Memori Yang Telah Dilupakan - Bab 16 Apa Sebenarnya Yang Kamu Pikirkan
Bab 16 Apa Sebenarnya Yang Kamu Pikirkan
Meri pulang kerumah, ia begitu kaget melihat Yoel lagi diatas sofa, ia berpikir Yoel tidak akan pulang, lalu ia melihat wajah Yoel yang begitu pucat, ia pun dengan segera meraba keningnya, Yoel pun memegang tangannya, berkata, "Meri, kamu kah ini?"
Meri melepaskan tangannya tanpa menjawab, ia berpikir setelah mereka bercerai tidak akan ada komunikasi lagi. Tapi tangannya begitu panas, sepertinya sedang demam, Meri menimbah air, kemudian memberi dia minum 2 butir obat. Yoel dengan patuh minum obat itu, lalu secara naluriah menarik lengan baju Meri.
Meri berbalik kebelakang, ia tampak kebingungan, sudah memutuskan untuk melepaskan, kenapa ia seperti itu.
"Meri." Panggil Yoel.
Mendengar panggilan Yoel, Meri akhirnya berkompromi, meletakkan cangkir itu dan berlutut untuk memegang tangan Yoel. "Saya disini."
Napas Yoel mulai stabil, ketika mendengar suara Meri ia mulai tenang lalu tidur. Meri melihat wajah Yoel yang tampan, hatinya merasa sedikit sakit, dengan jelas ia bilang tidak akan pernah mencintai Meri, dan pernah juga ia bilang menyesal telah mengenal Meri, namun sampai waktu dimana ia lemah, ia malah seperti itu.
"Yoel, kamu sebenarnya mau apa?" Meri bertanya sendiri.
Meri menjaga Yoel semalaman, sampai demannya mulai turun ia baru tidur sebentar.
Subuh hari, terdengar bunyi bel, Meri membuka pintu, melihat Siska sedang berdiri didepan pintu rumah. Siska ada sedikit kaget, ia berpikir Meri telah pergi tanpa pamit, namun ternyata masih disini. Meri melihat Siska langsung ia menutup pintu, namun dihalangi oleh Siska.
"Meri, kamu ada tipu muslihat apa lagi, bukankah kamu mau pergi?Namun kenapa masih disini, kamu pasti sengaja ingin menahan Yoel dengan trik licikmu!"
"Sebenarnya siapa yang menggunakan trik licik, menurut saya Nona Siska lebih tahu akan hal itu." Ucap Meri.
Siska hatinya mulai panas, dia tidak ingin meninggalkan Yoel disini, dia tidak ingin Yoel dan Meri kembali menghidupkan perasaan mereka, ia pun memaksa masuk dengan kasar mendorong Meri, melihat Yoel sedang berbaring di sofa, ia pun langsung kesana, dan berteriak, "Yoel, ada apa dengan kamu?"
"Meri, apa yang kamu lakukan terhadap Yoel?" tanya Siska dengan penuh kecurigaan.
"Dia demam, barusan meminum obat."
"Saya akan mencari orang membawa dia pulang, saya harap kamu lebih mengenal diri kamu, selanjutnya jangan lagi mengganggu kehidupan saya bersama Yoel. "
Siska selesai menelepon orang untuk membawa Yoel, saat itu juga, Yoel mengucapkan nama Meri dari mulutnya, namun Meri tidak mendengarnya, perutnya sedang kambuh, sehingga sendiri mengurung diri di kamar. Meri selama mengandung anak, ia tidak minum obat, dia takut ada efek samping terhadap anaknya, jadi setiap kali sakit ia hanya menahannya, sakitnya ini bukan sakit yang bisa ditahan oleh semua orang.
Ia pun muntah darah, Meri memandang ke kaca melihat wajahnya yang begitu putih pucat, harapannya hanyalah bisa berjuang melahirkan anak ini.
Yoel bangun ketika sudah berada dirumah Siska, ia jelas-jelas ingat sedang berada di rumahnya bersama Meri, lalu melihat Meri, namun sekarang mengapa Siska yang ada di hadapannya.
Siska dengan gugup bertanya, "Yoel, badanmu udah baikkan belum, kamu kemarin demam, saya menjaga kamu semalaman."
