Dark Love - Bab 18 Jangan Mengusirku Lagi

Aku mengerti keraguannya, "Ya, itu hitam."

Dia mengulurkan tangan dan ingin menyentuhnya, tetapi aku menyembunyikan wajahku yang dingin. Dia hanya mengambil kembali tangannya dan wajahnya terlihat frustasi.

Aku mendengarnya berbisik, "Aku pikir kamu memakai kontak lens. Kenapa matamu bisa menjadi seperti ini?"

"Kebakaran itu menghancurkan mataku, dan aku melakukan operasi penggantian mata."

Setelah sebulan bertemu, aku tidak pernah membahas dengannya apa pun yang terjadi padaku sebelumnya.

Dia tidak bertanya, aku juga tidak mengatakannya.

Wajah Nicho seperti tenggelam, dan berbisik, "Kenapa disaat itu kamu tidak memikirkannya dengan baik? Kenapa kamu pergi dengan Bryan, kenapa aku tidak dapat menemukanmu di mana-mana?"

Aku teringat kata-kata Nia.

"...Nicho tidak bisa menyingkirkanmu..."

Kenapa Nicho mencariku, bukankah hanya ingin membalas dendam padaku.

Aku mengunci bibirku dan mencibir, "Kamu mencariku? Apakah tidak rela karena aku belum mati? Nicho, aku bahkan sudah ingin bunuh diri untuk membuktikan diriku sendiri, kamu masih tidak percaya padaku?"

Katakanlah aku sedang berusaha untuk kuat, ketika aku berbicara tentang hidup dan mati, mataku masih saja basah. Tidak ada yang tahu betapa menyakitkannya melarikan diri dari kematian, tetapi rasa sakit ini, masih jauh dari keputusasaan ketika aku menjatuhkan korek api.

Aku sudah tidak ada perasaan, dan aku tidak lagi memilih untuk memaafkan.

Nicho menatapku dengan tatapan rumit, sepasang mata yang hitam itu, yang berisi kesedihan di dalamnya, membuatku merasa bersalah dan hampir meneteskan air mata.

"Kamu jangan berpura-pura, Nicho, tolong keluar!"

Mungkin saja akhir-akhir ini Nicho terlalu memanjakanku, sekarang aku mengucapkan kata-kata ini kepadanya, aku tidak merasa takut sama sekali, dia juga tidak marah. Hanya saja alis dan dan rahangnya kencang.

Untuk waktu yang lama, dia berkata, "Aku tidak."

Aku tidak tahu kalimat mana yang dia coba jelaskan kepadaku, tetapi aku tidak peduli, tidak peduli itu benar atau tidak, apa yang seharusnya terjadi, telah terjadi.

Aku bukan lagi Shella yang membuktikan diri sendiri dengan nyawa. Aku tidak lagi sebodoh ini. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berusaha mengendalikan emosiku.

Akhirnya, samar-samar aku berkata kepadanya, "Pergilah."

Aku jelas merasa bahwa tubuh Nicho langsung kaku, matanya ternoda oleh rasa dingin, hatiku tiba-tiba panik, aku belum bereaksi, bibir tipisnya yang seksi telah mencium bibirku.

Aromanya masuk ke mulut dan gigiku, oksigen di mulutku semakin menipis, tetapi dia semakin terjerat.

Suhu tubuhku mulai naik, aku agak emosional. Ketika dia menciumku, dan ketika dia melepaskanku, aku berada dalam pelukannya yang penuh dengan nafasnya yang terengah-engah, suaranya serak. "Shella, jangan mengusirku pergi lagi."

Ketika perintah penuh aroma itu selesai dikatakan, aku ditekan di bawahnya, matanya gelap dan tenggorokannya terus bergerak, aku bukan anak kecil, aku tahu apa artinya dengan dia seperti ini.

Tetapi aku tidak bisa, tidak peduli apakah itu psikologis atau fisik, aku tidak bisa menerima hal semacam itu, jadi aku mencoba mendorongnya.

Nicho tidak memaksaku, seperti ada luka yang tersembunyi di matanya. Dia menatapku dan bertanya, "Shella, sebenci itukah kamu denganku sekarang?"

Aku berpura-pura acuh tak acuh, sangat tenang, "Ya, aku tidak menyukaimu, membencimu, bahkan bisa dikatakan sangat membencimu!"

Nicho mengerutkan kening dan mengangkat alisnya, matanya tertuju padaku.

Aku menghentikan suaraku, karena berpikir dia akan marah. Lagipula, ini adalah rumahnya, dan aku masih kekasih yang dinafkahinya, kekasih yang tidak ingin tidur dengan majikannya. Kalau diceritakan, itu akan membuat orang tertawa, bukan?

Emosi lelaki ini terlalu dalam, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan.

Tetapi dia tidak melakukan apa-apa, untuk waktu yang lama, Nicho menghela nafas, dia menatapku, dan ada kasih sayang yang mendalam di matanya yang tidak bisa kupahami.

Nicho yang seperti ini terlalu asing, asingnya sampai membuatku merasa pahit. Ketika aku merasa canggung, dia tiba-tiba menundukkan kepalanya, aku takut sehingga menutup kedua mataku secara naluriah.

Lalu----

Dia mencium mataku, aku tidak akan pernah melupakan ciumannya, yang penuh hati-hati, mengharukan, lembut, seolah-olah memperlakukan sebuah harta yang langka, meleburkan keberanianku.

Dia bangkit, membantuku melipat selimut, dan berbisik kepadaku, "Tidurlah lebih awal."

Selesai berbicara, dia berbalik dan berjalan ke pintu dengan langkah ringan, dan menutup pintu dengan ringan. Di bawah lampu samping tempat tidur orange, semua yang ada di ruangan itu sunyi.

Aku mendengar detak jantungku, sangat keras sekali.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu