After The End - Bab 20 Sudah giliran dia yang masuk ke neraka
Wilson tidak menyangka akan mendengar ini semuanya, lebih tepatnya dia tidak pernah menyangka ada begitu banyak masalah yang terjadi diantara Putri dan Wilson. Sambil memikirkan kata-katanya, Wilson segera mendapatkan poin penting: “Tiga tahun? Apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun lalu?”
“Ceritanya panjang, aku tidak ingin mengungkitkannya. Tapi yang paling aku syukuri yaitu aku telah keluar dan bebas dari neraka, sekarang giliran dirinya yang masuk ke dalam neraka tersebut.” Putri meletakkan pergelangan tangannya di atas meja, terlihat sebuah bekas luka akibat mencoba bunuh diri, “Dua kali, aku sudah pernah mati dua kali, jadi sekarang gilirannya.”
Melihat luka tersebut, Wilson sangat terkejut dan pikirannya kosong tidak tahu apa yang harus dikatakan lagi, tetapi dari awal pembicaraan suara Putri terdengar sangat tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tetapi semakin tenangnya Putri membuat Wilson terasa semakin tidak nyaman.
Namun dia tidak akan bertanya lagi, berhubung dia sudah kembali maka ada begitu banyak cara untuk mencari tahu. Lagian di dunia ini tidak ada tembok yang tidak transparan, apalagi hanya hal kecil seperti ini, suatu saat nanti semuanya juga akan terbongkar.
Setelah berpisah dengan Wilson, Putri langsung bergegas pulang ke rumah. Pembantunya yang tuna rungu dan tuna wicara sudah pulang, Putri menemukan masakan pembantunya yang masih dalam keadaan panas di dapur, tiba-tiba Putri merasa mual melihat semua makanan itu, dan langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk memuntahkannya.
Setelah dia memuntahkan semua sisa cairan terakhir yang pahit, rasa mualnya sudah berkurang banyak. Dia membersihkan mulutnya, keluar dari kamar mandi dan melihat Calvin Zhang sedang duduk di atas sofa.
Mimik wajahnya terlihat kurang senang.
Putri seketika gemetaran, seluruh perasaan buruknya muncul.
Apakah dia sudah tahu kehamilannya? Apa yang ingin dia lakukan di sini?
Putri merasakan jantungnya berdetak jauh lebih cepat, kemudian Calvin Zhang merasakan dirinya sedang dipelototin oleh Putri, dia memutar badannya, empat mata mereka saling menatap. Putri terkejut kemudian membuka mulutnya mengucapkan: “Kenapa kamu bisa datang kesini?”
"Ini rumahku, kenapa aku tidak boleh datang?" Calvin Zhang bangkit dari sofa dan menatap lekat matanya.
Putri merasakan adanya tekanan dari segala arah yang ingin menyerangnya, tetapi dia berusaha memberikan ekspresi setenang mungkin namun dengan refleks telah mengepalkan tangannya. Mungkin dikarenakan telah mengandung anaknya, dia menjadi kurang percaya diri, sambil menghindari tatapan Calvin Zhang lalu berkata: “terserahmu , aku ada sedikit keperluan mau keluar, kamu bisa lakukan apa aja disini.”
Dia sebenarnya tidak ingin berada di ruangan yang sama dengan Calvin Zhang, melihat mukanya membuat Putri merasa jijik.
Putri mengambil tas di mejanya, ketika hendak pergi, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Calvin Zhang. Tubuhnya yang berat menahan tubuh Putri dan matanya menunjukkan kekerasan yang dipendamnya.
Dia berkata, “Putri, apa yang mau kamu lakukan? Pergi menjual dirimu?
“Apa katamu?” Putri menaikkan alisnya, suaranya terdengar sangat dingin.
Namun Calvin Zhang tidak memedulikannya, kemudian langsung menarik tas putri, semua barang yang ada di dalam tasnya jatuh ke lantai. Amplop yang berisi uang tadi juga terbuka, kemudian kertas-kertas yang berwarna merah bertebaran di dekat kaki mereka.
Setelah melihat sekilas uang yang terjatuh dilantai, dia pun menggumam dengan intonasi yang sangat dingin, “Darimana asal uang ini?”
“Sepertinya tidak ada hubungannya denganmu.” Putri menatap lekat Calvin Zhang, mimik mukanya tidak berubah sama sekali.
Calvin Zhang melihat tatapan Putri yang membuatnya tidak enak dipandang seolah ingin membunuhnya. Sejam yang lalu, di kantor kerjanya dia menerima foto berisi Wilson memberikan uang kepada Putri, pengirim foto yang tidak diketahui siapa itu, memberitahu dia kalau Putri menjual diri demi mendapatkan uang.
Saat itu, Calvin Zhang hampir gila. Dadanya seperti dirobek oleh cakaran serigala kemudian seperti ada angin badai yang masuk ke dalam dadanya. Setelah itu dia bergegas pergi ke tempat Putri, menunggu dibawah, dan melihat Wilson mengantar Putri pulang.
Melihat mereka berdua berbicara dan tertawa bersama-sama membuat tingkat amarahnya semakin tinggi.
Sambil memikirkan kejadian tersebut, tatapan Calvin Zhang semakin tidak bersahabat, menatapnya dengan dalam dan kemudian mengucapkan kata demi kata: “Sudah kukatakan sebelumnya, jangan mencoba mendekati atau mempergunakan Wilson."
Novel Terkait
Waiting For Love
SnowCinta Tak Biasa
SusantiYour Ignorance
YayaThe Gravity between Us
Vella PinkyAwesome Husband
EdisonCutie Mom
AlexiaPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeAfter The End×
- Bab 1 Merobek hatimu menjadi serpihan
- Bab 2 Darah merah segar
- Bagian 3 Menghancurkanmu secara keseluruhan
- Bagian 4 Kesayangannya
- Bab 5 Situasi yang telah direncanakan sejak awal
- Bab 6 Semua Tentang Dia
- Bab 7 Tidak Sebagus Anjing Pinggir Jalan
- Bab 8 Tali yang Mengikatnya
- Bab 9 Tanggal Kematian Mia
- Bab 10 Jatuh ke Bawah Laut
- Bab 11 Rupanya yang beragam
- Bab 12 Aku akan mengutukmu
- Bab 13 Kamu tidak akan mati dengan tenang
- Bab 14 Semua karma akan terbalaskan
- Bab 15 Kamulah yang terlebih dahulu mengkhianatiku
- Bab 16 Dia seperti....
- Bab 17 Aku ingin memiliki seorang anak
- Bab 18 Hanya dia yang tidak pantas
- Bab 19 Orang baik tidak panjang umur
- Bab 20 Sudah giliran dia yang masuk ke neraka
- Bagian 21 Ketika digigit satu gigitan oleh anjing
- Bab 22 Kamu punya kualifikasi apa
- Bab 23 Pernah saja ada orang yang mengagumimu
- Bab 24 Melangkah ke kehidupan yang berdebu
- Bab 25 Ini adalah karmaku
- Bab 26 Karena mencintai orang yang salah
- Bab 27 Semua ini dibawah pengendaliannya
- Bab 28 Sepertinya sudah tidak perlu mengenalmu lagi
- Bab 29 Ini anaknya
- Bab 30 Tidak bisa kembali ke masa lalu
- Bab 31 Dia hanyalah sebuah kejadian diluar dugaan
- Bab 32 Sakit yang tidak bisa di tahan
- Bab 33 Itu adalah darah penuh dosa
- Bab 34 Semuanya tidak akan seperti dulu lagi
- Bab 35 Fakta
- Bab 36 Hidup Dengan Penuh Gejolak
- Bab 37 Dunianya Kembali Cerah
- Bab 38 Aku Dulu Menganggapmu Adalah Seluruh Duniaku