Loving Handsome - Bab 37 Kopi Di Cafe

Duduk di café yang berada di sudut kota, sedikit banyak pasti memiliki ceritanya. Misalnya patah hati, misalnya juga jatuh cinta, atau pernah bertemu dengan seseorang yang dicintai di salah satu sudut, ada pertemuan dengan si dia di sebuah senja musim panas.

Ini semua merupakan awal cerita sebuah café. Luhan hari ini berdandan dengan cantik. Ini merupakan dandanannya sebagai wanita yang sangat jarang. Dirinya sebagai wanita namun sangat jarang berdandan. Biasanya dia muncul sebagai pria, kali ini, karena kesalahan waktu itu malah membuat Leemin tidak bisa melupakannya.

Sebenarnya dia tahu, Leemin juga bukanlah pertama kalinya menyelidiki dirinya, lalu menyuruh orang untuk menemukan orang yang bernama Luhin. Meskipun setiap kalinya selalu gagal. Deon juga pernah diutus untuk mencari Luhin.

Ini sebelum Leemin mengatakan pada Luhan, tetapi, setelah mencari cukup lama, sama sekali tidak ada jejak, ia baru meminta Luhan untuk mengajak Luhin keluar.

Luhan terus mengendalikan dirinya, jangan sampai ketahuan, jangan ketahuan, agar tidak malu dihadapan mereka.

Terutama Leemin, tatapan matanya begitu tajam bagaikan elang, kalau macam-macam dihadapannya, maka hanya tinggal menunggu masuk ke dalam lubang.

Luhan menunggu dengan tidak tenang, menunggu kedatangan Leemin.

Mereka membuat janji jam 3 sore. Di saat seperti ini, sebagian besar pekerjaannya sudah selesai dikerjakan. Dan sisa beberapa pekerjaan yang tidak terlalu penting.

Sehingga Luhan menentukan saat seperti ini. Tentu saja, jam yang dia tentukan ini juga memiliki tujuan tersendiri bagi dirinya. Di saat seperti ini, seharusnya Deon sudah menyelesaikan masalah Jenny, meskipun masalah Jenny bisa dikatakan cukup sulit untuk menemukan siapa dalam dibaliknya, namun berdasarkan alibi, sudah dipastikan orang yang dicurigai adalah orang Club Aston.

Komunitas Club Aston ini menerima pekerjaan apapun. Sehingga siapa klien dibaliknya adalah yang paling sulit dicaritahu.

Meskipun Luhan tahu mereka tidak akan membicarakan topik ini dihadapannya, namun dia tetap berharap. Berharap mereka bisa membicarakan ini.

Misalnya, dia bisa mengarahkan topik ke arah Luhan, membicarakan kakaknya begini dan begitu.

Intinya, ketika Luhan muncul dengan status Luhin, dia harus kalem, tidak boleh sombong, jangan banyak bicara, makan sedikit lebih banyak, agar tidak ketahuan, asalkan tidak ketahuan, maka semua akan mudah dilalui.

Dirinya sekarang masih belum menerima perintah dari kakek, asalkan kelak dia bisa mewarisi bisnis keluarga Grey, maka kelak ibunya bisa berjalan dengan menengadahkan kepalanya. Ini baru tujuan Luhan. Sekarang semua hal yang memberatkan seperti ini, tidak sebanding sama sekali. Dirinya sama sekali tidak perduli.

“Hallo, apakah anda Nona Luhin ?” Pelayan datang ke samping Luhan. Melihat Luhan yang sedang memainkan sebuah buku ditangannya.

“Benar.” Luhan mendekatkan diri dengan sopan.

Pelayan menunjuk seorang anak yang berada diluar pintu dan berkata “Anak ini mencarimu. Apakah anda mengenalnya? Dia bilang ayahnya menyuruhnya datang untuk mencari anda.”

Luhan melihat kearah yang ditunjuk pelayan. Hanya seorang anak yang berusia satu tahun lebih? Dia bilang ayahnya menyuruhnya datang mencari Luhan ?

Apakah tidak salah? Luhan melihat pelayan lagi dengan lirikan terheran.

“Anda yakin dia bisa bicara?” Luhan merasa tidak percaya, anak sekecil itu, mana bisa bicara, bahkan mengatakan kalau ayahnya menyuruhnya datang menemui Luhan. Ini sungguh sebuah lelucon yang tidak masuk akal.

