Gaun Pengantin Kecilku - Bab 53 Jessie, Aku Suka Padamu

Giovanni He menaikkan matanya lalu sambil mengerutkan keningnya berkata: "apakah kamu menjadi gila karena luka ini? Kita dapat membicarakan hal lain pada nanti, mengobati luka ini jauh lebih penting!"

Begitu mendengar omelan dia, Jeffery Huo merasa tenggorokkannya semakin tersendat, bahkan ucapan yang baru saja ingin dia katakan pun tertahan di sana dan tidak dapat dikeluarkan kembali.

Giovanni He dengan teliti membantu dia membersihkan bekas darah, lalu dengan pelan-pelan menyentuh luka dia dan bertanya padanya: "apakah sudah membaik?"

"Iya." Dia mengiyakannya sambil menatap dia dengan lekat, bahkan tidak ada kerutan satu pun pada keningnya.

Begitu melihat sepertinya Jeffery Huo benar-benar tidak kesakitan, maka dari itu, Giovanni He pun mensterilkan seluruh lukanya dan kembali mengambil obat bubuk yang khusus mengobati luka luar, lalu menaburnya di atas luka Jeffery Huo.

Lalu selanjutnya dia membuka kain kasa untuk membungkus tangan dia.

"Sudah selesai." Giovanni He menatap tangan kanan Jeffery Huo: "nanti ketika sedang makan, sepertinya kamu harus menggunakan sendok."

"Iya." Jeffery Huo tetapi mengiyakannya dan tatapannya masih saja tidak pergi dari tubuh Giovanni He.

Dia membereskan semua barang lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan begitu kembali dia pun melihat Jeffery Huo masih terduduk di atas sofa sambil menatap ke arah dia. Dia pun tersenyum: "Jeffery, kenapa hari ini kamu terlihat sering merenung?"

Pada biasanya, jika wanita dia mengatakan dia sedang termenung, dia pasti akan mendekap dia di dalam dekapannya dan memberinya sebuah pelajaran!

Akan tetapi pada saat ini...

Jeffery Huo berdiri dan berjalan ke depan Giovanni He, lalu menggenggam tangan dia dan pergi bersama ke ruang makan.

Pada saat ini, Simon He berlari ke arah mereka dengan bersemangat. Dia menarik kursi dan duduk di atasnya. Baru saja dia ingin mengambil sayur untuk Jeffery Huo, tiba-tiba dia pun melihat luka pada tangan Jeffery Huo.

Mata besar dia menatap ke arah kain kasa yang ada pada tangan Jeffery Huo selama beberapa detik, lalu bertanya: "Paman Huo, kamu terluka?"

"Iya." Jeffery Huo menganggukkan kepalanya: "tidak apa-apa, ini hanya luka kecil!"

"Kalau begitu bukannya kamu sudah tidak dapat memenangkan aku?" Simon He mengedipkan matanya ke arah dia. Lalu dia pun mengambil sumpitnya, lalu menjepit sepotong daging sapi kesukaan Jeffery Huo.

Hanya saja ketika mereka semua mengira dia akan makan sendiri, dia pun tiba-tiba menaruh daging sapi ke dalam mangkuk Jeffery Huo dan berkata: "Paman Huo, tadi itu aku hanya sedang bercanda! Karena kamu terluka, maka kamu adalah pasien. Tentu saja aku harus mengalah padamu!"

Ketika selesai berbicara, Simon He menepuk-nepuk dadanya dan berkata: "kamu ingin makan apa? Aku akan membantumu mengambilnya!"

Manusia memang akan selalu seperti ini. Ketika kamu berhasil mengambil keputusan dengan tidak mudah setelah ragu-ragu dalam waktu yang panjang, pasti akan menemukan secara mendadak akan ada banyak barang yang melompat keluar dan menghalangi keputusan yang kamu putuskan dengan susah payah.

Dulu Jeffery Huo bahkan dapat mencari alasan merasa tidak senang karena ada anak kecil yang menganggu dia di rumah.

Atau mungkin Jessie Lee hanya menyukai dia sebagai atasannya dimana rasa hormat jauh lebih banyak dibanding rasa suka.

Akan tetapi, dia mengulas senyuman tulus begitu melihat Simon He berinisiatif mengambil lauk-pauk untuknya dan juga Jessie Lee yang mengobati luka dia dengan serius. Bahkan dia juga mengomelinya karena dia menganggu proses pengobatan luka. Pada dasarnya ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit pun terasa semakin goyah.

Hanya saja di dalam masyarakat ini, orang-orang akan dihadapi dengan dua pilihan yang sulit. Entah memilih yang mana, pasti akan melukai yang lainnya.

Pada saat ini, prinsip hidup terlihat menjadi faktor penentu dalam mengukuhkan sebuah pilihan.

Jeffery Huo melihat ke arah mangkuknya yang semakin dipenuhi oleh berbagai macam lauk. Dia dengan terkejut menemukan bahwa anak kecil yang dulunya selalu merebut makanan dengannya pun dapat dengan jelas mengetahui makanan kesukaan dia, dia bahkan mengambil semua makanan kesukaan dia.

Jelas-jelas lauk ini terlihat sangat lezat, akan tetapi dia merasa tidak memiliki nafsu makan.

Akan tetapi pada akhirnya, Jeffery Huo pun menghabiskan seluruh masakan buatan Giovanni He.

Pada malam hari, Giovanni He masih pergi ke kamar Simon He untuk memeriksa pekerjaan rumahnya.

Karena anak kecil membutuhkan waktu tidur yang cukup, sehingga pada pukul delapan lewat, Giovanni He pun keluar dari kamar Simon He dan dirinya juga bersiap-siap untuk tidur lebih awal. Akan tetapi dia melihat Jeffery Huo berdiri di depan kamarnya seperti sedang menunggu dia.

"Apakah kamu mencariku?" Giovanni He berbicara sambil tersenyum.

"Jessie, temani aku untuk berjalan-jalan." Jeffery Huo berbicara dan menggenggam tangan Giovanni He untuk berjalan bersama-sama.

"Di luar banyak nyamuk." Giovanni He berkata.

"Kamu saat ini sedang memakai celana panjang." Jeffery Huo berbicara sambil membawa dia keluar dan merangkul di dalam dekapan dia: "aku akan merangkulmu, jadi kamu tidak akan terkena gigitan nyamuk."

Dia memakai alas kaki yang datar dan begitu dirangkul oleh dia, hampir seluruh badan dia pun masuk ke dalam dekapan dia.

Giovanni He menaikkan matanya dan melihat dagu Jeffery Huo tanpa bisa melihat ekspresi dia. Jadi dia pun bertanya: "Jeffery mengapa hari ini kamu agak berbeda?"

Dia tidak langsung menjawab ke intinya, melainkan melihat ke arah cahaya di depan sana dan berkata: "aku hanya ingin kamu menemani aku berjalan-jalan saja."

"Oh." Giovanni He mengaggukkan kepalanya dan berpikir mungkin saja Jeffery Huo sedang memiliki masalah dalam pekerjaannya dan tidak dapat membicarakannya kepada dia, sehingga dia pun tidak bertanya lagi.

Dia merangkul dia dari dalam villa hingga di sebuah pinggir danau. Pada saat tiba di pinggir danau, Jeffery Huo melihat ada sebuah ayunan di sana pun bertanya: "Jessie, apakah kamu ingin bermain ayunan?"

Giovanni He tersenyum: "sepertinya aku pernah bermainnya pada waktu aku masih kecil. Bukannya ini dirancang khusus anak-anak?" Sebelumnya, Simon He pernah memainkannya dan dia yang mendorongnya dari belakang.

"Duduklah." Jeffery Huo berkata.

"Baiklah." Pada langit malam yang sudah gelap ini timbul suasana romantis. Giovanni He pun juga sudah memiliki niatan sendiri untuk bermain ayunan.

Dia duduk di atasnya dan berbicara kepada Jeffery Huo: "sudah."

Lalu dia pun mendorongnya dengan pelan.

Ayunan tersebut mulai bergerak, akan tetapi karena Jeffery Huo tidak menggunakan terlalu banyak tenaga, sehingga ayunan tersebut hanya bergerak pelan.

Giovanni He tersenyum dan berkata: "mengapa sepelan ini? Ini tidak seperti dirimu!"

"Aku takut kamu terjatuh." Lalu Jeffery Huo menambahkan sedikit tenaga dan kembali mendorong Giovanni He.

Seketika ayunan tersebut melaju naik ke atas. Giovanni He memegang tali pada kedua sisi dan tiba-tiba merasa hatinya terasa lebih ringan.

Sebenarnya pada hari ini dia sudah merasa cemas selama beberapa jam.

Dia sebentar-sebentar selalu memperbarui Weibo dan menemukan selain komentar-komentar biasa dari netizen Weibo, sama sekali tidak ada berita buruk tentang dirinya di masa lalu.

Bahkan pada kolom komentar di bagian bawah, sebagian besar mendapatkan komentar seperti ini: "Vannie, kamu cantik sekali. Bahkan suara nyanyianmu saja sudah sangat bagus. Aku yang merupakan seorang wanita saja sudah jatuh cinta padamu!"

"Vannie memiliki tinggi badan 185CM, berat 73 KG. Lalu semua fotonya pun terlihat sangat cantik. Apakah aku boleh menikahi kamu?"

Komentar-komentar terbaru ini yang berisi dengan kalimat pujian pun membuat orang tidak dapat menahan senyumannya begitu membacanya. Akan tetapi hal ini juga membuat Giovanni He merasa tidak tenang.

Jennifer Jian tidak mungkin melepaskannya begitu saja, bahkan hingga saat ini pun tidak ada pergerakkan sama sekali. Apakah jangan-jangan dia sedang merencanakan yang lebih besar?

Atau Jennifer Jian tidak mendapatkan bukti yang sangat kuat akan masalah itu sehingga dia masih juga belum beraksi?

Akan tetapi perasaan semua ini pun mulai menghilang pada saat ini.

"Jessie, mengapa kamu tidak tertawa?" Jeffery Huo bertanya dari belakangnya: "aku melihat dari serial drama bahwa seorang wanita akan tertawa begitu sedang bermain ayunan."

"Jeffery, kamu menonton serial drama? Adegan-adegan seperti ini hanya akan ada di dalam serial drama bukan?" Giovanni He bertanya sambil mengerjapkan matanya.

Tiba-tiba timbul ekspresi canggung pada wajah Jeffery Huo: "aku tidak sengaja melihatnya."

Sebenarnya setelah jadian bersama dia, setiap kali menonton serial drama, dia merasa setiap adegan itu sudah seperti dia dan dia. Jadi dia pun benar-benar menontonnya selama beberapa saat.

Ada sebuah adegan dimana pemeran utama wanita sedang bermain ayunan dan pemeran utama pria pun mendorongnya dari belakang. Lalu mendengar suara tertawaan dia serta tatapan lembut pada matanya.

"Sebenarnya aku hanya ingin mendengar suaramu saja." Jeffery Huo menambahkan.

Wajah Giovanni He bersemu merah begitu mendengar kalimat mesra yang dia ucapkan. Dia menolehkan kepalanya dan melihat ke arah dia: "sejak kapan kamu menjadi pandai berbicara seperti ini?"

Di bawah cahaya bulan, matanya yang jernih itu pun tiba-tiba membuat dia merasa dia sangat cantik hingga dapat membuat orang berhenti bernafas.

Ketika Jeffery Huo mendapatkan kembali kesadarannya, dia sudah memegang tali ayunan agar ayunan tidak lagi bergerak. Lalu berjalan ke depan Giovanni He.

Pandangannya kembali seperti semula, dia duduk di atas ayunan dan mengadahkan matanya untuk menatap dia.

Tenggorokkan dia bergerak dan dia menundukkan badannya, lalu mendekat ke arah bibirnya.

Di bawah cahaya bulan, ketika bibirnya menyentuh bibir dia, itu bagaikan capung yang sedang menginjak air.

Ketika dia memundurkan badannya dan menatap ke arah wajah dia, lalu berkata: "Jessie, aku suka padamu."

Jantung Giovanni He berdetak dengan sangat cepat. Dia melihat ke arah wajah pria itu yang biasanya terlihat sangat serius itu serta memiliki wajah yang tampan, aura tubuh yang kuat pun timbul tatapan lembut hingga dapat membuat orang meleleh.

Deru nafas dia menjadi lebih cepat, bahkan dia tidak tahu harus menaruh kakinya dimana. Hingga Jeffery Huo menahan kepala bagian belakangnya dan menciumnya dengan dalam-dalam.

Tubuhnya menjadi tidak seimbang karena sedang duduk di atas ayunan serta oksigennya yang mulai menipis. Sehingga Giovanni He pun mau tidak mau menjulurkan tangannya untuk mengalungi tangannya di leher Jeffery Huo.

Karena keinisiatifan dia pun membuat dia semakin menciumnya dengan dalam seperti sambil menelusuri bentuk bibirnya dan sambil ingin menyedot hatinya.

Udara di paru-paru menipis dan Giovanni He merasa otaknya mulai kekurangan oksigen. Dalam keadaan linglung, tubuhnya menjadi lebih lembut dan bahkan lengannya jatuh dari leher Jeffery Huo.

Detik berikutnya, ketika dia menyadarinya dia memeluknya, lalu meletakkannya ke samping ayunan.Lalu kemudian menurunkan badannya untuk terus menciumnya.

Tubuhnya berayun lembut di atas ayunan seiring dengan ciumannya, rambut panjangnya menjulur turun seperti kain hitam, tetapi dia terlihat sedikit cerah dan berkilau di bawah cahaya sinar bulan.

Jeffery Huo seperti ingin memeluk seluruh tubuh Giovanni He ke dalam dekapannya dan tidak ingin melepaskan satu sama lain.

Hingga Giovanni He merasa dirinya ditekan oleh sesuatu di bagian bawah dan begitu membuka matanya dia pun memiringkan sedikit bibirnya.

Jeffery Huo sepertinya juga menyadari sesuatu. Dia mendapatkan kembali kesadarannya, akan tetapi detak jantungnya masih saja berdetak dengan sangat cepat.

Tadi dia menciumnya hingga kehilangan kendali bahkan tubuhnya pun bereaksi....

Akan tetapi meskipun seberapa besar rasa suka dia, dia juga tidak dapat memberikan apa-apa kepadanya......

Kenyataan ini membuat dia seperti disiram oleh sebaskom air dingin yang membuat Jeffery Huo merasa hatinya terasa sakit.

Dia melepaskan Giovanni He secara perlahan, berdiri dan menariknya. Kemudian memintanya untuk duduk di sampingnya dan merentangkan lengannya untuk merangkulnya.

"Maaf." Suara Jeffery Huo terdengar serak, akan tetapi dari ucapannya dapat terdengar banyak rasa ketidakrelaan di dalamnya.

Wajah Giovanni He bersemu merah dan dia pun hanya bergumam saja begitu mendengar ucapan Jeffery Huo tanpa mengucapkan apa pun lagi.

Beberapa saat kemudian, Jeffery Huo merasakan akhirnya tubuhnya sudah kembali tenang dan dia pun semakin mempererat pelukannya . Lalu dagu dia ditaruh di atas kepala dia dan berkata: "Jessie, temani aku duduk di sini selama beberapa saat."

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu