Memori Yang Telah Dilupakan - Bab 28 Ayah, Saya Bertemu Mami
Bab 28 Ayah, Saya Bertemu Mami
"Kamu punya ayah." Billy dengan segera mengambil bingkai dalam tasnya untuk diperlihatkan kepada Maria, "coba lihat, ini adalah kamu mami, saya setiap hari membawa ini kemanapun saya pergi."
Maria juga terkejut melihat bingkai yang dipegang anak kecil itu, beneran mirip sekali dengan dia, Maria mengendong Billy duduk, ia mengambil bingkai itu, beberapa detik ia terdiam, jarinya menyentuh bingkai orang yang mirip dengannya, di dunia ini bagaimana bisa ada orang yang mirip seperti ini?Tidak masuk akal.
"Mami, ini kamu kan, kamu adalah mami saya." Billy menggantungkan kedua tangannya pada leher Maria dan berkata, "saya kangen kamu, mereka berkata saya tidak punya mami, sekarang saya bisa menunjukkan saya punya mami."
Maria terdiam tak berkutik, ia menarik anak kecil itu dan bertanya, "kamu umur berapa?"
"5 tahun." Sambil mengangkat tangannya dan menunjukkan angka 5.
"Saya bukan mami kamu, kamu pasti salah." Maria tersenyum sambil menenangkan dia.
Seketika itu Billy menangis, ia merasa sangat sedih, "kamu tidak mengakui saya, kalian semua tidak mencintai Billy kan, Billy hanyalah seorang anak tanpa ibu!"
Billy menangis membuat Maria memeluk dan menenangkan dia, "baik,baik, jangan menangis, Billy ga boleh menangis."
Maria beneran tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa sementara menjadi maminya Billy, menemani dia, Maria sebenarnya ingin menanyakan ayahnya dia dimana, ia ingin menelepon orang rumahnya untuk menjemput ia pulang, tapi Billy tidak mengatakannya, ia tidak ingin pergi, ia ingin bermalam bersama sosok yang dipikir mamanya itu.
Maria tidak ada pilihan, menghadapi anak kecil seperti ini, salah sedikit bisa membuat ia menangis, Billy sangat lucu, bisa dibilang orang yang ketemu dengan dia pasti akan menyukainya, hati Maria juga lembut, jadi ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Didepan adalah sekolah taman kanak-kanak, ayah Billy pasti akan menjemput dia, Maria membawa Billy kepintu gerbang sambil menunggu orang yang menjemputnya.
"Mami, saya ingin tidur malam ini bersama kamu, saya tidak ingin pulang dengan ayah." Billy sekali lagi memohon.
"Jika tidak bilang dengan ayahmu, ia pasti akan khawatir, kamu juga tidak ingin ayahmu khawatir kan?"
Billy memikirkannya dan memalingkan matanya, jika ayah melihat mami juga pasti akan bahagia, maka ia pun setuju.
Yoel tidak menepati janji untuk menjemput Billy, hingga hanya pembantunya yang datang menjemput, Billy kecewa, ia tidak ingin meninggalkan Maria, Maria pun menyerahkan Billy kepada pembantunya dan berpesan untuk memperhatikan keselamatan.
"Mami, besok saya akan membawa ayah datang." Kata Billy dengan yakin, lagian mami bekerja ditoko bunga depan sekolah, jadi besok ia masih bisa membawa ayahnya datang, dengan begitu keluarganya bisa berkumpul.
Maria tersenyum dan tak berkata apa-apa, sambil melambaikan tangan.
Billy dengan antusias menunggu ayahnya pulang, saat ayahnya pulang, ia dengan tidak sabar langsung turun kebawah, dengan semangat katanya, "ayah, hari ini saya bertemu mami, mami sangat cantik, dan mengijinkan saya lain kali bermain bersamanya."
Yoel seharian begitu sibuk, ia melepaskan mantelnya, ia pun tidak percaya dengan kata-kata Billy, Meri meninggal dalam pelukannya, bagaimana mungkin bisa hidup kembali, dengan merasa pahit ia tertawa, "Billy kecil, apakah kamu begitu kangen dengan dia, sampai bisa menghayal seperti ini."
"Tidak ayah, saya beneran bertemu mami, besok saya ajak kamu ketemu mami."
Yoel hanya menganggap anaknya bercanda, sudah lewat 5 tahun, jika Meri memang masih didunia ini, ia harusnya sudah bertemu dari awal, pikirnya, Yoel masih ada rasa sedih, setiap kali mengingat Meri ia merasa tidak ingin hidup, merasa hidup begitu sulit, kapan bisa turun kedunia orang mati untuk menemani Meri.
Billy bangun sangat pagi, ia berlari kekamar ayahnya dan memanggil untuk bangun, tanpa rasa kantuk ia mengantar Billy ke sekolah, sekalian melihat didalam toko bunga itu apakah beneran ada Meri.
Yoel tidak begitu ingin berharap, namun Billy sangat bersemangat, mereka menunggu setengah jam hingga toko bunga itu terbuka, mereka menunggu begitu lama namun tidak melihat sosok mirip mamanya itu Billy mulai khawatir, ia bertanya, "mama kenapa belum datang?"
"Apakah maksud kamu nona Maria, dia hari ini ambil cuti, tidak kerja." Kata pelayan toko bunga.
Yoel sudah tidak ada nafsu, ia menarik tangan Billy keluar, "ayo pergi kesekolah."
"Ayah, besok datang lagi, kamu pasti akan bertemu mami." Dengan teguh kata Billy.
"Itu bukan mami kamu, mami kamu ada ditempat yang jauh, bagaimana mungkin ia bekerja disini, pasti ini karena kamu terlalu kangen dengan dia." Yoel tidak percaya.
"Ayah, kamu jahat jika tidak percaya dengan saya, kamu tidak usah mengantar saya, saya sendiri pergi ke sekolah." Ucap Billy dengan emosi, sambil melepaskan tangan ayahnya ia berjalan pergi tanpa peduli dengan ayahnya.
Yoel melihat anaknya, emosinya tidak seperti biasanya, tidak tahu karakter ini mirip siapa. Yoel kembali membalikkan badan, walaupun kata anaknya tidaklah ia percaya, tapi ia masih ada sedikit harapan, apakah Meri belum mati, apakah Meri akan kembali.
Dipermukaan Yoel tampak tidak percaya, namun disisi lain ia tidak tenang, ia mengendarai mobil berhenti depan toko bunga. Saat itu sudah sore, Yoel memiliki harapan dengan menunggu seseorang yang bernama Maria itu, dalam hidup ini ia hanya mencintai Meri, walaupun Billy memberinya sedikit harapan.
"Nona Maria, kamu hari ini bukannya cuti, bagaimana bisa datang?
"Saya datang mengambil barang, besok harus dikirim ke pelanggan."
Yoel mendengar nama ini, ia langsung keluar dari mobil, ia melihat punggung wanita itu dari awal sampai akhir, dan ini sangat mirip dengan sosok yang ia nantikan, Yoel begitu gugup, dengan selangkah demi selangkah ia berjalan mendekat toko bunga itu, pelan-pelan ia mencari jawaban yang ia tunggu.
Didalam toko bunga hanya ada dua orang pekerja, ukuran toko pun tidak begitu besar, Maria membelakangi ia saat sedang mencari barang, pandangan Yoel tertuju pada sosok Maria itu, dengan penuh keraguan dan harapan, ia selangkah mendekati wanita itu, mencoba meraih bahu wanita itu, tapi ia menarik kembali tangannya.
Ketika Maria membalikkan kepalanya, raut wajah Yoel berubah, ia sangat kaget menatap wanita itu.
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeHis Soft Side
RiseInnocent Kid
FellaLoving Handsome
Glen ValoraCinta Tapi Diam-Diam
RossieThe Revival of the King
ShintaMemori Yang Telah Dilupakan×
- Bab 1 Hidup Tak Sampai 10 Bulan
- Bab 2 Jantung Hati Yoel
- Bab 3 Penyakit Meri Kambuh
- Bab 4 Meri Takut Gelap
- Bab 5 Syal Rajutan Meri Dibuang Yoel
- Bab 6 Bercerai Dengan Yoel, Aku Akan Menjaga Kamu
- Bab 7 Anak Dijadikan Tameng
- Bab 8 Ketakutan Siska
- Bab 9 Yoel Kita Bercerai Saja
- Bab 10 Jangan Kasih Tahu Dia Saya Mengindap Penyakit Serius
- Bab 11 Orang Yang Selama Ini Di Cintai Hanya Siska
- Bab 12 Meri Kamu Seharusnya Mati
- Bab 13 Bertemu Kamu Adalah Penyesalan Seumur Hidup Saya
- Bab 14 Kamu Tidak Layak Untuk Meri
- Bab 15 Mencari Meri Seperti Orang Gila
- Bab 16 Apa Sebenarnya Yang Kamu Pikirkan
- Bab 17 Meri Jangan Keras Kepala Lagi
- Bab 18 Setelah Bercerai, Mereka Akan Menikah
- Bab 19 Takdir Mempertemukan Mereka Di Rumah Sakit
- Bab 20 Saya Mengidap Kanker, Kamu Percaya?
- Bab 21 Mengapa Kamu Membohongi Saya?
- Bab 22 Detik-detik Akhir Hidup Meri
- Bab 23 Dari Awal Sampai Akhir Hanya Meri Yang Dicintainya
- Bab 24 Mencintai Kamu Itu Melelahkan
- Bab 25 Kita Pergi Menyusul Meri
- Bab 26 Billy Kecil Tidak Mempunyai Mama
- Bab 27 Mami, Saya Billy Anakmu
- Bab 28 Ayah, Saya Bertemu Mami
- Bab 29 Pak, Saya Tidak Mengenal Anda, Mohon Jaga Sikap
- Bab 30 Bertemu Musuh Bebuyutan
- Bab 31 Pertemuan Tony Dan Yoel
- Bab 32 Siapa Saya?
- Bab 33 Saya Ingin Ayah Bersama Dengan Mami
- Bab 34 Ayah Mencium Mami
- Bab 35 Keluarga Harusnya Tidur Bersama
- Bab 36 Saya Siska, Kamu Sudah Lupa Kah?
- Bab 37 Hubungan Kita Sudah Berakhir
- Bab 38 Tertabrak Mobil
- Bab 39 Perjalanan Hidup Meri Akhirnya Bahagia