Gaun Pengantin Kecilku - Bab 47 Simon, Ayahmu Sangat Tampan!

Akan tetapi ketika Wesley Qiao kembali melihat foto tersebut, dia terlebih dahulu mengenali pria yang ada di dalamnya.

Pada hari itu Jeffery Huo menaruh jam tangan dia di dalam kantungnya, sehingga dia melihat jam tangan Jeffery Huo.

Itu adalah jam tangan edisi terbatas di internasional, sehingga tidak mungkin salah lagi.

Lagipula, tubuh pria ini yang memiliki pundak yang sangat lebar dan besar tentu saja sudah pasti Jeffery Huo!

Dia sedang berciuman dengan siapa? Tidak menyangka dia yang biasanya tidak pernah terlibat dalam berita gosip pun entah sejak kapan berubah menjadi seperti ini?!

Kedua orang yang sedang berada di dalam pusat perbelanjaan itu yang tidak tahu diri mereka sudah menjadi menghebohkan di sosial media pun barulah melepaskan satu sama lain.

Jeffery Huo menatap ke arah bibir Giovanni Huo yang membengkak: "Jessie, rasamu sangat lezat."

Dia bergegas memutar matanya dan berkata: "aku sudah lapar."

"Aku akan membawamu pergi makan enak!" Jeffery Huo berkata: "sebutkan saja apa yang kamu sukai!"

"Aku tahu sebuah toko yang berjualan makanan pencuci mulut yang enak, dia berada di depan gerbang sekolah Simon." Giovanni He mengangkat matanya dan melihat ke arah Jeffery Huo: "kita pergi ke sana ya?"

"Kamu ingin menjemput dia ?" Jeffery Huo berhasil mengetahui niat tersembunyi Giovanni He.

Giovanni He menjulurkan lidahnya: "sekalian memakan makanan ringan di depan gerbang sekolah dia!" Sebenarnya karena dia terus bekerja pada setiap harinya dan dia jarang memiliki kesempatan untuk menjemput putranya!

Jeffery Huo pun mengiyakannya begitu melihat reaksi dia: "baik, aku akan menemani kamu!"

Giovanni He tersenyum dan matanya terlihat sangat berbinar-binar.

Setengah jam kemudian, kedua orang itu pun menggunakan mobil Jeffery Hu dan tiba di gerbang sekolah Simon He.

Pada saat ini kurang lebih waktu sudah mau menunjukkan saatnya pulang sekolah. Sehingga banyak orangtua murid yang berdiri di depan gerbang sekolah. Ketika mereka berdua menghentikan mobil di pinggir jalan dan berjalan sambil berpegangan tangan, seketika pun menarik banyak perhatian orang-orang.

Jeffery Huo terlihat sangat tampan dan memiliki aura yang kuat, sedangkan wanita yang di sampingnya meskipun memiliki lekuk tubuh yang indah, akan tetapi dia terlihat terlalu sederhana.

Jika dilihat seperti ini, mereka memang terlihat sangat berbeda, akan tetapi karena perbedaan inilah yang melainkan semakin menunjukkan Jeffery Huo merupakan sebuah pria baik.

Ada orangtua murid yanag berkata: "kamu lihat pria itu begitu tampan, akan tetapi istrinya terlihat terlalu sederhana, akan tetapi hal ini membuat aku percaya akan cinta!"

"Iya, jika suamiku memiliki kemiripan 50% dari pria itu saja sudah sangat bagus sekali!"

"Entah mereka merupakan orangtua murid dari murid yang mana, nanti kita harus memperhatikannya dengan baik!"

Ketika sedang berbicara, anak-anak pun berbaris sambil berjalan keluar dengan dipimpin oleh sang guru.

Simon He berada di kelas ketiga dan hari ini kelas mereka yang keluar terlebih dahulu.

Giovanni He dari kejauhan sudah dapat melihat dia, dia melambaikan tangannya dan melambaikan tangan ke arahnya: "Kak Simon, aku di sini!"

Simon He berpamitan kepada sang guru dan ketika dia ingin menghampiri Giovanni He, dia pun menemukan keberadaan Jeffery Huo.

Dia tertegun, mengapa dia datang menjemput dia? Bukannya dia hanya bisa merebut ibunya yang cantik?

Murid yang ada di samping pun berbicara ke arah dia: "Simon, apakah itu adalah ayahmu? Tampan sekali!"

"Wow, ayah Simon benar-benar sangat tampan!"

"Simon, sebelumnya kamu masih mengatakan ayahmu berprofesi sebagai teknisi saluran air!"

"Simon, apakah aku boleh memeluk ayahmu?"

"Simon, ayahmu tinggi sekali........."

"Pantas saja Simon terlihat sangat tampan, rupanya karena ayahnya juga sangat tampan!"

Sekelompok anak kecil pun membahas hal ini dan menatap ke arah Simon He dengan tatapan kagum.

Pertama kali dalam hidupnya, Simon He merasa jika dia benar-benar memiliki seorang ayah, sepertinya juga akan sangat baik.......

Akan tetapi ibu mengatakan bahwa ayah dia sudah tidak ada..........

Tatapan anak kecil itu terlihat menggelap dan berjalan menghampiri Giovanni He.

Sebenarnya tadi Giovanni He sudah mendengar perbincangan sekelompok anak itu. Bahkan ada beberapa anak yang sengaja berlari ke depan Jeffery Huo dan memanggilnya dengan sebutan paman.

Jadi dia demi menjaga Simon He, dia pun melepaskan tangan Jeffery Huo, lalu menggenggam tangan Simon He dan membiarkan dia berdiri di tengah-tengah dia dan Jeffery Huo dan dia pun berbicara kepada Jeffery Huo: "kamu juga menggenggam dia."

Jeffery Huo tidak memiliki kebiasaan untuk menggenggam tangan anak kecil, terlebih dia selalu merasa Simon He merupakan penganggu hubungan dia dengan Giovanni He.

Giovanni He pun merasa sedih begitu melihat dia tidak bergerak sama sekali.

Iya, dia ini hanya ingin berpura-pura saja, lagipula bagi dia, Simon He itu bukan putranya, mengapa dia harus bekerjasama membantunya?

Terlebih, cepat atau lambat dia pasti akan sadar dari mimpi ini.

Mungkin ketika dia sadar nanti, dia pasti akan lebih menderita dibanding rasa tidak pernah memiliki bukan?

Jadi dia pun menoleh dan tersenyum ke arah Simon He: "Kak Simon, hari ini aku sengaja datang menjemput kamu, ayo kita jalan!"

Wanita dia yang tadi ini menggunakan kata 'aku' bukan 'kami'......

Jeffery Huo melihat wajah sisi samping Giovanni He dan merasa meskipun dia sedang tersenyum, akan tetapi dia dapat merasakan adanya kesedihan di dalamnya.

Apakah ini karena dia tidak menggenggam anak itu?

Dia melihat ke arah anak kecil yang memiliki tinggi lebih tinggi sedikit dari pinggang dia dan dia ragu-ragu sejenak. Meskipun dia tidak suka bersentuhan fisik dengan orang lain, akan tetapi dia tetap menjulurkan tangannya dan menggenggam tangan Simon He.

Begitu tangan tersebut mengenai tangannya, dia merasa tangannya sangat kecil dan lembut serta tidak timbul rasa penolakan.

Sedangkan Giovanni He dan Simon He pun benar-benar terkejut. Lalu mereka berdua pun bersama-sama mengadahkan kepalanya menatap ke arah Jeffery Huo.

Dia menaikkan alisnya: "bukannya kita ingin memakan makanan pencuci mulut di depan gerbang?"

"Iya." Giovanni He tersenyum, bahkan matanya terlihat sangat bercahaya: "di depan sana."

Begini saja dia sudah senang? Apakah dia sebegitu sukanya pada anak kecil? Jeffery Huo berpikir, jika dia memang menyukai anak kecil, nanti dia akan membuat satu dengannya dibanding harus terus menjaga anak orang lain!

Pada saat ini, sang guru pun mempercepat langkahnya begitu melihat ketiga punggung tersebut dan berkata: "kalian adalah orangtua dari Simon He bukan?"

Giovanni He ragu-ragu sejenak lalu membalikkan badannya dan menganggukkan kepalanya.

"Terlebih adalah ayahnya, kamu harus lebih memperhatikan anak ya. Aku lihat-lihat tanda tangan orangtua pada buku pelajaran dia sebagian besar ditandatangani oleh ibunya." Sang guru berkata: "terlebih adalah anak laki-laki, terkadang rasa perhatian sang ayah lebih akan mengukuhkan rasa percaya diri dia."

Jeffery Hup kebingungan begitu mendengar ucapan sang guru, akan tetapi dia dengan cepat merespon dan menganggukkan kepalanya: "baik, aku sudah mengetahuinya."

Tadi Giovanni He masih cemas dia akan mengatakan bahwa dia bukan ayahnya dan lain sebagainya, akan tetapi dia pun merasa lega begitu mendengar ucapan Jeffery Huo

"Simon sangat pintar dan rajin, kedepannya kamu harus lebih semangat lagi!" Sang guru kembali mengucapkan sebuah kalimat penyemangat.

Jeffery Huo menganggukkan kepalanya: "kamu akan mendidik dia dengan benar."

Setelah itu, semua tatapan orang di sekitar mereka pun melihat ke arah sekeluarga itu dengan tatapan kagum.

Begitu tiba di tempat menjual pencuci mulut yang dikatakan oleh Giovanni He, Jeffery Huo terlihat sangat bersih dan rapi, akan tetapi bagaimana mungkin dia akan duduk di tempat seperti ini.

Giovanni He baru menyadari bahwa dia bagaimana mungkin akan makan di tempat seperti ini, maka dari itu dia pun tidak duduk di dalam melainkan berbicara kepada sang penjual: "bungkus satu onde-onde!"

"Baik!" Sang penjual meresponnya dengan sangat cepat, dia dengan cepat mengambil kotak makan di dalam dan memasukkan makanan ke dalamnya lalu memberikannya kepada Giovanni He.

Dia membayarnya dan memberikan kotak makan tersebut kepada Simon He. Dia mengambilnya dengan tatapan berbinar-binar: "aku sudah menginginkan ini selama berhari-hari!"

Giovanni He menyunggingkan senyuman sayang: "aku tahu kamu paling menyukai ini!"

Simon He mengambil tusuk gigi, akan tetapi ketika ingin makan, dia seperti teringat akan sesuatu dan dia pun berjalan ke depan Jeffery Huo: "Paman Huo, ini sangat enak, kamu cobalah!"

Jeffery Huo biasanya tidak akan makan makanan pada tempat seperti ini, sehingga dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata: "aku tidak lapar."

Akan tetapi anak kecil ini benar-benar merasa sangat lezat dan tadi Jeffery Huo berhasil menaikkan harga diri dia di depan anak-anak yang lain. Sehingga dia pun dengan tulus berkata: "Paman Huo, ini benar-benar enak, kamu cobalah satu! Hanya satu saja!"

Jeffery Huo menundukkan kepalanya dan melihat tatapan berbinar-binar anak kecil itu serta tatapan penuh harap itu pun berhasil membuat dia tidak dapat menolaknya.

Dia pun berjongkok dan dengan sangat terpaksa mengambil sebatang tusuk gigi untuk menusuknya.

Akan tetapi dia tidk menyangka Simon He sudah sudah menusuknya dan menaruh di depan bibirnya.

Dia mau tidak mau membukakan mulutnya dan dalam seketika makanan tersebut pun masuk ke dalam mulutnya.

Setelah tumbuh sebegitu dewasanya, ini pertama kalinya dia disuapi oleh anak kecil dan dia pun merasa sangat aneh.

Hati Jeffery Huo menolaknya, akan tetapi mau tidak mau dia pun juga harus mengunyahnya.

Ketan mengucur dari sela-sela bibir dan gigi dan ketan tersebut tercium harum, sepertinya juga tidak terlalu buruk.

Jeffery Huo melihat bahwa Simon He masih menunggunya berkomentar, jadi dia membuka mulutnya dan berkata: "lumayan."

"Iya, aku juga merasa sangat lezat!" Anak kecil itu berbicara dengan sangat senang, pada saat ini semuanya terasa sangat nyata.

Jeffery Huo pun merasa senang begitu melihat Simon He dan Giovanni He tersenyum.

Kedua orang itu menunggu Simon He memakan dua biji, lalu menutupnya dan masing-masing menggenggam tangan kanan dan kirinya lalu membawa Simon He berjalan.

Matahari di sore hari membuat tiga buah bayangan. Pada hati Giovani He timbul sebuah keinginan begitu melihat bayangan di tengah yang merupakan anak kecil dan sisi kanan serta kirinya merupakan orang dewasa. Jika dia benar-benar menikah dan suaminya dapat memperlakukan anaknya sebaik ini maka sudah sangat baik.

Dengan begitu Simon He tidak menjadi anak yang tidak memiliki ayah, dia dapat tumbuh di keluarga yang lengkap seperti anak kecil lainnya yang dapat merasakan kasih sayang seorang ayah.

Akan tetapi meskipun Jeffery Huo yang berada di sisi sana memperlakukan dia dengan baik, akan tetapi mereka ditakdirkan tidak dapat bersama.

Jika dia tahu Simon He adalah putranya, mungkin Jeffery Huo akan memiliki niatan untuk membunuh mereka bukan?

Begitu teringat hal ini, hati Giovanni He kembali timbul perasaan bersalah dan tidak tenang karena telah menyembunyikan hal ini.

Pada akhir minggu, Giovanni He dan Jeffery Huo kembali pergi ke mansion Keluarga Huo.

Nyonya Tua Huo dan Paman Kedua Huo sudah kembali ke Amerika, sehingga pada saat ini di dalam mansion hanya tersisa Luciana Huo dan beberapa pembantu.

Ketika mereka berdua tiba, para pembantu sedang mencuci rambut Luciana Huo dan dia seperti kembali gila. Lalu emosi dia perlahan-lahan kembali tenang setelah Giovanni He menghampiri dia dan membujuknya dengan hati-hati.

Dia membantu Luciana Huo untuk mencuci rambutnya dan kembali menemani dia untuk berbincang-bincang.

Meskipun hanya dia yang sedang berbicara dan dia membicarakan peristiwa yang terjadi pada masa kecil Jeffery Huo dan Luciana Huo agar untuk membangunkan ingatan dia.

Meskipun Luciana Huo hanya mendengarkan tanpa mengeluarkan suara, akan tetapi emosinya jauh lebih baik dibanding sebelumnya.

Pada Hari Minggu, Jeffery Huo pergi ke luar kota untuk mengurusi pekerjaan, sehingga Giovanni He dan Simon He pun pergi ke taman bermain dan mereka berdua baru pulang ketika sudah sore hari.

Waktu seperti berlalu dengan sangat cepat. Hanya dalam satu kejapan mata saja, sudah tiba pada hari perlombaan pada Hari Jumat.

Giovanni He dan Jennifer Jian berhasil memasuki sepuluh besar dan bahkan seorang pria muda yang Giovanni He yakini dia akan berhasil masuk pun benar-benar masuk.

Hari ini, penyanyi Monica yang mendapatkan Penghargaan Grammy pun juga datang ke acara ini dan duduk di bagian kursi tamu.

Ketika Giovanni He sedang sibuk, dia pun mendengar nada dering yang khusus dia aturkan untuk Jeffery Huo. Dia mengambil ponsel dan dia tidak ingin orang di sekelilingnya mendengar lagu 《Suami Terbaik》yang dia jadikan sebagai nada dering panggilan masuk.

Dia memelankan suaranya: "Jeffery........"

Di ujung sana terdengar sangat bising: "aku sudah tiba di sini, apakah kamu dapat melihat aku?"

Giovanni He memutar badannya dan melihat Jeffery Huo yang berjalan ke arah barisan paling depan dan duduk di sana.

Jadi dia akan mendengar dia menyanyi? Seharusnya dia tidak akan mengenali dia bukan?

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu