Cinta Adalah Tidak Menyerah - Bab 41 Maaf, Terima Kasih
Bab 41 Maaf, Terima Kasih
Dalam video, tiba-tiba terdengar suara terisak, seharusnya itu suara Teddy yang menangis.
Tapi Ayunia masih tersenyum, tersenyum pada kamera: "Teddy, setelah aku pergi, bantu aku untuk menjaga Raymon, lambungnya tidak baik, tidak boleh memakan makanan yang merusak lambung, juga tidak boleh selalu minum alkohol, ada lagi, tidurnya juga tidak begitu nyenyak, bantu aku untuk mengingatkannya, minum secangkir susu panas setiap malam sebelum tidur, ada lagi, ada lagi ... "
"Sebenarnya, aku ingin kamu membantuku memberitahunya, aku mencintainya, tapi...lebih baik jangan katakan padanya, karena meskipun aku mengatakannya, dia tidak akan percaya. Sebenarnya, dia percaya atau tidak juga tidak masalah, masalah tentang mencintai dia, cukup aku saja yang mengingatnya..."
Mata Ayunia, perlahan-lahan menutup, tetapi suaranya masih lanjut berbicara: "Ayunia mencintai Raymon, akan selalu terus mencintainya sampai detik terakhir Ayunia hidup..."
Videonya terhenti, seperti hidup Ayunia di dalam video, dia mati dengan begitu mengenaskan, tetapi senyum yang tergantung di sudut bibirnya sangat lembut.
Raymon terus menatap ponsel Teddy, sampai setiap inci kulit dan saraf di tubuhnya mulai sakit, merasa seperti tubuhnya terikat sehingga sulit untuk bergerak, seluruh tubuhnya seakan ditusuk sepuluh juta jarum, kuat tertanam dalam tubuhnya, bahkan hatinya, seperti dipaku dengan menggunakan palu, sangat sulit untuk ditahan.
Pada saat itu, dia baru menyadari, dia benar-benar sudah kehilangan.
Pada hari pemakaman Ayunia, hujan turun dengan deras.
Teddy dan Kaila memegang payung hitam, berdiri di tempat yang jauh, memberi ruang ketenangan untuk Raymon.
Di depan makam, Raymon melepas sarung tangannya, jari-jari rampingnya, terus menerus menyeka batu nisan Ayunia.
Dia di dalam ingatannya, dia sangat mencintai kebersihan, jadi dia mungkin tidak akan suka jika kotor bukan?
Hujan turun sangat lebat, sepanjang pagi, Raymon berjongkok di depan batu nisan Ayunia, mengelapnya, sampai hujan reda, jari-jarinya membeku dingin hingga berubah warna menjadi ungu.
Melihat senyum manisnya di foto, Raymon perlahan mengulurkan tangan kemudian mengelus foto.
"Ayunia ..."
Menggerakkan bibirnya, dia rindu kemudian meneriakkan namanya, bulu matanya yang lentik sudah dipenuhi dengan air mata, tetapi bibir tipisnya membangkitkan senyum bahagia dan penuh kasih.
"Maaf, terima kasih ada kamu yang mencintaiku, telah mencintaiku ..."
Keluar dari tempat makam, Kaila mengendarai mobilnya sendiri, hanya Teddy yang duduk di dalam mobil Raymon, merasakan kemacetan dengannya.
"Aku mohon, berikan aku uang..."
"Berikan aku sedikit uang..."
Teddy tertarik dengan wanita yang sedang mengemis di celah kendaraan, setelah melihat dengan hati-hati, dia mengenalinya dan ternyata itu adalah Ibu Steffy!
Ibu Steffy saat ini, rambutnya acak-acakan, mengenakan pakaian lusuh, di pinggangnya terikat tali rami kasar, sementara di ujung tali itu terikat Steffy yang hanya tertawa bodoh ketika melihat orang lewat.
Ibu dan anak itu, membawa sebuah mangkuk nasi yang bobrok, mengetuk setiap jendela mobil.
Teddy baru terpikir, setelah mengetahui kebenaran, Raymon tidak melapor pada polisi, tapi dengan caranya sendiri, dia menghukum Steffy dan Ibu Steffy, dia menggunakan semua koneksinya, sehingga membuat Steffy dan Ibu Steffy tidak bisa menemukan pekerjaan, Ibu Steffy yang sudah tidak berdaya, memaksa Steffy pergi ke hotel kecil untuk melakukan prostitusi, tetapi tidak lama setelah itu, Steffy depresi hingga menjadi gila.
Tidak diduga, Ibu Steffy yang sekali lagi tidak ada jalan keluar, benar-benar membawa Steffy untuk mengemis makan.
"Tok Tok Tok..."
Ibu Steffy akhirnya mengetuk jendela mobil Raymon, tetapi Raymon hanya menatapnya dengan acuh tak acuh, kemudian mengalihkan pandangan.
Setelah lampu hijau, Raymon menginjak pedal gas, melewati tubuh Steffy dan Ibu Steffy.
Pulang ke rumah, ketenangan di rumah sangat membosankan.
Raymon berjalan sendirian ke lantai dua, membuka pintu kamar, duduk di pinggir ranjang, membuka meja di samping ranjang, mengeluarkan kotak kecil yang cantik dari dalam.
Dibuka, di dalamnya adalah cincin pernikahannya kala itu.
Cincin pihak wanita, ketika memakamkan Ayunia, dia secara pribadi yang memakaikannya ke jari tangan Ayunia, dan cincin pihak pria ...
Dia perlahan-lahan mengambilnya, akhirnya memakainya di jari manisnya setelah lima tahun menikah.
Malam itu, Raymon bermimpi, dia memimpikan Ayunia dalam ingatannya.
Pada saat itu, dia dan Ayunia masih kuliah, Ayunia secara khusus datang untuk meminjam buku padanya, ketika dia mengembalikan buku itu padanya, dia membuka buku untuk memeriksanya, di halaman terakhir buku, dia melihat sebuah tulisan tangan yang sangat indah.
Gunung tidak sepanjang alismu.
Air tidak sejernih matamu.
Setelah melewati beberapa hutan dan hujan,
Seumur hidup hanya menginginkanmu seorang ...
Ketika bangun di pagi hari, Raymon tersenyum, menyambut kehangatan matahari, dia tersenyum seperti anak kecil.
Novel Terkait
Step by Step
LeksTakdir Raja Perang
Brama aditioMy Tough Bodyguard
Crystal SongAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaAdore You
ElinaInnocent Kid
FellaMy Lady Boss
GeorgeCinta Adalah Tidak Menyerah×
- Bab 1 Mengidap Penyakit Mematikan
- Bab 2 Steffy
- Bab 3 Ayo Kita Bercerai
- Bab 4 Masa Lalu
- Bab 5 Masih Tidak Bisa Membiarkannya
- Bab 6 Steffy Dan Ibunya
- Bab 7 Cinta Atau Tidak Cinta
- Bab 8 Ulah Siapa
- Bab 9 Membawa Dia Pulang
- Bab 10 Hatimu Berwarna Apa?
- Bab 11 Memaksa Menempati Kamar
- Bab 12 Sudah Hamil
- Bab 13 Tidak Tahu Malu!
- Bab 14 Atas Dasar Apa Kamu Menyalahkanku?
- Bab 15 Ternyata Dia
- Bab 16 Kamu Tidak Cukup Memenuhi Syarat
- Bab 17 Dia Lebih Bagus Mati Di Luar
- Bab 18 Ayunia Sudah Akan Pergi
- Bab 19 Jika Aku Mati, Apa Yang Akan Kamu Lakukan?
- Bab 20 Tindakan Apa Yang Akan Dia Lakukan Lagi?!
- Bab 21 Tidak Kembali Akan Lebih Baik
- Bab 22 Keluar Rumah Dengan Tangan Kosong
- Bab 23 Kebenaran Yang Diragukan
- Bab 24 Jijik Tanpa Ada Alasan
- Bab 25 Benar-Benar Bisa Melepaskan?
- Bab 26 Tidak Bisa Bangun Dari Mimpi Buruk
- Bab 27 Dia Akan Kembali
- Bab 28 Pulanglah Bersamaku
- Bab 29 Kecuali Kamu Mati
- Bab 30 Kemari Dan Minta Maaf Kepada Steffy!
- Bab 31 Siapa Dia?!
- Bab 32 Hati Seakan Mati
- Bab 33 Penderitaan Tanpa Akhir
- Bab 34 Untuk Apa Berpura-Pura Polos
- Bab 35 Raymon, Aku Membencimu
- Bab 36 Jatuh
- Bab 37 Tidak Ingin Kamu Menyesal
- Bab 38 Kamu Baru Saja Mengatakan Siapa Yang Meninggal?
- Bab 39 Kamu Yang Membunuhnya
- Bab 40 Kebenaran Yang Terlambat
- Bab 41 Maaf, Terima Kasih