Dark Love - Bab 40 Shella, Aku Akan Kembali Mengejar Cintamu

“Apa, kamu tidak salah ngomong ya, Nicho, kamu gila ya?”

Aku melihat wajah Nicho yang begitu serius, perasaan ku padanya yang awalnya biasa saja seketika berubah menjadi luar biasa.

“Aku tidak gila, Shella, aku tegaskan sekali lagi, aku akan kembali mengejar cintamu.”

Setelah menyelesaikan pernyataannya, satu tangan Nicho menggendong Shalom yang masih berdiri di depannya, lalu satu tangannya lagi hendak menggandeng tanganku.

“Lepaskan aku, Nicho, aku tidak mengijinkanmu mendekatiku, aku tidak akan mengijinkanmu.”

Aku melepaskan tanganku dari genggamannya, dan menyatakan pernyataan di atas, semua yang baru saja ku lakukan hampir menghabiskan seluruh energi di tubuhku.

“Aku sekarang akan membawa Shalom pergi makan, kamu mau ikut tidak?”

Teriakan penuh amarahku barusan padanya, Nicho seperti tidak mendengarnya, wajahnya dan suaranya masih datar seperti tidak terjadi apa-apa.

Aku merasa diriku sendiri sudah mulai gila, kemana perginya kesabaranku? mengapa rasa sabar itu hilang.

Ketika terpikir kalau Nicho akan membawa Shalom pergi makan, rasa sabarku seketika hilang, aku sudah tidak bisa sabar, apalagi tenang.

“Aku sendiri bisa membawa Shalom pergi makan, Nicho, Aku tidak butuh kebaikanmu yang palsu...”

Selesai bicara, aku hendak menggendong Shalom, membawanya pergi, aku menatap Shalom: “Shalom, mama ajak Shalom pergi makan ya?”

“Papa ikut bersama kita tidak?”

“Papamu tidak punya waktu!”

Aku tidak menolak Shalom memanggil Nicho papa, karena Shalom benar darah daging Nicho.

“Aku punya waktu!”

Sikap tidak tahu diri Nicho lagi-lagi membuatku cangung, saat ini aku merasa aku sudah tidak punya muka lagi.

“Papa ada waktu!”

Baiklah, aku sebaiknya menyetujuinya, semua ini demi kebaikan Shalom!

Untungnya, Nicho tidak berlaku berlebihan, selesai makan dia mengantar kami pulang ke rumah, dan dia pulang ke rumahnya sendiri.

Karena bertemu papanya, suasana hati Shalom membaik, bahkan ketika malam tiba dia mulai berani untuk tidur sendiri, tidak seperti biasanya selalu memintaku untuk menemaninya dan membacakannya cerita dongeng.

Suster datang ke kamarku dan berkata: “Sebenarnya nyonya, kehadiran papa pada seorang anak memberikan dampak yang begitu besar, nyonya bisa memikirkan matang-matang untuk masalah ini.”

Suster ini adalah suster yang aku cari sendiri, rumahnya di desa, dan dia sangat jujur.

Hatiku sangat bimbang, aku dari mana tidak berusaha memikirkannya dengan matang, pada awalnya aku sudah mau menerima Bryan, tapi Nicho, dia bagaimana bisa di saat-saat yang penting seperti ini datang, aku harus bagaimana?

Malam Bryan menelponku, ia bertanya hal-hal yang tak penting, dan sampai di akhir dia baru bicara: “Shella, aku selalu menunggu jawabanmu!”

Aku semula sudah ingin menjawabnya tapi tidak tahu harus bagaimana menyampaikannya.

“Bryan, aku tahu kamu selalu memperlakukanku dengan baik, tapi, Shalom dia...”

“Baiklah, tidak usah diteruskan, aku sudah tahu, kamu juga jangan terlalu banyak berpikir, biarkan semuanya berjalan apa adanya!”

Setelah itu suara telpon berganti menjadi bunyi suara sibuk, aku kira aku akan sangat menyesal dan merasa bersalah, tapi disaat merasa bersalah, aku juga merasakan lega.

Aku merasa aku bersalah pada Bryan, tapi hatiku sangat jujur, aku tidak mampu berdusta.

Hari kedua di pagi hari, ketika aku hendak pergi mengantar Shalom ke taman kanak-kanak, Shalom yang baru saja turun tangga mulai melihat kanan-kiri.

“Shalom, kenapa, ayo cepat naik ke mobil kita sudah mau berangkat, kalau tidak cepat nanti terlambat.”

Shalom dengan setengah hati menarik pandangannya, dia hanya menjawab 'Ya', ekspresinya terlihat begitu kecewa, lalu mengikutiku naik ke mobil.

Dan di saat ini, tiba-tiba muncul satu buah mobil balap mainan yang begitu besar, lalu dari belakang mobil mainan itu muncul seseorang.

“Nicho, kamu kenapa bisa ada disini, dan, kamu bagaimana bisa ada di dalam mobilku?”

Sejujurnya tidak perlu heran dengan terkejutanku, siapapun di pagi harinya melihat seseorang di dalam mobilnya sedang menunggunya, walau bagaimanapun, kejutan seperti ini bukan seperti surprise melainkan seperti kejutan yang menakutkan.

“Mama, jangan salahin papa, aku yang suruh papa antar aku pergi sekolah, teman kelasku ada beberapa yang belum pernah melihat papa...”

Hati seorang anak sebenarnya sangat mudah, walaupun ini terlihat sombong, tapi aku sangat bersedia memenuhi permintaannya ini.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu