Uangku Ya Milikku - Bab 19 Membantu Dengan Baik Hati

Pada malam hari, mereka berdua naik taksi ke barisan depan Shinsegae Centum City, jalan komersial yang paling sering didatangi oleh para orang kaya di Busan.

Setelah Milka dimanjakan, ditambah dia dapat segera membelanjakan uang dengan sesuka hati, pikirannya penuh dengan barang-barang bermerek mewah. Senyuman di wajahnya tidak dapat disembunyikan, tampak seperti angin musim semi.

Malam di perkotaan besar selalu ada banyak orang, terutama di barisan depan Shinsegae Centum City. Shinsegae Mall menarik semua orang kaya dan berkuasa di Busan untuk membelanjakan uang mereka pada siang dan malam, membeli produk impor mewah, makan makanan mewah, menunjukkan kekayaan mereka yang luar biasa.

Milka menggandeng tangan Alfe, berpikir di dalam hati "Alfe sungguh keledai bodoh. Setelah aku menghabiskan semua uangnya, aku bakal langsung meninggalkannya. Dia akan kembali ke status orang miskin. Nantinya ekspresi wajahnya bakal sangat menarik. Hahaha."

Tengah berjalan, Alfe melihat sebuah toko coklat Swiss di perempatan TEUSCHER yang konon dikenal sebagai coklat nomor satu di dunia.

Cokelat adalah hadiah yang harus dimiliki oleh pasangan. Toko TEUSCHER merupakan toko yang menjual barang mewah dalam kategori cokelat. Butuh 500 Dolar Amerika untuk membeli satu pon cokelat truffle hitam.

Alfe teringat masa ketika dia mengantarkan makanan ke Shinsegae Mall, dia sering melewati toko ini. Dia selalu melihat orang kaya membeli cokelat untuk pacar mereka. Biasanya mereka membeli satu kotak, itu pun sudah seharga dua juta rupiah.

Saat itu, dia bersumpah pada dirinya sendiri, jika dirinya kaya, dia akan membeli cokelat terbaik di dunia untuk pacarnya.

Alfe berkata "Milka, kamu tunggu sebentar, aku beli coklat dulu."

Milka mengikuti garis pandang Alfe. Itu adalah EUSCHER, merek coklat mewah dari Swiss. Kemarin Rio membawanya ke sini, tapi tidak rela beli karena harga coklat merek ini terlalu mahal.

Milka buru-buru menghentikannya "Tidak usah, itu terlalu mahal. Aku cukup beli Dove saja. Penghasilanmu baru berapaan?"

Kamu baru menghasilkan 200 juta rupiah. Nantinya aku masih mau beli ponsel Iphone terbaru, tas LV, pakaian Celine, jam tangan Cartier, lipstik Dior. Aku takut uangnya tidak cukup.

Barang yang dimakan tidak bisa dipamerkan seperti barang-barang yang dipegang di tangan.

Dirinya juga berencana untuk menipu satu cincin berlian dari Alfe jikalau ada sisa uang.

Ketika Alfe mendengar ini, dia agak terharu. Dia menepuk tangan Milka, berkata "Jangan khawatir, uangnya cukup. Satu kotak palingan berharga sekitar dua juta rupiah. Selama kamu senang, aku bersedia membayar berapapun harganya."

Langkah Alfe secepat angin, dia bergegas ke toko coklat, suasana hatinya sangat baik. Milka berubah menjadi sama seperti sebelumnya, enggan melihatnya menghabiskan terlalu banyak uang. Mungkin ini adalah cinta sejati.

Sekotak coklat truffle hitam dibungkus dengan kertas emas. Inilah yang dipamerkan banyak orang kaya di sosial media, makan emas. Pembungkusan dengan kertas emas menjadikan harga satu kota cokelat lebih tinggi satu kali lipat. Alhasil, satu kotak berisi delapan coklat truffle hitam berkualitas teratas menguras uang sebanyak enam juta rupiah.

Sambil memegang cokelat, Alfe hendak meninggalkan toko, tetapi dia melihat seorang gadis muda di sisi persimpangan sedang dikerumun oleh banyak orang.

Gadis itu berlutut di lantai. Ada secarik kertas iklan yang tergantung di sampingnya dengan tulisan "tolong bantu keluargaku" dalam huruf besar.

Tulisan di bawahnya berisi kata-kata yang menyatakan bahwa ibunya mengidap penyakit kardiovaskular, keluarga mereka kekurangan 200 juta rupiah untuk operasi bypass jantung, mereka berharap orang-orang yang baik hati bisa membantu mereka, mereka akan sangat berterima kasih.

"Cz, ada orang yang berani datang ke Shinsegae Mall untuk mengemis? Dia akan segera diusir."

"Wanita ini lumayan cantik, tapi kenapa malah melakukan hal yang begitu tercela?"

"Mahasiswi di Busan? Hehe, sungguh lelucon. Akhir-akhir ini, mahasiswi hampir menjadi istilah yang hina."

"Lapor polisi saja, dia sudah menipu sekotak uang. Meski semuanya hanya uang receh seribu dua ribu, tapi perilaku semacam ini adalah penipuan.

Gadis itu dikritik oleh orang-orang, tetapi dia tidak berbicara, hanya menunduk dan diam-diam menanggung semuanya.

Di depan gadis yang berlutut itu terdapat KTP, kartu pelajar, sertifikat diagnosis penyakit ibunya, serta pengumpulan dana online yang ditampilkannya di ponsel.

Pengumpulan dana online menunjukkan bahwa 20 juta rupiah telah berhasil dikumpulkan, tapi itu masih jauh dari cukup untuk memenuhi angka 200 juta rupiah yang sangat dibutuhkan.

"KTP dan kartu pelajarnya pasti palsu. Belakangan ini sudah banyak penipu yang memperlihatkan sertifikat palsu.

"Lupakan, petugas keamanan akan segera datang untuk mengusirnya."

"Hei, cantik, bagaimana kalau aku mempergundikmu dengan harga 40 juta rupiah dalam sebulan?"

"Hahaha, Tuan Long, dia membutuhkan 200 juta rupiah."

"Bodoh. Kalau aku memberinya 200 juta rupiah dan dia melarikan diri setelah ditiduri satu malam, bukannya aku rugi. Dua ratus juta rupiah adalah harga model tender baru selama satu bulan."

"Czcz, padahal punya tangan dan kaki, tapi tidak mau bekerja. Kenapa orang-orang sekarang pada suka mengemis?"

Sindiran dan kritikan orang yang lewat membuat gadis itu semakin sengsara. Kepalanya tertunduk lebih rendah lagi. Ini adalah pertama kalinya dia melakukan hal semacam ini, jadi dia tidak tahu harus berbuat apa selain berusaha sabar dan menantikan ada orang baik yang bersedia membantu.

Alfe tidak dapat memastikan apakah KTP itu asli atau tidak, tapi dia tidak mungkin salah mengenal kartu pelajar itu. Gadis ini ternyata adalah Agatha Early yang dikenal sebagai primadona kampus, mahasiswi dari Jurusan E-Commerce di Universitas Sains Dan Teknologi Busan.

Alfe merasa bahwa apa yang dikatakan Agatha adalah fakta. Dia tidak menipu uang, tapi benar-benar mengemis.

Mendengar ejekan tanpa batas dari orang-orang ini, Alfe tidak tahan lagi. Dia berdiri di depan semua orang dan berkata "Kalau kalian tidak mau menyumbangkan uang, jangan menghina orang. Tidak mudah bagi seorang gadis untuk mengesampingkan harga diri dan mengemis demi keluarga. Kalau tidak mau sumbang, kalian cukup pergi saja. Kenapa kalian harus menyakiti orang?"

Orang yang lewat memandang mahasiswi itu dari posisi tinggi, menghinanya guna menunjukkan rasa keberadaan mereka. Alfe tiba-tiba maju untuk membantah mereka, dia sangat tidak senang.

Seseorang berkata dengan cara yang aneh "Aduh, pembantunya sudah datang, Tadinya aku masih heran, tanpa pembantu, bagaimana dia bisa menipu uang?"

"Benar, ada banyak pengemis yang bekerja penuh waktu akhir-akhir ini. Banyak sekali yang menipu dengan mengutuk orang tua mereka sakit parah."

"Aduh? Satu berkata satu mengiyakan, apakah kalian pasangan suami istri? Ini, aku sumbang seribu."

Satu koin perak dilemparkan ke lantai, jelas ingin diambil Alfe, ingin mempermalukannya.

Tiba-tiba seseorang menemukan cokelat yang ada di tangan Alfe "Lihat, pembantu ini beli cokelat dari EUSCHER, dia bahkan beli kotak emas juga? Aku yang bergaji bulanan puluhan juta bahkan hanya rela memberi beberapa butir untuk dicicipi, seberapa borosnya kehidupanmu ini?"

Lemparan satu batu menimbulkan ribuan gelombang, orang-orang langsung ikutan "Persetan, kamu menipu uang untuk dibelanjakan di sini, benar-benar menyebalkan. Kita harus lapor polisi."

"Harus lapor polisi, tadinya aku masih berbaik hati dan menyumbang 20 ribu rupiah."

"Tangkap mereka."

Menghadapi kerumunan yang meledak, gadis yang mengemis itu amat khawatir. Dia segera berkata "Aku tidak mengenalnya. Tolong jangan salah paham. Dia hanya berbaik hati. Hei, cepat pergi. Aku tidak ingin melibatkanmu dalam masalahku."

Tapi suara gadis itu terlalu rendah. Setidaknya ada 30 orang yang mengelilinginya, sehingga suaranya tenggelam dalam kebisingan kerumunan.

Kerumunan yang kesal mengoyak papan kardusnya, membasahi kata-kata yang tertulis di lantai. Sedangkan mahasiswi hanya memeluk kotak sumbangan dengan tak berdaya, sambil bergerak mundur. Meskipun orang-orang ini memukuli dan memarahinya, dia hanya memeluk erat uang penyelamat nyawa ibunya.

Tiba-tiba, Alfe meninggikan suara dan berteriak "Tutup mulut kalian semua. Aku bukan pembantunya. Alasan kenapa aku percaya bahwa kata-katanya benar adalah karena aku satu kampus dengannya!"

"Hah? Ternyata teman satu kampus." Gadis pengemis itu mendongak dengan kaget, menatap Alfe, berpikir di dalam hati "Kamu tidak perlu menanggung semua ini untuk membantu aku yang tidak kamu kenal."

Beberapa orang berteriak "Bagaimana kamu bisa membuktikan bahwa kamu bukan pembantunya?"

Alfe menjawab "Aku sumbang sisa uang sebanyak 200 juta rupiah yang aku punya, apakah ini cukup untuk membuktikannya?"

Usai bicara, Alfe mengeluarkan tumpukan uang kertas dari tas dan melemparkannya ke kotak sumbangan.

"Ah! Jangan....." Tiba-tiba, di belakang kerumunan, Milka menutupi wajahnya dengan tangan sambil berteriak dengan putus asa. Kerasnya suara itu memaksa semua orang menutup telinga mereka secara naluriah.

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu