Cinta Adalah Tidak Menyerah - Bab 40 Kebenaran Yang Terlambat
Bab 40 Kebenaran Yang Terlambat
Ibu Steffy dan Steffy melihat ke pintu pada saat bersamaan, ketika mereka melihat Raymon berdiri di pintu, kedua orang itu langsung bersemangat.
"Kak Raymon, kamu sudah kembali?"
Dalam sekejap, Steffy berubah kembali menjadi gadis yang penurut, dia tersenyum dan berlari ke arah Raymon.
"Pergi!"
Tapi Raymon langsung mendorongnya pergi.
Steffy tidak mengira bahwa Raymon akan menggunakan kekuatan yang sangat besar, seluruh tubuhnya terdorong dan membentur sudut meja, kemudian terjatuh ke lantai.
Tapi Raymon bahkan tidak melihatnya, langsung melangkah ke hadapan Ibu Steffy, mengulurkan tangan, meraih kerah leher Ibu Steffy.
"Kamu, kamu yang membunuh Ayahku dengan tanganmu sendiri? Kamu, yang menggelapkan uang milik perusahaan? Kamu, yang mencelakai Ayah Ayunia? Kamu, yang memfitnah Ayunia?!"
"Itu, Raymon ..."
Ibu Steffy awalnya ingin mengelak, tetapi melihat mata dingin Raymon yang seperti gunung es, dia akhirnya merasa bersalah kemudian menundukkan kepalanya.
Bagus, sangat bagus!
Raymon menghempaskan Ibu Steffy, melangkah ke hadapan Steffy, berjongkok, menatapnya kemudian bertanya, "Apa yang terjadi di rumah setelah aku pergi? Apa yang terjadi pada Ayunia?"
Steffy menangis dengan seketika, meraih tangan Raymon: "Kak Raymon, aku tidak tahu, aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, semua dilakukan oleh Ibu..."
Pembuluh darah di dahi Raymon berkedut dengan keras, membalikkan tangan menggenggam pergelangan tangan Steffy: "Yang aku tanyakan, apa yang terjadi di rumah setelah aku pergi? Apa yang terjadi pada Ayunia?"
"Tidak, tidak terjadi apa-apa? Setelah kamu pergi, aku baru menemukan tubuh bagian bawah Kak Ayunia berdarah, kemudian Kak Teddy datang, membawa pergi orang itu..."
Ketika Steffy mengucapkan kata-kata ini, wajahnya tercengang, matanya polos, air matanya yang besar, mengalir jatuh.
"Hah ..."
Raymon menyeringai, berbalik naik ke lantai atas, tidak lama, dia mengambil DV dari lantai atas turun, kemudian menghubungkan ke TV besar di ruang tamu.
Saat dia menyalakan TV, dia menatap pada Steffy kemudian mencibir: "Steffy, kamu tidak tahu bukan, sebenarnya, ada CCTV di kamar utama."
Untuk sesaat, wajah Steffy membeku, dia bergegas ingin menahan, tetapi sudah terlambat, layar TV yang awalnya hitam, sudah menampilkan rekaman.
Meskipun CCTV tidak ada suara, CCTV mahal itu mampu menangkap setiap ekspresi di wajah Steffy dengan sangat jelas.
Raymon yang duduk di sofa, hanya menonton, Ayunia yang bagian bawah tubuhnya mengeluarkan darah, dengan bersusah payah ingin merangkak keluar untuk meminta bantuan untuk dirinya, Steffy yang selangkah demi selangkah menghadangnya, bahkan melukai pergelangan tangannya sendiri, menghentikannya untuk masuk ke dalam kamar.
Haha ...
Raymon menyetel gambar CCTV pada saat ketika Ayunia jatuh dalam genangan darah, tidak bisa berhenti mencibir terus menerus di dalam hatinya.
Orang yang paling dia cintai, menjadi orang yang paling membohonginya, dan orang yang seharusnya paling dia benci, malah mati mengenaskan dalam ketidakpeduliannya ...
Ayunia pada saat itu, seharusnya sangat kedinginan dan sangat kesakitan...
Sepertinya ada sesuatu di dalam saku celananya, dia mengeluarkannya, hanya untuk menemukan bahwa itu adalah ponsel milik Teddy, memikirkan perkataan Teddy sewaktu di rumah sakit, dia membuka ponsel Teddy, menemukan satu-satunya video di dalam album galeri.
Memutarnya, di dalam video ada Ayunia yang cantik tapi wajahnya sangat pucat tidak memiliki jejak darah, dia berbaring di ranjang yang baru saja dia lihat, hanya bedanya dari yang tadi, dia perlahan membuka matanya di video.
"Teddy ..."
Dia berjuang untuk menggerakkan bibir merahnya, suaranya pecah dan serak: "Jangan beritahu Raymon bahwa aku akan mati, jika dia bertanya, kamu bilang saja bahwa aku pergi lagi."
Dalam video tersebut, terdengar suara Teddy yang gemetar: "Ayunia, kamusudah seperti ini, mengapa tidak ingin memberitahunya? Apakah karena kamu terlalu membencinya?"
"Membencinya? Aku seharusnya membencinya, tapi sayang sekali, aku mencintainya jauh lebih besar dibanding membencinya ..."
Ayunia tertawa sambil menggelengkan kepalanya: "Seperti masalah Steffy saat itu, aku tidak pernah menjelaskan padanya, walaupun Ayah sudah menyelidikinya, Steffy dan Ibu Steffy bermasalah, aku memohon ayah untuk tidak mengatakan pada Raymon, karena aku takut Raymon tidak akan mampu menahan rasa sakit, karena dia berpikir bahwa keluargaku yang bersalah padanya, maka biarkanlah terus seperti itu, hidup dengan kebencian akan lebih baik dibanding hidup dengan rasa sakit ..."
Novel Terkait
Awesome Husband
EdisonSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiTen Years
VivianThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensThe Revival of the King
ShintaPrecious Moment
Louise LeeCinta Adalah Tidak Menyerah×
- Bab 1 Mengidap Penyakit Mematikan
- Bab 2 Steffy
- Bab 3 Ayo Kita Bercerai
- Bab 4 Masa Lalu
- Bab 5 Masih Tidak Bisa Membiarkannya
- Bab 6 Steffy Dan Ibunya
- Bab 7 Cinta Atau Tidak Cinta
- Bab 8 Ulah Siapa
- Bab 9 Membawa Dia Pulang
- Bab 10 Hatimu Berwarna Apa?
- Bab 11 Memaksa Menempati Kamar
- Bab 12 Sudah Hamil
- Bab 13 Tidak Tahu Malu!
- Bab 14 Atas Dasar Apa Kamu Menyalahkanku?
- Bab 15 Ternyata Dia
- Bab 16 Kamu Tidak Cukup Memenuhi Syarat
- Bab 17 Dia Lebih Bagus Mati Di Luar
- Bab 18 Ayunia Sudah Akan Pergi
- Bab 19 Jika Aku Mati, Apa Yang Akan Kamu Lakukan?
- Bab 20 Tindakan Apa Yang Akan Dia Lakukan Lagi?!
- Bab 21 Tidak Kembali Akan Lebih Baik
- Bab 22 Keluar Rumah Dengan Tangan Kosong
- Bab 23 Kebenaran Yang Diragukan
- Bab 24 Jijik Tanpa Ada Alasan
- Bab 25 Benar-Benar Bisa Melepaskan?
- Bab 26 Tidak Bisa Bangun Dari Mimpi Buruk
- Bab 27 Dia Akan Kembali
- Bab 28 Pulanglah Bersamaku
- Bab 29 Kecuali Kamu Mati
- Bab 30 Kemari Dan Minta Maaf Kepada Steffy!
- Bab 31 Siapa Dia?!
- Bab 32 Hati Seakan Mati
- Bab 33 Penderitaan Tanpa Akhir
- Bab 34 Untuk Apa Berpura-Pura Polos
- Bab 35 Raymon, Aku Membencimu
- Bab 36 Jatuh
- Bab 37 Tidak Ingin Kamu Menyesal
- Bab 38 Kamu Baru Saja Mengatakan Siapa Yang Meninggal?
- Bab 39 Kamu Yang Membunuhnya
- Bab 40 Kebenaran Yang Terlambat
- Bab 41 Maaf, Terima Kasih