Memori Yang Telah Dilupakan - Bab 22 Detik-detik Akhir Hidup Meri
Bab 22 Detik-detik Akhir Hidup Meri
Meri dirawat dirumah sakit, setiap hari ia harus selama 5 jam menahan rasa sakit, lalu masih harus memikirkan cara agar anaknya tetap sehat, untungnya anaknya kuat, walaupun mamamenderita kanker, dia didalam perut tetap sehat-sehat, inilah yang membuat Meri ada kesenangan sendiri, anaknya pun bisa tumbuh sehat dan kuat, ia juga harus memiliki iman untuk melahirkannya.
Duduk di depan kaca, Meri menyisir rambutnya, setiap disisir rambutnya selalu rontok, rambutnya pun sudah hampir habis, makanya ia mengenakan topi untuk menutupinya, disaat bersamaan perutnya juga tidak bisa menerima makanan, jadi ia hanya bisa makan bubur, hari-hari seperti ini berlangsung beberapa bulan.
Kamar rumah sakit begitu tenang, selain suster yang masuk, tidak ada orang lain yang masuk. Jane dan Lukas juga sedang pergi menghadiri pesta kawin, jadi ia sendirian sampai acara selesai, ia sendiri menyerahkan pria yang paling dicintainya ke sisi wanita lain.
Meri mengingat dirinya saat lima tahun yang lalu, hari saat dirinya dinikahi oleh Yoel, tidak peduli acaranya tidak begitu meriah, yang penting bisa menikah dengan Yoel ia sudah bahagia, tapi hari ini ia menemukan jika seorang pria mencintai seorang wanita, dia tidak sabar untuk memberitahukan keseluruh dunia bahwa dia adalah wanitanya, tapi wanita pemeran utamanya adalah Siska.
Air mata Meri kembali membasahi wajahnya, bukankah sudah dilepaskan?Kenapa masih tidak bisa rela.
Meri menghela napas, berusaha untuk fokus ke tempat lain, agar ia tidak baper, suster dari luar berteriak kepada Meri untuk melakukan pemeriksaan, ia pun berdiri dengan perutnya yang besar, dengan menggunakan tenaganya ia berjalan, menjadi seorang mama mengandung selama 9 bulan sungguh tidak mudah.
Meri berjalan dengan bersandar pada dinding, namun tiba-tiba perutnya kram, seperti yang pernah terjadi dulu, itu membuat tubuhnya gemetar.
Kandungannya terasa bergerak, tidak tahu ini akibat penyakit pada perutnya atau bukan, perutnya sakit seperti tertusuk-tusuk, kakinya juga menjadi lemah, akhinya ia jongkong dilantai, sakit ini lebih sakit dibanding sakit yang dia lewati tiap 5 jam itu. Meri tidak tahan lagi lalu meminta pertolongan.
"Dokter, dokter, saya sudah mau melahirkan." Teriak Meri.
Di hotel, tamu-tamu undangan sudah pada berdatangan, suasana begitu ramai menunggu kedatangan pengantin pria dan wanita.
Yoel dengan posturnya yang tinggi berdiri didepan jendela, sambil menunggu tiba waktunya untuk menjemput Siska, namun hatinya masih bimbang, ia merasa tidak enak badan, sakit kepalanya yang suka kambuh terus berlangsung, jiwanya pun lagi tidak baik, ia memakan dua butir pil baru dengan tenang keluar dari kamar.
Berjalan kedepan pintu, di telinganya seperti ada suara, Yoel pun menghentikan langkahnya, dan menutup kepala.
"Pak, anda tidak apa-apa?" Orang yang mendampingi ia bertanya.
Di koridor ia bertemu dengan Tony yang lagi mabuk, Tony memegang anggur,ia terlihat sangat berantakan, jenggotnya tidak dicukur, seperti sudah beberapa hari tidak mengurus diri. Ketika melihat Yoel ia pun menghampirinya, dengan sindiran ia tertawa, lalu ia pun tersandung pada di badan Yoel.
"Selamat ya, Yoel! Hari ini kamu menikah, semoga kalian langgeng sampai tua dan cepat mendapat anak."
Tidak tahu Tony beneran mabuk atau hanya rekayasa.
Yoel melepaskan tangannya, dengan dingin berkata, "Kamu sudah mabuk anggur."
"Saya senang, sangat senang, jika kamu tidak memilih Siska, bagaimana saya bisa mengejar Meri, Yoel apakah kamu menyesal?Apa kamu akan menyesal?" tanya Tony.
"Untuk apa saya menyesal, hari ini adalah pernikahan saya dengan Siska, kamu jangan merusaknya."
"Tidak, kamu menikah dengan bahagia, lalu Meri?Ia sedang berbaring dirumah sakit menunggu kematiannya, Yoel kenapa kamu tidak ada hati." Kata Tony dengan mata berkaca-kaca, bisa dibilang pria itu susah untuk menangis, tapi Tony saja menangis, "Dimasa depan setiap kali kalian merayakan hari pernikahan, di saat itulah juga hari kematian Meri, lucu kan?"
Kata-kata Tony membuat ia mengerutkan keningnya, maksud dia itu apa, maksudnya apa bilang Meri sedang di rumah sakit menunggu kematiannya.
"Tony, kamu gila!" Teriak Yoel.
"Saya tidak gila, Meri sudah mau mati, saya ingin kamu merasa bersalah selamanya!"
Yoel merasa jantungnya begitu sesak, ia menarik kerah baju Toni dan tidak bisa percaya, "jangan berkata omong kosong!"
"Untuk apa saya membawa hidup matinya Meri sebagai sebuah candaan!"
Tony dengan tertawa, "Meri memberi kamu anak, karena ia tidak ingin meninggal dengan penyesalan, ia tidak peduli dengan kankernya dan tetap mempertahankan anak itu untuk dilahirkan, beberapa bulan ini ia sangat kesakitan, malam sebelum kamu dan dia mau bercerai, Meri pingsan dirumah, besoknya ia melepaskan infus dari rumah sakit pergi bertemu kamu, tapi kamu?Masih mau bercerai dengan dia. Yoel, kamu bagaimana bisa sejahat itu, kenapa Meri begitu mencintai kamu, cintanya ke kamu sampai nyawa dia pun dia tidak peduli."
Kata-kata ini dalam otak Yoel terulang sampai 3 kali, Yoel begitu pusing, dia tidak berani percaya, dia lebih memilih beranggapan bahwa Tony berkata bohong demi menggagalkan pernikahan dia, ia juga tidak percaya Meri mengidap kanker stadium akhir.
"Kamu bercanda, Meri bagaimana bisa mengidap kanker, jelas-jelas ia tampak baik-baik saja, beberapa hari lalu ia masih melompat..."
Pikiran Yoel sangat kacau, ketakutan mulai menyerang dia, ayah Meri juga meninggal karena kanker perut, Meri masih mudah sudah kanker, ini membuat Yoel bingung, ia pun melepaskan Tony.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak, saya juga tidak ingin mengatakan lagi, tapi saya hanya tidak tahan saja kamu bahagia bersama Siska, diatas penderitaan Meri, dia tidak bahagia, kalian jangan berpikir akan bahagia, kamu berutang pada Meri."
Novel Terkait
Memori Yang Telah Dilupakan×
- Bab 1 Hidup Tak Sampai 10 Bulan
- Bab 2 Jantung Hati Yoel
- Bab 3 Penyakit Meri Kambuh
- Bab 4 Meri Takut Gelap
- Bab 5 Syal Rajutan Meri Dibuang Yoel
- Bab 6 Bercerai Dengan Yoel, Aku Akan Menjaga Kamu
- Bab 7 Anak Dijadikan Tameng
- Bab 8 Ketakutan Siska
- Bab 9 Yoel Kita Bercerai Saja
- Bab 10 Jangan Kasih Tahu Dia Saya Mengindap Penyakit Serius
- Bab 11 Orang Yang Selama Ini Di Cintai Hanya Siska
- Bab 12 Meri Kamu Seharusnya Mati
- Bab 13 Bertemu Kamu Adalah Penyesalan Seumur Hidup Saya
- Bab 14 Kamu Tidak Layak Untuk Meri
- Bab 15 Mencari Meri Seperti Orang Gila
- Bab 16 Apa Sebenarnya Yang Kamu Pikirkan
- Bab 17 Meri Jangan Keras Kepala Lagi
- Bab 18 Setelah Bercerai, Mereka Akan Menikah
- Bab 19 Takdir Mempertemukan Mereka Di Rumah Sakit
- Bab 20 Saya Mengidap Kanker, Kamu Percaya?
- Bab 21 Mengapa Kamu Membohongi Saya?
- Bab 22 Detik-detik Akhir Hidup Meri
- Bab 23 Dari Awal Sampai Akhir Hanya Meri Yang Dicintainya
- Bab 24 Mencintai Kamu Itu Melelahkan
- Bab 25 Kita Pergi Menyusul Meri
- Bab 26 Billy Kecil Tidak Mempunyai Mama
- Bab 27 Mami, Saya Billy Anakmu
- Bab 28 Ayah, Saya Bertemu Mami
- Bab 29 Pak, Saya Tidak Mengenal Anda, Mohon Jaga Sikap
- Bab 30 Bertemu Musuh Bebuyutan
- Bab 31 Pertemuan Tony Dan Yoel
- Bab 32 Siapa Saya?
- Bab 33 Saya Ingin Ayah Bersama Dengan Mami
- Bab 34 Ayah Mencium Mami
- Bab 35 Keluarga Harusnya Tidur Bersama
- Bab 36 Saya Siska, Kamu Sudah Lupa Kah?
- Bab 37 Hubungan Kita Sudah Berakhir
- Bab 38 Tertabrak Mobil
- Bab 39 Perjalanan Hidup Meri Akhirnya Bahagia