Dark Love - Bab 12 Inilah Nia yang Sebenarnya

Hari itu kebetulan Bryan tidak datang melihatku, di luar kamar hanya ada satu pengawal yang menjagaku, Nia bilang dia adikku, dia khawatir akan keselamatanku, aku yang tengah terbaring di atas kasur ingin tertawa mendengar perkataannya.

Ia memegang sebuket bunga di tangannya, masuk ke kamar dan melihat kedua mataku yang baru diganti, wajahnya terlihat terkejut beberapa detik, setelah itu menggigit bibirnya yang seperti daun buah ceri tertawa dengan penuh penghinaan, “Kakak, apakah kamu mengira dengan menukar mata yang sama sepertiku, Nicho akan langsung jatuh cinta padamu?”

Senyumnya seperti angin di musim semi,begitu lembut dan baik hati, tapi tatapan matanya sebaliknya, begitu dingin dan tajam menusuk hingga ke tulang.

Ujung bibirku terangkat, dari bibirku menunjukkan ekspresi yang tak kalah dingin, dan aku tanpa segan membalas perkataannya, “Iya, aku tidak hanya ingin Nicho jatuh cinta padaku, tapi aku juga akan membuatnya hanya jatuh cinta padaku.”

Mendengar perkataanku, wajah Nia langsung muram, ia menggertakan giginya, sikap awalnya yang begitu lembut dan baik hati seketika berubah, “Kamu tidak lihat wajahmu yang sekarang, laki-laki mana yang tertarik padamu? Kak...kamu masih mengira kamu bintang diskotik? Tapi sayang sekali, dirimu sekarang untuk jadi pelacur saja sudah tidak ada harganya...Kamu sudah tidak mempunyai kedua mata ini, wajahmu telah hancur, tidak ada laki-laki yang menginginkanmu lagi...”

Aku tahu atas segala yang telah terjadi hingga sampai di detik ini, Nia sudah tidak perlu berpura-pura menjadi bunga teratai putih yang suci dan bersih lagi, melihat wajahnya yang begitu arogan, aku tidak merasa heran sedikitpun.

Karena inilah Nia yang sebenarnya.

Walaupun aku sudah tidak peduli dengan wajahku yang telah hancur setengah, tapi mendengar perkataannya, hatiku masih terasa sakit.

Mungkin karena melihat warna wajahku yang berubah, bibirnya melengkung membentuk senyum dingin, tangannya mengusap-usap perutnya, dengan wajah yang penuh ancaman melihatku, “Kakak, anakku dan Nicho sebentar lagi akan lahir, setelah beberapa tahun, akhirnya hari ini tiba juga.”

Dia...Hamil?

Ia tengah mengandung anak Nicho?

Iya...aku adalah istri sah dari Nicho, setelah sekian lama menikah dengan Nicho, tubuhnya juga sudah pulih seperti semula, ingin mengandung bukanlah hal yang sulit...

Tapi anakku yang sehat,

atas dasar apa dia bisa mengandung?

Tidak, dia tidak pantas! Orang menjijikkan sepertinya tidak pantas punya anak!

Hatiku yang penuh kemarahan dan dendam bergabung hingga meluap, bahkan nafasku terdengar begitu kasar karena emosi yang membuncah, “Nia...Kalau Nicho melihat wujud aslimu...Menurutmu dia masih akan tetap mempercayaimu tidak?”

Tubuhnya dibaluti dress warna putih, wajahnya terlihat begitu halus dan elok, tapi dia sama sekali tidak baik, polos, bersih seperti malaikat teratai di musim dingin, hatinya hitam dan jahat, dia monster, monster yang tega membunuh orang tanpa belas kasihan!

Aku berpegangan pada gagang di sisi ranjang berusaha untuk menaikkan badan, lalu berusaha menggapai pisau yang ada di lemari dekat kasur, aku sungguh ingin menggunakan pisau itu dan menancapkannya ke jantung Nia.

Rasa sakit kehilangan anak, aku ingin melihatnya merasakan apa yang aku rasakan saat ini.

Tapi aku terlalu lemah, beberapa menit telah berlalu tapi aku masih belum bisa duduk, bahkan seluruh badanku sudah mengucurkan keringat dingin.

Nia melihat keadaanku yang begitu lemah dan mengenaskan, tatapannya terlihat penuh dengan hinaan juga seperti tengah menyaksikan suatu hal yang menarik, senyumnya yang sarat akan hinaan semakin terlihat jelas.

“Kakak, aku sarankan kamu sebaiknya jangan sembarangan bergerak, Bryan, dia sedang melindungimu, bahkan karenanya, Nicho tidak mampu melenyapkanmu, aku tidak ingin Bryan mengira aku yang membuat kamu sengsara seperti ini.”

Satu kalimat, seperti seember air dingin yang disiram ke mukaku lalu basah hingga ke seluruh tubuh, dan membuat seluruh tubuhku kedinginan.

Nicho, ingin melenyapkanku?

Aku hampir saja mati di lahap api, untuk menemani anakku, aku bahkan bertaruh nyawa untuk membuktikan bahwa aku bersih, tapi mengapa dia masih ingin membunuhku? Walaupun di dalam hatiku begitu terluka, tapi di hadapan Nia, aku tidak ingin sedikitpun menunjukkan kelemahanku padanya.

Aku dengan wajah pucatku tertawa, “Terus kenapa? Selama aku masih hidup, aku pasti akan berhasil merebut Nicho. Selama aku masih hidup, akan ada suatu saat, aku akan membuatmu kehilangan semuanya!”

Nia tak menyangka aku begitu keras kepala, senyumnya yang penuh sindiran seketika hilang dari wajahnya, dia emosi lalu memutar badan pergi, “Pelacur tetap saja pelacur! Waktu itu kau dibuang seperti sampah oleh papa...Dan sekarang kamu dengan sampah sudah sebanding! Ingin berebut laki-laki denganku! Di kehidupan selanjutnya pun jangan pernah kau berangan-angan.”

“Kita lihat saja!”

“Aku peringatkan kamu! Jangan coba berangan-angan mendekati suamiku! Kalau tidak, selanjutnya bukan hanya matamu yang buta dan wajahmu yang rusak saja! Pelacur!”

Setelah memperingatiku, dia emosi lalu membanting pintu meninggalkan kamar!

Derajatnya setinggi apa hingga ia bisa memanggilku pelacur? Aku hanya menatap dingin kepergiannya, jari tangan yang berada di bawah selimut tertimpa kasur mulai membengkak!

Aku benci, benci karena kehidupan yang tidak adil, benci karena terlahir dengan bola mata yang berbeda, benci karena harus menahan semua ini sendiri, bahkan kehidupan yang paling sederhana pun sulit untuk ku jangkau.

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu