Love And War - Bab 38 Kejutan Ulang Tahun

Helen Guan terkejut, mencari sumber suara "peng" itu.

Balon udara berpita meletus di udara, mahkota bunga berjatuhan, sangat cantik.

Helen Guan memejamkan mata, ada mahkota bunga yang jatuh ke atas bulu matanya yang lentik.

Helen Guan mengangkat kepala tampak sangat cantik, Jovian Zheng melihat dengan kagum.

Jovian Zheng mengulurkan tangan, Helen Guan mengambil kelopak bunga itu. Helen Guan membuka mata, melihat ke sekeliling, suasananya begitu romantis.

Lantai dipenuhi dengan bunga merah, menjadi sebuah karpet berwarna merah.

Saat ini, Cindy Yao berjalan diatas bunga segar yang berubah menjadi karpet, senyum yang cantik, perlahan berjalan menuju Helen Guan dan Jovian Zheng.

Sedangkan di tangannya, membawa sebuah tart yang sangat besar bertumpuk tiga.

Helen Guan terkejut mau bangkit berdiri.

Cindy Yao perlahan berhenti di hadapan Helen Guan, tersenyum: "Sayang, selamat ulang tahun!"

Terharu, Helen Guan melamun, merasa tidak nyata.

Setelah kecelakaan tujuh tahun yang lalu, Helen Guan kehilangan semua ingatannya yang dulu. Tapi di dalam benaknya masih ada potongan ingatan mengenai masa kecilnya yang samar-samar.

Ayah dan ibu yang mengadopsinya menggendong Helen Guan kecil, bersama piknik di pinggiran kota. Ibunya seorang yang cekatan, meletakkan tikar, mengeluarkan makanan yang sudah disiapkan. Kemudian duduk di samping, tersenyum melihat ayah dan Helen Guan yang sedang bermain, di lapangan berumput berlari. Di matanya tampak sinar cinta.

Sedangkan ayahnya seorang yang berlengan kuat, selamanya ada di ingatan Helen Guan tidak akan hilang.

Di dalam kesamaran, Helen Guan melihat, ayah dan ibunya saat itu juga seperti Jovian Zheng dan Cindy Yao sekarang, tidak memberi tahu Helen Guan, melainkan diam-diam memberinya sebuah kejutan.

Hari itu Helen Guan pulang sekolah, ibunya meminta dia pergi dulu ke kamar, tutup pintu, tunggu saat dipanggil baru keluar. Helen Guan merasa aneh, tapi masih melakukan. Di hatinya ada penantian.

"Sudah, sayang, keluarlah!"

Helen Guan dengan antuasias membuka pintu, mendapati lampu di ruang tamu sudah dimatikan, diatas meja ruang tamu ada sebuah tart, diatas tart ada lilin yang menyala.

Ayah dan ibu di samping berkata: "Anakku sayang, selamat ulang tahun! Cepat bikin permohonan!"

Oleh karena itu Helen Guan dalam hati membuat permohonan, berharap keindahan seperti ini bisa berlangsung sampai seumur hidup.

Hanya sayangnya, permohonan ini hilang saat tujuh tahun yang lalu.

Teringat sampai disini, mata Helen Guan sembab. Mengenai ingatan tentang ayah ibu sudah sangat jauh, bahkan sebagian besar sudah tidak ingat lagi. Tapi, dia selamanya tidak akan lupa sinar tatapan mata ayah ibu terhadapnya.

Melihat Helen Guan menangis, Cindy Yao bergegas mengusap air matanya, "Aiya, White, aku tahu kamu terharu, tapi kamu juga tidak perlu menangis!"

"Aku tidak apa, terima kasih kalian." Helen Guan tak kuasa memberi Cindy Yao sebuah pelukan.

"Buat permohonan." Jovian Zheng menyela.

"Iya Whitey, jangan terus berdiri disana, cepat buat permohonan, kita sama-sama tiup lilin."

"Hm." Helen Guan mengusap air matanya, memejamkan mata.

Aku berharap, semua orang yang mencintai aku dan orang yang aku cintai, damai sejahtera; Terima kasih Tuhan, membuat aku bertemu dengan Jovian Zheng, aku harap kami bisa hidup seperti ini terus, berharap kelak Cindy Yao juga bisa menemukan orang yang mencintainya.

Setelah membuat tiga permohonan, Helen Guan membuka mata, baru melihat dengan jelas tart yang sangat besar.

Sangat jelas, Jovian Zheng juga ikut berpartisipasi dalam tart itu.

Warna tartnya ungu warna yang disukai Helen Guan. Layer paling bawah kastil kuno Yunnan, masih ada banyak pohon di tengah ada cupid dewa cinta dan masih banyak lovebird; Layer paling atas Helen Guan yang sedang bermain biola, mengenakan rok putih, terlihat sangat mirip. Diatasnya ada tulisan: Selamat ulang tahun Helen Guan, bahagia selamanya! Tidak perlu dikatakan Helen Guan tahu ini buatan Cindy Yao.

Tiga orang bersama-sama meniup lilin.

"Whitey, kamu membuat permohonan apa?" Cindy Yao dengan penasaran bertanya.

"Rahasia." Helen Guan tersenyum.

Jovian Zheng yang ada di samping, memberi tanda kepada pelayan agar menyalakan lampu, dan sudah memotong tartnya.

Cindy Yao dan Helen Guan duduk, Jovian Zheng memberi mereka seorang sepotong tart.

Cindy Yao tak kuasa berkata, "Aih, Jovian Zheng, tidak disangka kamu orang jelek ini masih begitu peduli!" Kembali menoleh, tersenyum melihat Helen Guan, "Kamu yang mengajari! Bisa melelehkan gunung es besar."

Helen Guan sedikit kelelahan, menyuapkan sepotong besar tart ke mulut Cindy Yao, "Cepat makan, tartnya tidak muat di mulutmu!"

Cindy Yao tidak ingin terlihat lemarh, menggunakan tangan mengambil tart dan mengoleskan ke wajah Helen Guan. Helen Guan tanpa persiapan, wajahnya terkena tart.

Helen Guan bagaimana mungkin menyerah. Oleh karena itu mereka berdua saling mengoleskan tart. Bercanda sambil saling tertawa, sangat ramai.

Jovian Zheng yang ada di samping meneguk anggur merah, dengan tampang seperti tidak peduli. Tapi tidak terpisah dari mereka.

Akhirnya, mereka berdua lelah bercanda, kemudian berhenti.

Mereka berdua saling melihat satu sama lain, di wajahnya penuh dengan tart, tak kuasa menahan tawa.

Jovian Zheng diam-diam memerintahkan pelayan membawakan handuk kecil, mengusap wajah Helen Guan.

Cindy Yao masih ada disana, Helen Guan sedikit tidak enak hati, ingin mengambil handuk dari tangan Jovian Zheng dan mengusap sendiri, tapi Jovian Zheng tidak mau melepaskan. Helen Guan tidak berdaya, membiarkan dia.

Cindy Yao mengambil handuk yang lain, mengusap wajahnya, "Kalian berdua ya, di depanku bermesraan, tahu begitu aku tidak kemari!"

Jovian Zheng juga tidak mengangkat kepala, "Bukankah kamu sendiri yang meminta kemari."

Cindy Yao tidak membantah, menutup bibirnya. Dia seorang yang cuek, sembarangan mengusap lalu meletakkan handuk.

Tidak sama dengan Jovian Zheng, dia dengan cermat mengusap wajah Helen Guan di setiap tempat. Helen Guan merasa sangat berguna.

Sampai dia selesai mengusap, Helen Guan mengambil handuk yang barusan Cindy Yao letakkan diatas meja, "Kemari, belum bersih, aku bantu usap."

Cindy Yao dengan bangga melihat ke arah Jovian Zheng, "Cuma Whitey yang paling sayang sama aku."

Helen Guan antara mau tertawa atau menangis melihat sikap kekanak-kanakan Cindy Yao.

Mereka bertiga akhirnya duduk tenang dan makan.

Ada dua orang yang mencintainya menemani, ditambah awalnya memang lapar, Helen Guan makan dengan sangat nikmat.

Selesai makan, Jovian Zheng melihat jam dan berkata, "Sudah sangat malam, cepat pulang."

Cindy Yao bergegas berkata: "Aku belum mengeluarkan hadiahku!" Kemudian memerintahkan bodyguard membawakan hadiah, memberikan kepada Helen Guan.

"Cepat cepat cepat, buka dan lihat suka tidak."

Helen Guan antara mau menangis atau tertawa, mana ada orang yang membuka hadiah di depan orang yang memberinya? Tapi melihat Cindy Yao seperti ini, dia membuka kotaknya.

Sepatu hak tinggi.

Tidak, yang benar sepatu kaca.

Helen Guan sama sekali belum pernah melihat sepatu sebagus ini, dibawah sinar lampu yang berwarna-warni. Helen Guan tak kuasa meraba, benar-benar sangat suka.

"Terima kasih, Cindy Yao." Helen Guan mengatakan dari hati.

Cindy Yao dengan senang berkata: "Bagus kalau kamu suka! Aku awalnya tidak tahu mau memberimu hadiah apa, begitu teringat kamu sekarang sudah ada Jovian Zheng, seharusnya tidak kekurangan apapun. Tapi kamu teman terbaikku, terakhir aku teringat memberimu sepasang sepatu kaca, aku harap kelak Jovian Zheng bisa menjadi rajamu, melindungimu seumur hidup."

Helen Guan menganggukkan kepala, "Cindy Yao, kamu tenang, aku pasti akan bahagia."

Jovian Zheng menarik bahu Helen Guan, "Aku akan menjaga dia dengan baik."

Melihat mereka berdua bahagia seperti ini, Cindy Yao berbahagia untuk mereka.

"Sudah larut, Cindy Yao, kita antar kamu pulang."

"Tidak perlu, supir yang mengantarku kemari. Sudah sangat malam, kalian cepatlah pulang."

"Kalau begitu hati-hati di jalan." Helen Guan berkata dengan tidak tenang.

Cindy Yao berjalan sambil melambaikan tangan, "Oke!"

"Kita juga kembali."

"Hm."

Sekitar 30 menit kemudian, mereka berdua sampai di rumah.

Sibuk sepanjang hari, Helen Guan merasa sangat lelah. Satu-satunya yang dia pikirkan saat ini adalah segera mandi dengan air panas lalu tidur.

Jovian Zheng dengan tidak tahu malu ikut masuk "Aku mau mandi bersamamu."

"Tidak mau." Helen Guan menolak.

Jovian Zheng tidak mengatakan apa-apa, tidak mempedulikan Helen Guan yang berteriak, menggendong Helen Guan masuk kamar mandi.

Selesai mandi, mereka berdua berbaring diatas kasur, Helen Guan ingin tidur.

"Jangan tidur, ada hal yang aku ingin bicarakan."

Helen Guan menggosok matanya, "Sudah sangat larut, jangan bercanda, besok harus bangun pagi bekerja."

Jovian Zheng perlahan menarik tangan Helen Guan, di jari manisnya memasang cincin.

Setelah Helen Guan melihat cincin yang ada di tangannya, rasa kantuknya segera menghilang tak berbekas.

Ini bukankah, cincin ibu?

Helen Guan tertegun.

Saat Helen Guan kecil, perusahaan ayahnya bangkrut, berhutang sangat banyak, dibawah ketidakberdayaan, ibunya menjual cincin yang diwariskan turun temurun, membantu ayahnya melewati masa krisis.

Saat itu Helen Guan masih kecil, tidak mengerti, dengan polos bertanya pada ibunya kenapa begitu suka cincin itu, masih mau menjualnya.

Ibunya menangis, mengusap kepala Helen Guan, "Cincin itu sangat penting, tapi meskipun dia penting, masih tidak lebih penting dibanding ayahmu."

Cincin itu diwariskan turun temurun oleh keluarga ibu, benda satu-satunya yang ibunya tinggalkan untuknya.

Beberapa tahun kemudian, ayah Helen Guan kembali bangkit, mereka inign mencari orang yang membeli cincin itu, membeli kembali, tapi tidak ketemu, sampai sebelum mereka mengalami kecelakaan, mereka tidak berhenti menyerah mencari cincin itu.

Tidak disangka, saat ini, cincin itu ada di jari manisnya.

Meskipun Jovian Zheng tidak mengatakan, tapi Helen Guan tahu, demi mencari kembali cincin itu, Jovian Zheng pasti berusaha keras, mengeluarkan banyak uang.

Helen Guan menemukan cincin yang dicari oleh ayah ibunya, dia tahu proses mencari sangat rumit, banyak halangan.

Jovian Zheng tidak mengatakan, dia juga tidak bertanya, hanya diam-diam mengingat dalam hati.

Sekarang, cincin ini menjadi satu-satunya benda peninggalan ibunya.

"Selamat ulang tahun, semoga kamu suka." Jovian Zheng melihat istrinya dengan perasaan yang dalam.

"Terima kasih untuk semua yang kamu lakukan untukku." Helen Guan memeluk leher Jovian Zheng, sandarannya yang paling teguh saat ini.

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu