Your Ignorance - Bab 25 Menggoda Dia

Villa pinggir kota.

Susan Lin memutar lehernya masuk ke dalam villa, riasan indah di wajahnya sedikit berantakan, garis-garis di sudut matanya membuat ia tambah terlihat seperti serigala.

Persetan, biarkan dia tahu siapa yang merancangnya, dia tak akan mengampuninya!

Dia dengan penuh kebencian melemparkan sepatu hak tingginya, pandangan dingin melihat foto-foto di dinding.

Di dalam foto, Celine sedang memegang buket bunga lisianthus bewarna ungu, matanya yang besar terlihat seperti bintang-bintang, bibir kecilnya terbuka memperlihatkan delapan giginya yang putih, senyumnya sungguh cemerlang.

Ia juga tak tahu apakah mempunyai hubungan dengan anak ini, sejak ia hilang, ia tak pernah punya satu hari pun hatinya tenang.

Seperti sekarang, Terry Li akhirnya tak lagi membahas masalah DNA, dia dibuat pusing tak tahu kenapa bisa, sampai rumah sakit masih memberitahu dokter, matanya sudah berkobar, ia takut ditertawakan oleh sekelompok orang.

Memikirkan hal ini, Susan Lin melebarkan tangannya mengambil foto itu, lalu mengangkat tangannya akan membuangnya, tetapI tiba-tiba terpikir bahwa foto ini ialah foto yang paling disukai oleh Terry Li.

Takut kalau-kalau suatu hari dia tiba-tiba bertanya, apa yang harus ia jelaskan.

Susan Lin menatap jarinya yang masih setengah melebar ke udara, akhirnya tak bersedia untuk menyimpannya kembali, menatap foto itu sambil tersenyum sinis, “Siapa yang akan membiarkanmu tumbuh di perut, kamu harus dibakar sampai mati, kamu membayar hutang untuk ibumu!”

Terry Li berdiri di lantai atas, mengamati setiap gerakannya.

Mata gelapnya semakin dalam dan lebih dalam, memandanginya dengan pandangan kabur, sekujur tubuhnya dingin.

Susan Lin membalik foto itu di atas meja, pingangnya berbalik menuju ke lantai bawah.

Kemudian, terlihat bayangan sepasang sepatu hitam mengkilat, ini adalah rancangan tangan master Andy dari Prancis, dirancang khusus untuk Terry Li.

Badannya seketika membeku, pandangan matanya juga berubah tak menentu.

Dia kapan datang, sudah melihat berapa banyak?

Susan Lin menggunakan ekor matanya melirik Terry Li, hanya terlihat wajahnya yang tenang, ia pelan-pelan menghela nafas lega, wajahnya menunjukan sebuah senyuman, “Terry, kamu kenapa datang? Kamu mengkhawatirkanku ya? Bukankah aku sudah bilang kepadamu, aku sudah tidak apa-apa.”

Terry Li melihat wanita di depannya yang kini wajahnya nampak tak tenang, mata gelapnya semakin dingin, suaranya tenang dan tidak ada emosi yang bisa dilihat, “sakitmu sudah sembuh?”

“Sudah….”

Susan Lin tanpa sadar menjawab, tetapi kemudian ia tersadar, Terry Li bagaimana bisa tahu dia pergi ke rumah sakit?

Sudut bibir Susan membentuk senyum, berlari menuju di depannya, menarik lengan bajunya sambil cemberut, “Terry, kamu sudah tahu semuanya? Kamu harus mendengarkanku! Ketika aku sedang mencari teman untuk minum kopi, begitu tersadar aku sudah berbaring di rumah sakit, aku tidak tahu apa yang terjadi……”

Dia terus berbicara sambil pura-pura tak sengaja menarik kerah baju, menunjukan tulang selangka dan kulitnya yang putih.

Dahulu tiap kali dia dan mantannya bersama, lelaki ini selalu suka mencium tulang selangkanya, katanya ini adalah bagian terseksi dari tubuhnya.

Dia dari dulu tidak tahu betapa wanita ini pintar bermain drama.

Terry Li memandang jijik, kemarahannya tidak bisa lagi dikendalikan, tangannya mecengkram lehernya sampai terpojok di dinding, mata gelapnya ada sebuah tatapan pembunuh yang haus akan darah, “Katakan, apa yang terjadi dengan kornea itu?”

“Mmm….mmm….kornea apa, aku…aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, mmm….Terry, jangan sakiti aku….” Wajah pucat Susan memerah, kedua tangannya meraih pergelangan tangannya, sekuat tenaga melepaskan.

Terry menunjuk mata kanannya dan bertanya, “Kornea ini sebenarnya punya siapa?”

Nafasnya pelan-pelan ia hembuskan, kedua mata hitamnya menatapnya tajam, mata dingin itu seakan hendak membunuh orang.

Mata Susan Lin memancarkan kebingungan, ia terbatuk-batuk, tangan satunya tak henti memukuli Terry sedang satunya lagi menunjuk lehernya.

Terry menjatuhkan Susan ke tanah, ia jongkok di samping badannya, mengangkat dahunya dan memakinya, “Katakan yang sebenarnya jika tidak ingin mati!”

Air di mata dan hidungnya mengalir, Susan Lin seperti serigala mengangkat kepalanya, menangis tanpa henti, “Terry, kamu bagaimana bisa tidak percaya padaku, kornea ini sungguh adalah kornea….”

Plakk….

Setumpuk dokumen mengenai wajahnya.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu