Love In Sunset - BAB 40 MEMBANTUNYA UNTUK MENCAPAI TUJUANNYA

Didalam pesawat, terlihat empat hingga lima pria bertubuh kekar mengenakan pakaian serba hitam yang mengelilingi Vincent, mereka sangat bersemangat untuk menghajar, namun tidak berani untuk bertindak gegabah.

Mereka semua tahu bahwa Vincent pemegang sabuk hitam taekwondo yang begitu hebat, jika mereka menyerang secara bersamaan, tidak ada kepastian untuk mereka menang, saat itu mereka pernah sekali mengejar Vincent, namun mereka dipukuli oleh Vincent dengan brutal.

“Kalian tenang saja, kali ini dia tidak akan berani memukul kembali, wanitanya dan anaknya berada dalam genggamanku, jika dia berani menyentuh sehelai rambut kalian, aku bersumpah akan membuatnya membayar dengan penuh kesakitan.” Yuda bersandar pada tempat duduk dalam pesawat, menyilangkan kedua kakinya, dia menggunakan tangan kanannya mengusap cincin giok di ibu jari tangan kirinya, mengangkat sudut bibirnya dengan dingin. Senyuman itu terlihat seperti berasal dari neraka, memberikan rasa dingin pada punggung orang.

Mendengar atasannya mengucapkan hal itu, akhirnya beberapa pria kekar itu menjadi tenang, mereka dalam waktu yang bersamaan menyerang bersama-sama, menghajar menendang Vincent.

Vincent benar-benar tidak membalas pukulan mereka sama sekali, dia hanya menggunakan sepasang tangannya untuk melindungi kepalanya, menggertakan giginya, tidak mengeluarkan suara sama sekali. Sakit yang dia rasakan ditubuhnya, tidak sebanding dengan rasa sakitnya ketika kehilangan Christine dan Zayn.

Kali ini, tidak peduli bagaimanapun dia tidak akan menyerah.

Seseorang menendang lututnya dengan keras, terdengar sebuah suara, seperti suara tulang yang patah, kedua kakinya bergetar, terdengar sebuah suara debuman, kedua lututnya berlutut diatas lantai. Seseorang kembali menendangnya, tubuhnya yang sekuat baja tiba-tiba hancur diatas lantai.

Vincent setengah tengkurap diatas lantai, kedua lututnya bergetar, matanya memerah, terlihat monster mengerikan yang tidak menerima kekalahannya. Sudut bibirnya mengalir darah segar, tercetak jelas dimatanya, untuk memulai sebuah pertempuran.

“Vincent, masih ada kesempatan untukmu menyesal sekarang, jika kamu bersedia, aku akan memerintahkan seseorang untuk mengantarmu kembali sekarang juga.” Yuda menyilangkan kedua kakinya, menyesap anggur merahnya, cairan merah itu, memantulkan batangan tatapannya yang sendu.

Vincent semakin tidak terima, kebencian yang ada dihatinya semakin membesar.

Vincent mendongakkan kepalanya, dengan kepalan tangannya, dengan kesulitan dia bangkit dari lantai. Dia menatap Yuda, tatapannya penuh dengan kebencian yang begitu besar: “Yuda, kamu telah mematikan hati ini, aku tidak akan pernah kalah.”

“Habisi dia, hajar hingga dia memohon untuk berhenti.” Yuda dengan sekuat tenaga melemparkan gelas anggur merah yang berada ditangannya, gelas transparan yang terdapat cairan berwarna merah itu, pecah menjadi hancur lebur, setiap serpihan pecahan itu memantulkan tatapan kekejamannya.

Sepasang tangan yang Vincent gunakan untuk melindunginya ditarik paksa oleh seseorang, kepalan tinju yang seperti meteor menghantam kewajahnya.

Wajahnya yang tampan seketika menjadi babak belur, giginya pun patah satu, tapi dia seperti manusia yang tidak mengenal rasa sakit, walaupun penuh dengan luka, namun dia tetap berdiri dengan tegak tanpa terjatuh. Tidak pernah terkalahkan.

Melihat tingkahnya, Yuda pun tidak dapat mengendalikan dirinya, dia segera melaju kedepan, dengan sekuat tenaga mencengkram kemudian menggoyangkan bahu Vincent: “Apa kamu sudah tidak menginginkan nyawamu hanya karena demi dia?”

“He!” Vincent terkekeh dengan dingin, tidak terlihat ekspresi wajahnya yang tadinya penuh dengan kesinisan dan ketegasan: “Setelah aku mengetahui Christine telah tiada, aku sejak awal telah membuat persiapan untuk mengikutinya. Alasan aku masih hidup saat ini, hanya karena dendamku yang belum terbalaskan.”

“Baik! Kalau begitu aku akan membantumu untuk mencapai tujuanmu itu!” dengan tatapan amarahnya, Yuda melayangkan kepalan tangannya dengan kuat kearah Vincent.

Terdengar sebuah suara pukulan, Vincent merasa telinga kanannya berdengung, matanya menjadi gelap, kemudian dia jatuh pingsan.

Vincent merasa tubuhnya seperti mengambang diatas sungai yang deras, dengan ombak yang besar, terdapat batu karang dimana-mana, tubuhnya menabrak batu karang tanpa henti, tubuhnya serasa seperti hancur, membuatnya kesakitan hingga ingin mati.

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu