Cinta Adalah Tidak Menyerah - Bab 1 Mengidap Penyakit Mematikan
Bab 1 Mengidap Penyakit Mematikan
Sudah terlambat ...
Didiagnosa mengidap penyakit kanker otak stadium akhir, hanya tersisa waktu satu bulan lagi untuknya, sudah tidak ingin lagi melakukan perjuangan yang sia-sia itu.
Keluar dari firma hukum, Ayunia mengambil ponsel, membuka aplikasi chat, mancari nama yang sudah sangat tidak asing lagi baginya, jarinya berhenti di keyboard untuk waktu yang lama, lalu menekan tombol pesan suara.
Mengambil napas dalam-dalam, dia menggunakan suaranya yang paling lembut untuk bertanya: "Raymon, bisakah kamu kembali malam ini untuk menemaniku?"
Pesan suara itu berhasil dikirim, tetapi tidak ada balasan untuk waktu yang lama.
Walau begitu, Ayunia masih menyetir mobil pergi ke pasar terdekat, dengan ahli memilih dan mengambil berbagai sayuran dan produk daging.
Suara bising dan keadaan kotor pasar adalah hal yang tidak bisa dia biasakan, tapi dia memaksa dirinya untuk membiasakan diri, dulu, dia adalah putri di keluarganya yang membuat orang-orang merasa iri, tapi sekarang, dia hanya seorang istri Raymon.
Untuk terakhir kalinya dia ingin melakukan sesuatu untuknya.
Meskipun ...
Dia mungkin tidak membutuhkannya sama sekali, atau bahkan membencinya, membenci keberadaannya.
"Ting!"
Ponsel sedikit bergetar, Ayunia tidak sabar untuk membuka ponsel sambil meletakkan sayur ke dalam mobil, ketika melihat bahwa Raymon yang membalas pesannya, dia tertawa seperti anak kecil yang mendapatkan permen.
Namun, ketika dia menekan pesan suara, seperti biasa jawabannya selalu dingin dan acuh tak acuh, dengan sedikit sinis berkata: "Sudah sebulan tidak bertemu, kamu masih sama murahannya?"
Ternyata...
Dia masih membencinya.
Tapi tidak masalah, dia tidak mengatakan bahwa dia memiliki acara, walaupun dia dingin dan sinis juga tidak masalah, dia pasti akan pulang untuk makan malam ini.
Berpikir begitu, Ayunia menyetir pulang, kemudian dengan hati-hati menyiapkan berbagai hidangan.
Tiga jam kemudian, ketika Ayunia meletakkan semangkuk sup di atas meja, dia mendengar suara kunci pintu berputar, dia membalikkan badan dengan terkejut, melihat Raymon muncul di ruang tamu.
Namun, berbeda dengannya, ekspresi yang ditampilkan oleh Raymon dingin dan tajam.
"Raymon, kamu sudah kembali?" Ayunia tersenyum sambil berjalan ke arah Raymon, mencoba mengulurkan tangan untuk meraih dan mengambil tas kerjanya.
Raymon mundur selangkah dengan jijik, menghempaskan tas kerjanya ke sofa.
Dia tidak mengerti, mengapa wanita ini seperti plester kulit, walau bagaimanapun dia sinis padanya, mengejeknya, dia tetap menganggap seakan tidak ada masalah.
"Raymon, ayo kita makan?"
Mencoba menahan dirinya, jari-jari tangannya yang memutih itu disembunyikan di belakang punggungnya, Ayunia menekan perasaan sedih dalam hatinya, berjalan ke arah meja makan terlebih dahulu.
"Apakah kamu benar-benar belum selesai?"
Raymon melangkah ke meja makan juga, wajah tampan itu tampak begitu dingin dan tidak ada kehangatan di bawah lampu kristal ruang tamu.
Dia menundukkan kepala, mengamati piring cantik di atas meja, alisnya berkerut, tiba-tiba tertawa sinis: "Jika ayahmu tahu, putrinya yang dia besarkan dari kecil hingga dewasa sekarang ternyata begitu murahannya, apakah dia akan bangkit lagi dari dalam peti mati? "
Sudah lima tahun, sejak dia menjadi istrinya, perlakuan Raymon padanya selalu dingin seperti ini, dia pikir dia bisa terbiasa, tapi sebenarnya...
Dia masih bisa sakit hati, bisa sakit.
"Raymon, ayahku sudah meninggal, bisakah kita berhenti ..."
"Itu karena dia pantas seperti itu!!"
Suara Raymon tiba-tiba meninggi, wajah tampannya kaku: "Dari sejak melihat caranya memaksaku untuk menikahimu sudah dapat terlihat, tipe orang yang menggunakan cara yang licik sepertinya, tidak tahu sudah berapa banyak hal-hal jahat yang sudah dia perbuat!!"
Berpikir begitu, tiba-tiba dia mencibir, dia menarik taplak di atas meja, "Prangg!" semua makanan yang dimasak dengan menghabiskan waktu yang lama, pada saat ini jatuh berserakan dengan piring-piringnya di atas lantai.
Namun Raymon sama sekali tidak peduli, dia menggenggam pergelangan tangan Ayunia yang ramping, dengan sekuat tenaga menghempaskannya ke atas meja.
Dengan tatapan merendahkan melihat wanita yang selalu menurutinya, Raymon dalam sekejap melepas gaunnya.
"Namun, karena Nyonya Raymon memohon padaku untuk menemaninya malam ini, aku rela membiarkan Ayahmu melihat dengan matanya sendiri, bagaimana tampang mengenaskan putrinya!"
Setelah berbicara, dia memutar tubuh Ayunia ke satu arah, sama sekali tidak ada pemanasan, dia langsung masuk ke dalam dirinya dari belakang, sedangkan dari sudut pandang Ayunia, ketika mendongak, dia dapat melihat potret Ayahnya yang dipajang di ruang tamu.
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanUnplanned Marriage
MargeryBeautiful Lady
ElsaMy Charming Lady Boss
AndikaMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniPengantin Baruku
FebiPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Marriage Journey
Hyon SongCinta Adalah Tidak Menyerah×
- Bab 1 Mengidap Penyakit Mematikan
- Bab 2 Steffy
- Bab 3 Ayo Kita Bercerai
- Bab 4 Masa Lalu
- Bab 5 Masih Tidak Bisa Membiarkannya
- Bab 6 Steffy Dan Ibunya
- Bab 7 Cinta Atau Tidak Cinta
- Bab 8 Ulah Siapa
- Bab 9 Membawa Dia Pulang
- Bab 10 Hatimu Berwarna Apa?
- Bab 11 Memaksa Menempati Kamar
- Bab 12 Sudah Hamil
- Bab 13 Tidak Tahu Malu!
- Bab 14 Atas Dasar Apa Kamu Menyalahkanku?
- Bab 15 Ternyata Dia
- Bab 16 Kamu Tidak Cukup Memenuhi Syarat
- Bab 17 Dia Lebih Bagus Mati Di Luar
- Bab 18 Ayunia Sudah Akan Pergi
- Bab 19 Jika Aku Mati, Apa Yang Akan Kamu Lakukan?
- Bab 20 Tindakan Apa Yang Akan Dia Lakukan Lagi?!
- Bab 21 Tidak Kembali Akan Lebih Baik
- Bab 22 Keluar Rumah Dengan Tangan Kosong
- Bab 23 Kebenaran Yang Diragukan
- Bab 24 Jijik Tanpa Ada Alasan
- Bab 25 Benar-Benar Bisa Melepaskan?
- Bab 26 Tidak Bisa Bangun Dari Mimpi Buruk
- Bab 27 Dia Akan Kembali
- Bab 28 Pulanglah Bersamaku
- Bab 29 Kecuali Kamu Mati
- Bab 30 Kemari Dan Minta Maaf Kepada Steffy!
- Bab 31 Siapa Dia?!
- Bab 32 Hati Seakan Mati
- Bab 33 Penderitaan Tanpa Akhir
- Bab 34 Untuk Apa Berpura-Pura Polos
- Bab 35 Raymon, Aku Membencimu
- Bab 36 Jatuh
- Bab 37 Tidak Ingin Kamu Menyesal
- Bab 38 Kamu Baru Saja Mengatakan Siapa Yang Meninggal?
- Bab 39 Kamu Yang Membunuhnya
- Bab 40 Kebenaran Yang Terlambat
- Bab 41 Maaf, Terima Kasih