"Kemarin malam kamu merawat saya?" Yoel agak sedikit curiga, dia mengingat itu adalah Meri.
"Iya, saya menjagamu semalaman, untungnya demammu sudah hilang, ke depannya jangan lagi melakukan hal bodoh seperti ini, saya jadi khawatir."
Yoel tidak tahan, ia memegang pinggang Siska dan menenangkan dia, "iya, kedepannya tidak akan begini lagi membuat kamu khawatir."
"Kamu demam karena Meri, apakah kamu mulai suka dengan dia? Yoel, kamu menaruh saya dalam posisi seperti apa, dia berbuat seperti itu terhadap saya, kamu masih tidak bisa melupakan dia?"
Tuduhan Siska membuat Yoel tercengang, benar bahwa Siska mengatakan, dia begitu baik hati dengan Meri, jika dia mendua hati pergi memedulikan Meri, berarti ini tidak adil bagi Siska.
"Maafkan aku, Siska, ke depannya aku tidak akan mencari Meri lagi."
Yoel memegang bahu Siska, "Kita menikah yuk."
"Serius?" tanya Siska dengan bahagia.
Yoel dengan tersenyum membelai wajah Siska, "iya."
Novel Terkait
Kembali Dari Kematian
Yeon KyeongMenunggumu Kembali
NovanEverything i know about love
Shinta CharityHusband Deeply Love
NaomiCinta Yang Dalam
Kim YongyiPengantin Baruku
FebiAku bukan menantu sampah
Stiw boyMemori Yang Telah Dilupakan×
- Bab 1 Hidup Tak Sampai 10 Bulan
- Bab 2 Jantung Hati Yoel
- Bab 3 Penyakit Meri Kambuh
- Bab 4 Meri Takut Gelap
- Bab 5 Syal Rajutan Meri Dibuang Yoel
- Bab 6 Bercerai Dengan Yoel, Aku Akan Menjaga Kamu
- Bab 7 Anak Dijadikan Tameng
- Bab 8 Ketakutan Siska
- Bab 9 Yoel Kita Bercerai Saja
- Bab 10 Jangan Kasih Tahu Dia Saya Mengindap Penyakit Serius
- Bab 11 Orang Yang Selama Ini Di Cintai Hanya Siska
- Bab 12 Meri Kamu Seharusnya Mati
- Bab 13 Bertemu Kamu Adalah Penyesalan Seumur Hidup Saya
- Bab 14 Kamu Tidak Layak Untuk Meri
- Bab 15 Mencari Meri Seperti Orang Gila
- Bab 16 Apa Sebenarnya Yang Kamu Pikirkan
- Bab 17 Meri Jangan Keras Kepala Lagi
- Bab 18 Setelah Bercerai, Mereka Akan Menikah
- Bab 19 Takdir Mempertemukan Mereka Di Rumah Sakit
- Bab 20 Saya Mengidap Kanker, Kamu Percaya?
- Bab 21 Mengapa Kamu Membohongi Saya?
- Bab 22 Detik-detik Akhir Hidup Meri
- Bab 23 Dari Awal Sampai Akhir Hanya Meri Yang Dicintainya
- Bab 24 Mencintai Kamu Itu Melelahkan
- Bab 25 Kita Pergi Menyusul Meri
- Bab 26 Billy Kecil Tidak Mempunyai Mama
- Bab 27 Mami, Saya Billy Anakmu
- Bab 28 Ayah, Saya Bertemu Mami
- Bab 29 Pak, Saya Tidak Mengenal Anda, Mohon Jaga Sikap
- Bab 30 Bertemu Musuh Bebuyutan
- Bab 31 Pertemuan Tony Dan Yoel
- Bab 32 Siapa Saya?
- Bab 33 Saya Ingin Ayah Bersama Dengan Mami
- Bab 34 Ayah Mencium Mami
- Bab 35 Keluarga Harusnya Tidur Bersama
- Bab 36 Saya Siska, Kamu Sudah Lupa Kah?
- Bab 37 Hubungan Kita Sudah Berakhir
- Bab 38 Tertabrak Mobil
- Bab 39 Perjalanan Hidup Meri Akhirnya Bahagia