“Nona, begini, ini tulisannya.” Pelayan tersenyum sambil menyodorkan tulisan dari anak itu, sebuah catatan singkat.

Hanya melihat diatasnya tertulis “Aku ingin menemui Nona Luhin, ayah menyuruhku untuk menemaninya dulu disini.”

Tulisan anak-anak, tertulis begitu rapi, ketika melihat tulisan ini, hati Luhan bisa dikatakan langsung melunak seketika.

“Baiklah, cepat bawa anak itu kemari.” Luhan segera menyuruh pelayan untuk membawa anak itu ke sisinya.

Entah apa yang dilaklukan anak ini. Tidak peduli apapun tujuan anak ini, bagi Luhan itu tidak masalah.

“Hai tante.” Anak ini sangat sopan.

Ketika Luhan mendengar panggilan tante itu, hatinya langsung meleleh. Membuatnya tiba-tiba teringat dengan anaknya, putrinya yang masih sangat kecil, kalau dia berada disisinya sekarang, mungkin juga akan memanggilnya tante atau bahkan “Mama”.

Memikirkan ini, kelopak mata Luhan mendadak basah. Membasahi bulu mata yang sudah di arias hari ini. Dibalik bulu mata itu sudah dipenuhi oleh genangan airmata.

“Tante jangan menangis.” Anak yang masih begitu mungil, membuat Luhan merasa begitu familiar ketika melihatnya.

Anak ini seperti pernah dia lihat disuatu tempat. Ini semua membuat Luhan begitu penasaran.

Sebenarnya dimana dia pernah bertemu? Sekarang dia masih tidak bisa mengingatnya. Namun, meskipun demikian dia tetap begitu menyukai anak ini.

“Beritahu tante, berapa umurmu?” Luhan terlihat seperti seorang kakak yang baik hati, menarik tangan anak kecil itu dan bertanya dengan ramah.

“Tante, tahun ini aku satu setengah tahun.” Gadis kecil itu menjawab dengan singkat, lalu melihat kearah makanan kecil yang berada diatas meja. “Ini semua terlihat begitu cantik.”

Luhan yang mendengar ucapannya langsung tertawa. Anak kecil memang seperti ini, begitu melihat makanan enak langsung tidak bisa menahan diri untuk ingin memakannya. Namun anak ini masih begitu kecil, namun sudah mengerti memberi isyarat, ini membuat Luhan semakin lama semakin tertarik.

Berhubungan cukup lama dengan gadis kecil ini membuat Luhan lupa kalau tujuan kedatangannya hari ini untuk bertemu dengan Leemin. Dia terus mengobrol dengan gadis kecil ini, terkadang juga menyuapinya makanan. Membuatnya lupa masih ada Leemin.

“Tante, kamu sungguh baik, selama ini belum ada tante yang bersedia sebaik ini padaku. Dulu ada seorang tante. Ketika ada ayah, dia akan sangat baik padaku, tapi begitu tidak ada ayah, tante itu akan langsung mengacuhkanku, memarahiku.” Gadis kecil itu berkata sambil mengerjapkan mata, seolah sedang membicarakan hal yang sangat biasa.

Ketika dia membicarakan ini, malah membuat hati Luhan bagaikan teriris. Putrinya begitu dilahirkan langsung diberikan pada orang lain dan katanya diserahkan kepada ayah kandungnya.

Apakah putrinya juga akan menemui hal yang sama.

Melihat anak dihadapannya, cukup lumayan, masih begitu kecil sudah belajar begitu banyak hal, bahkan sudah bisa mengucapkan perkataan yang simple, tentu saja ini semua sama sekali tidak mempengaruhi komunikasi diantara Luhan dengannya.

Luhan merasa sangat aneh, kenapa anak usia satu tahum sudah bisa seperti orang dewasa, bisa bicara begitu banyak hal, bahkan bisa menulis begitu banyak kata.

Namun, meskipun berpikir demikian, dia tetaplah anak orang lain, paling-paling hanya membuat Luhan teringat pada putri yang pernah dia lahirkan. Dimana dia sekarang? Sedang melakukan apa? Apakah dimarahi orang? Orang yang membesarkannya baik atau tidak padanya?

Ini semua membuat Luhan kepikiran ketika melihat gadis kecil ini lagi.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu