My Japanese Girlfriend - Bab 13 Otoritas Tertinggi

Kenapa dia pergi tanpa berkata apapun, bahkan pamitan pun tidak ada, membuatku sedikit merasa kesal. Apakah perkataanku barusan telah keterlaluan? Perjodohan orang lain sama sekali bukan urusanku, untuk apa aku ikut campur? Lihatlah, sampai membuatnya marah dan tidak aktif di jaringan internet lagi.

Mungkin saja, mengalami masalah jaringan, atau sedang ada urusan? Seharusnya aku berpikir positif.

Saat sedang memusinkan masalah itu, Kevin Cui kembali menjulurkan leher panjangnya: “Hei, apakah kamu sudah dengar.”

“Dengar apa?” Tanyaku.

“Pimpinan dalam departemen akan diganti.” Kata Kevin dengan suara kecil.”

“Memangnya apa urusannya denganku.”

“Tentu saja bukan urusan orang-orang kecil seperti kita, tetapi tahukah kamu kenapa pimpinan itu diubah?” Tanya Kevin Cui sambil tersenyum misterius.

“Kenapa?” Aku memutar kursi ke arahnya.

Baru satu minggu kami saling kenal, dia adalah seorang yang ceria dan mudah bergaul, tetapi aku rasa ini semua karena hobi dan ciri khas kami yang tidak berbeda jauh deh?

Mata Kevin sedikit terpejam, melihat sesaat ke sekeliling ruangan, lalu berbisik: “Kepala bank dan wakil kepala bank XX melakukan korupsi dan ditangkap, makanya bank provinsi ingin memindahkan orang dari tempat kita kesana.”

“Bank XX…” Baru tidak lama kembali, aku tidak tahu banyak soal bank-bank di bawah naungan perusahaan.”

“Itu loh, bank yang semua isinya perempuan!”

“Oh begitu!” Aku terkejut saat mengetahuinya, teringat ada bank yang begitu terkenal.

Selain petugas keamanan di depan, Bank XX berisikan semua karyawan perempuan. Terutama kepala dan wakil kepala bank, bahkan sempat dikabarkan media sebagai kebanggaan kalangan perempuan, wujud nyata emansipasi wanita dan lain-lain. Hasilnya, tetap saja runtuh.

“Sudah tahu kan?” Kevin Cui tertawa cekikikan.

Aku mengangguk, tiba-tiba teringat sesuatu, segera bertanya: “Kalau begitu apakah orang yang dipindahkan kesana bernasib sangat untung?”

“Tentu saja. Aku juga ingin sekali kesana….. huh, sayangnya, tidak seberuntung itu.” Jawab Kevin sambil menundukkan kepala.

“……”

Colleen Lin tidak terlihat aktif kembali, hari yang biasa berlalu dengan cepat. Saat jam pulang kerja, sekelompok karyawan penjilat dalam kantor antusias ingin mengadakan perjamuan perpisahan untuk pada pimpinan, juga mengatur jadwal minum hingga puas. Para pimpinan yang akan segera dipindahkan tentu saja menerima dengan senang hati.

Sayangnya, Departemen Keuangan Internasional tempat kami berjuang selalu terkenal dengan laki-laki dan perempuan rumahan, jarang sekali yang turut serta. Ekspresi kecewa pun mengukir wajah para pimpinan, mereka bahkan bertanya di depan kami: “Apakah dariduu aku terlalu tegas pada kalian?”

Merasa kurang menunjukkan penghormatan pada para pimpinan, supervisor-supervisor yang tersisa di kantor pun menggunakan berbagai cara, mulai dari ancaman, jebakan, bahkan bujuk rayu, berhasil membawa kami ikut menuju restoran makanan laut, meramaikan acara perpisahan itu. Uang makan akan ditanggung oleh perusahaan, ini adalah alasan terpenting yang membuat semua orang hadir.

Saat sedang makan, telepon Ibu tiba-tiba datang.

“Hallo, aku sedang makan.” Aku berjalan keluar sambil mengangkat telepon.

“Grady, jam 8 nanti, kamu ke bandara jemput Kelsey Xu pulang kerja ya.”

“A…apa?” Aku sangat terkejut mendengarnya.

“Tidak jelas ya? Ibu menyuruhmu jemput Kelsey Xu pulang kerja di bandara jam 8 nanti.” Ibu mengulangi perkataannya dengan tidak senang.

“Kenapa aku harus menjemputnya?”

“Ibu dan Ayahmu sedang bermain Mahjong di rumah Kelsex Xu, tidak sempat. Kamu saja yang jemput.”

“Mahjong?”

Perkataanku baru saja terucap, terdengar suara dadu mahjong yang dimainkan dari seberang telepon. Keempat orang tua dari dua keluarga sedang berkumpul di satu meja, untuk apa mereka ke rumah Kelsey? Ini semua pasti ide Ibu.

“Sudah, tidak banyak bicara lagi, cepatlah pergi, hari sudah malam.” Selesai berkata, Ibu langsung mematikan telepon, sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk membantah.

“……” Aku menatap layar handphone sambil tercengang di tempat.

“Aku tidak mau menjemputnya!” Segera menyimpan handphone, aku berjalan kembali.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu