Memori Yang Telah Dilupakan - Bab 8 Ketakutan Siska
Bab 8 Ketakutan Siska
Terkadang Meri merasa dirinya begitu rendahan, demi Yoel melakukan hal-hal yang tidak berguna. Meri berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing dengan kata-kata Yoel, "Tetap akan bercerai, dan anak itu juga milikmu."
Yoel mengejek dan berpikir Meri bercanda, bahwa dia melahirkan susah payah, lalu anaknyadiberikan kepada dia, apakah Meri pikir dia akan percaya padanya?
"Kata-kata itu sangat bagus untuk didengarkan, rencanamu begitu hebat, kamu kira saya akan percaya, segera gugurkan anak itu!" Kata Yoel dengan kejam.
Wajah Meri begitu pucat, tidak bisa dipercaya, bahwa Yoel ingin anak itu digugurkan.
Meri tidak mau, kata-kata yang begitu kejam itu memukul batas pertahanannya, "Tidak, aku ingin melahirkan anak ini, ini adalah daging kamu dan aku."
"Apakah kamu tahu bahwa aku membencimu?" Yoel membanting tangan Meri, "Aku saja benci saat bersamamu, apalagi harus memiliki anak dari kamu, lebih baik kamu menggugurkannya sekarang."
Air mata Meri pun mulai menetes, ia begitu kaget dengan kata-kata Yoel yang sangat kejam yang memacu syarafnya, darah diseluruh tubuh Meri pun mengalir kebelakang, sejenak tidak bisa berkata apa-apa.
Ketika Yoel membawanya ke departemen kebidanan dan ginekologi, Meri baru merespon, menghapus air matanya dan melawan, "Lepaskan saya!"
"Meri, kamu tahu mengapa saya tidak ingin memiliki anak bersamamu?Itu karena selama ada anak, diantara kita akan menjadi makin tidak jelas, ini adalah mimpi burukku, menikahi kamu adalah mimpi burukku!"
"Cukup!"
Meri begitu sakit hati hingga rasanya tidak ingin hidup lagi, lalu dengan menggunakan tenaganya ia menampar Yoel.
Desahan keras membuat Yoel berhenti langkah kakinya, dan juga membuat Meri sadar, Meri dengan penuh air mata menatap Yoel, matanya penuh dengan kekecewaan, "Sekarang juga kita bercerai saja, anak ini tidak akan kuberikan padamu."
Yoel terkejut untuk waktu yang cukup lama, memandang kearah Meri, tangannya juga dilepaskan.
Meri mendapatkan kebebasan, namun ia bingung, hidupnya bukan hanya Yoel, tapi juga anak, dan kasihan anaknya, jika ketika lahir tidak memiliki ibu dan ayah.
Pada saat ini, Meri jadi bingung, apakah dia membuat pilihan yang tepat?
Jika anaknya tidak bahagia, apa artinya dia dilahirkan.
Meri diam-diam meneteskan air mata, tidak tahu harus berbuat apa, anak ini diberikan kepada Yoel adalah sebagai kenangan, tetapi dia tidak menginginkannya.
"Dia hamil, dengan anakmu, Yoel, apa kamu mungkin tidak menginginkan aku lagi?"
Siska sangat takut, ia takut Yoel tidak mau dengan dia lagi ketika tahu Meri hamil, ia pun terus mendesak dan menanyakan, hal-hal yang membuat Yoel jengkel, Yoel pun menarik tangannya dengan tatapan yang dingin, "Siska, kamu tidak percaya dengan saya atau kamu tidak percaya dengan dirimu sendiri?"
Wajah Siska pun jadi kaku, ia menundukkan kepala, dan merasa sangat tertekan, takut kehilangan apa yang telah ia miliki sekarang. Dia bukan tidak percaya kepada Yoel, tapi ia takut Meri tidak akan bercerai dengan Yoel, ia pun seharian tidak tenang, ia takut kebohongannya selama ini akan terbongkar, jika saat itu terjadi ia pasti tidak akan mendapatkan Yoel, malahan akan dibenci Yoel.
"Pastinya tidak." Siska tersenyum dengan perasaan menganjal, lalu cepat-cepat menarik tangan Yoel, "saya tidak percaya dengan Meri, ia memiliki siasat licik yang begitu banyak, demi mencapai tujuannya, ia bahkan rela melakukan apapun, bahkan hampir saja mencelakakan saya ditangan orang lain, saya takut Yoel."
Yoel bergerak menjauhi Siska, "saya tidak ingin lagi mendengar nama Meri, jika kamu capek sebaiknya kamu cepat istirahat, jangan memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan."
Yoel pun pergi dengan perasaan jengkel, akhir-akhir ini ia menjadi tidak sesabar dulu, Siska mengatakan nama Meri, ia pun merasa tidak nyaman, ia tidak bisa membedakan perasaannya dengan jelas, ditambah lagi ketika melihat Meri menangis dengan penuh kekecewaan, hatinya pun jadi takut, ia takut Meri akan tiba-tiba meninggalkan dia, jadi ia sejenak berpikir untuk menghilangkan niatnya menggugurkan anak itu.
Siska mengungkit nama Meri dihadapannya, dan mengaitkan dengan masa lalu Meri membuat ia makin jengkel, ia tidak suka ada orang yang menjelekkan nama Meri, perasaan inilah yang membuat dia menjadi tertekan, kepalanya pusing dan mulai merasa bersalah.
Yoel memakan 2 buah pil, lalu mengambil napas dalam-dalam, dan sakit kepalanya pun mulai hilang.
"Kepalaku pusing lagi."
Novel Terkait
Precious Moment
Louise LeeKembali Dari Kematian
Yeon KyeongPenyucian Pernikahan
Glen ValoraMr. Ceo's Woman
Rebecca WangCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyMr Huo’s Sweetpie
EllyaThe Winner Of Your Heart
ShintaHis Second Chance
Derick HoMemori Yang Telah Dilupakan×
- Bab 1 Hidup Tak Sampai 10 Bulan
- Bab 2 Jantung Hati Yoel
- Bab 3 Penyakit Meri Kambuh
- Bab 4 Meri Takut Gelap
- Bab 5 Syal Rajutan Meri Dibuang Yoel
- Bab 6 Bercerai Dengan Yoel, Aku Akan Menjaga Kamu
- Bab 7 Anak Dijadikan Tameng
- Bab 8 Ketakutan Siska
- Bab 9 Yoel Kita Bercerai Saja
- Bab 10 Jangan Kasih Tahu Dia Saya Mengindap Penyakit Serius
- Bab 11 Orang Yang Selama Ini Di Cintai Hanya Siska
- Bab 12 Meri Kamu Seharusnya Mati
- Bab 13 Bertemu Kamu Adalah Penyesalan Seumur Hidup Saya
- Bab 14 Kamu Tidak Layak Untuk Meri
- Bab 15 Mencari Meri Seperti Orang Gila
- Bab 16 Apa Sebenarnya Yang Kamu Pikirkan
- Bab 17 Meri Jangan Keras Kepala Lagi
- Bab 18 Setelah Bercerai, Mereka Akan Menikah
- Bab 19 Takdir Mempertemukan Mereka Di Rumah Sakit
- Bab 20 Saya Mengidap Kanker, Kamu Percaya?
- Bab 21 Mengapa Kamu Membohongi Saya?
- Bab 22 Detik-detik Akhir Hidup Meri
- Bab 23 Dari Awal Sampai Akhir Hanya Meri Yang Dicintainya
- Bab 24 Mencintai Kamu Itu Melelahkan
- Bab 25 Kita Pergi Menyusul Meri
- Bab 26 Billy Kecil Tidak Mempunyai Mama
- Bab 27 Mami, Saya Billy Anakmu
- Bab 28 Ayah, Saya Bertemu Mami
- Bab 29 Pak, Saya Tidak Mengenal Anda, Mohon Jaga Sikap
- Bab 30 Bertemu Musuh Bebuyutan
- Bab 31 Pertemuan Tony Dan Yoel
- Bab 32 Siapa Saya?
- Bab 33 Saya Ingin Ayah Bersama Dengan Mami
- Bab 34 Ayah Mencium Mami
- Bab 35 Keluarga Harusnya Tidur Bersama
- Bab 36 Saya Siska, Kamu Sudah Lupa Kah?
- Bab 37 Hubungan Kita Sudah Berakhir
- Bab 38 Tertabrak Mobil
- Bab 39 Perjalanan Hidup Meri Akhirnya Bahagia