Harmless Lie - Bab 41 Penyesalan
Mata Tyson telah basah, dia mendekatinya lalu berkata didekat telinganya : “Whitney maaf, kamu jangan marah lagi oke? Buka matamu ya, oke?”
Sangat disayangkan, orang yang terbaring diatas kasur tidak menjawabnya, bahkan tidak bernafas.
Tyson tetap tidak bisa mempercayainya, dia memegang tangan yang menegang itu, lalu ditaruhnya diwajahnya : “Tanganmu begitu dingin, apakah kamu kedinginan? Aku akan mengatur ac ini oke?”
Tidak mendapatkan jawabannya, Tyson juga tidak peduli, kemudian dia mulai mengatur ac diruangan ini, lalu kembali memegang tangannya itu.
Tetapi tidak peduli bagaimanapun cara dia menghangatkan tetapi tangan ini tidak kembali hangat.
Tetapi dinginnya itu membuat dia merasakan kesakitan ini.
Seolah membekukan hatinya, Tyson tidak peduli, bahkan demi menghangatkan dia, dia ikut tidur dikasur itu.
Memegang badannya yang dingin, lalu berkata ditelinganya : “Aku tahu kamu lelah, maka itu kamu tidak kuat untuk membuka mata ini, tidak apa-apa, kamu tidurlah dengan tenang, untuk masalah selanjutnya aku yang akan memberesi, tidak akan membuat kamu khawatir.”
Tyson teru saja memeluknya, tidak melepas dia, lalu menaruh kepalanya didekat lehernyamya, menghirup aroma tubuhnya.
Riwayat kematian telah didaftarkan, setelah suster mengurusinya, lalu menemukan jika dia ikut berbaring disana, memeluk orang yang mati itu, takut ada yang menginginkan.
Suster ini terkejut, lalu berteriak.
Tyson tidak senang, mengerutkan dahinya “Shut”, dengan pelan berkata : “Keluarlah, kalian menganggu istriku tertidur, segera keluar!”
Karena terlalu berlebihan, banyak dokter yang datang dan merasa kasihan, harus menghibur dia, berharap dia dapat mengikhlaskan.
Dia seperti anak kecil, tidak bisa mendengarkan, tidak peduli bagaimana dokter dan suster berkata, dia tetap tidak ingin pergi.
Tyson mengunci pintu ini, tidak peduli bagaimana orang lain memanggil, dia tidak akan membuka pintunya.
Dia kembali kekasur, dengan lembut dia memegang wajah itu lalu berkata : “Maaf akulah yang bersalah, membuat mereka semua menganggu kamu.”
“Tenanglah, aku akan mengganti ketempat yang lain, tidak akan lagi ada orang yang menganggumu.” Sambil berkata, Tyson meneteskan matanya, setetes dua tetes, bahkan telah membasahinya, telah membasahi tangannya.
Setelah Jackson mengetahui ini, lalu membawa petugas untuk mendorong pintu ini, lalu memisahkan Tyson dengan mayat ini.
Tyson merasa marah lalu berkata : “Lepaskan! Lepaskan dia, tidak ada yang boleh membawanya! Lepaskan! Tidak boleh memegangnya!”
Jackson mendorong mayat ini, Tyson seperti kehilangan kendali!
Tidak peduli dengan semua ini, dia mendorong petugas ini, lalu berada didekat kasur, dengan erat memeluk dia dengan dingin berkata : “Tidak ada yang boleh membawa dia pergi, dia belum pergi, dia belum mati! Kalian tidak ada hak untuk membawa dia! Keluar semuanya keluar!”
Jackson mengambil suntik yang telah diambil oleh suster, dengan cepat menusuknya, lalu semua keadaan ini menjadi tenang.
Tyson terbangun, dia telah berada divillanya sendiri, dirinya tidak tahu mengapa dirinya telah berada disini?
Dia teringat oleh Whitney, hatinya kebingungan, dengan segera dia membuka pintu kamar ini, melihat sebuah bayangan disana.
Dia terkejut, lalu seperti bahagia, dengan cepat dia menuju kesana.
Novel Terkait
Pejuang Hati
Marry SuMy Cold Wedding
MevitaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensMy Greget Husband
Dio ZhengMi Amor
TakashiHarmless Lie×
- Bab 1 Kanker
- Bab 2 Aku sudah pulang
- Bab 3 Jangan Pernah Muncul di Hadapanku Lagi
- Bab 4 Tidak Akan Bercerai
- Bab 5 Rasa Sakit Karena Kehilangan
- Bab 6 Sakit yang Semakin Parah
- Bab 7 Pembalasan Dendam
- Bab 8 Waktu Tidak Tersisa Banyak
- Bab 9 Selamatkan Saya
- Bab 10 Penyakit Mental
- Bab 11 Kamu sendiri yang menginginkannya
- Bab 12 Bertemu Orang Lama
- Bab 13 Bantu Aku Merahasiakannya
- Bab 14 Kerobohan Bailey
- Bab 15 Kamu Tidak Pantas
- Bab 16 Masih Bisa Hidup Berapa Lama Lagi
- Bab 17 Pikiran Kosong
- Bab 18 Penolakannya
- Bab 19 Berkeras Hati untuk Bercerai
- Bab 20 Menolak Kemoterapi
- Bab 21 Tidak Ingin Berjanji
- Bab 22 Membawamu Pergi
- Bab 23 Harus Mati
- Bab 24 Dimana Whitney
- Bab 25 Ternyata Itu Benar
- Bab 26 Dia Hamil
- Bab 27 Hatinya Terasa Pilu
- Bab 28 Lompat Ke Danau
- Bab 29 Kelembutannya
- Bab 30 Sulit Untuk Tenang
- Bab 31 Aku adalah suaminya
- Bab 32 Membongkar Kebohongan
- Chapter 33 Bukan Mimpi
- Bab 34 Tolong Aku
- Chapter 35 Dia Sudah Gila
- Bab 36 Minyak yang Telah Habis
- Bab 37 Anak pun Tiada
- Bab 38 Segera Sadarlah
- Bab 39 Metode Bailey Huang
- Bab 40 Dia Telah Mati
- Bab 41 Penyesalan
- Bab 42 Amarah
- Bab 43 Berikan Kotak Itu Kepadaku
- Rasa 44 Rasa Original
- Bab 45 Menggali Makam
- Bab 46 Siapa Namamu?
- Bab 47 Dia Masih Hidup
- Bab 48 Tidak Perlu Diajarkan
- Bab 49 Ingin Ayah