aku tentu harus merawat dengan baik." Jovian Zheng sedikit bangga.

"Kalau begitu aku tutup, kamu cepat bawa Whitey kemari!"

"Hm."

Helen Guan mendorong pintu perusahaan, sedang berpikir selarut ini bagaimana memanggil taksi, Helen Guan melihat Jovian Zheng di hadapannya.

Jovian Zheng sedang bersandar santai di pintu mobil Hummer hitamnya, tersenyum ke Helen Guan.

Seketika, di hati Helen Guan muncul rasa terharu yang tak terhitung. Begitu teringat sudah selarut ini, masih ada orang yang menemani dirinya, Helen Guan merasa kehangatan muncul di hatinya.

Sejak tujuh tahun yang lalu ayah ibunya meninggal karena kecelakaan, dia terus sendirian, sudah sangat lama sekali tidak merasakan kehangatan seperti ini.

Setelah itu karena merasa bersalah menikah dengan Wilson Qi bajingan itu, menerima siksaan dari dia dan Laura Ding. Helen Guan sudah sangat lama sekali tidak merasakan seperti apa keluarga itu.

Perasaan yang sangat lama, benar-benar membuat orang merasakan kehangatan. Perasaan diperhatikan seperti ini, sangat baik.

Helen Guan berjalan selangkah demi selangkah ke laki-laki di hadapannya.

Jovian Zheng mengulurkan tangan kepadanya.

Dalam sekejap Helen Guan merasa berhalusinasi, seolah ada seorang malaikat yang tersenyum padanya.

Meskipun tengah malam, tapi Helen Guan merasa sangat hangat, Jovian Zheng di hadapannya seperti bisa mengeluarkan sinar.

"Kenapa begitu larut?" Nada bicara Jovian Zheng hanya ada kepedulian, tidak ada sedikitpun menyalahkan.

Helen Guan agak merasa bersalah menundukkan kepala, "Aku masih belum begitu familiar dengan pekerjaan di perusahaan baru, banyak hal yang belum bisa dikerjakan dengan cepat, ditambah dengan baru hari pertama masuk kerja, jadi sibuk sampai sekarang. Maaf, membuatmu menunggu sangat lama ya?"

"Setelah ini jangan membuat diri sendiri kelelahan. Untung saja aku Presdir disini, beruntung memperkerjakan kamu."

"Kalau begitu bukankah kamu jadi bergantung padaku?" Helen Guan bercanda.

Helen Guan tertawa sampai menyembur, "Jangan sembur lagi, ayo kita pulang."

Jovian Zheng malah berkata: "Naik mobil, aku bawa kamu ke suatu tempat!"

Helen Guan dengan penasaran naik mobil.

Sepanjang jalan tidak peduli bagaimana Helen Guan bertanya, Jovian Zheng tidak memberitahu mau membawa Helen Guan kemana.

Terakhir, mobil berhenti di depan Restoran Rose Kiss.

Jovian Zheng menggandeng Helen Guan masuk ke dalam.

Restoran di desain ala Negara Barat, sederhana. Warnanya gelap, tidak terang. Di tembok ada relief mawar merah, mejanya terbuat dari kayu sanders berwarna coklat tua.

Sangat romantis, ini kesan pertama Helen Guan.

Tapi Jovian Zheng untuk apa tengah malam begini membawa dirinya kemari?

Helen Guan dengan bingung duduk, pelayan sudah membawakan makanan.

Jovian Zheng membuka penutup makanan untuk Helen Guan.

Steak, roast goose liver, spagheti.

Helen Guan yang sibuk sepanjang hari sedikit terkejut, dia melihat makanan dalam sekejap merasa sangat lapar.

Saat Helen Guan tidak sabar ingin mulai menyantap, Jovian Zheng tersenyum menghentikan dia, tersenyum dan berkata: "Jangan buru-buru!"

Helen Guan menelan air liur, dengan bingung melihat Jovian Zheng.

Lampu tiba-tiba dimatikan, Helen Guan terkejut, melihat sepuluh orang pelayan dari berbagai sudut menyalakan lilin, kemudian pergi.

Cahaya yang bergerak, wajah Jovian Zheng terang dan gelap.

Kalau melihat dengan teliti akan mendapati, air mata Helen Guan hampir keluar.

Tapi, kejutan yang Jovian Zheng siapkan tidak hanya ini.

Suara biola terdengar.

Helen Guan dengan cermat mendengarkan, mendapati lagu ini adalah lagu kesukaannya 《Free Country》.

Irama yang familiar, suara melodi, membuat Helen Guan seolah merasa seperti ada di surga, seketika lupa bernafas.

Helen Guan bisa memainkan biola, saat universitas selalu menjadi hobinya. Saat ada waktu luang, Helen Guan suka seorang diri duduk di tepi danau, memainkan biola. Suara musik, dia bisa melupakan semua kesedihan, semua keraguan. Dia bisa melupakan kepergian ayah ibunya, melupakan dirinya yang kesepian. Angin danau seolah membuat, dia menyatu dengan musik.

Helen Guan saat itu, cantik seperti malaikat, pemandangan paling indah di Universitas A.

Sedangkan《Free Country》, kebetulan lagu yang sangat disukai Helen Guan.

Teringat Jovian Zheng sudah berusaha seperti ini, mata Helen Guan sembab.

Tiba-tiba terdengar "peng", suara biola tiba-tiba berhenti.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu