My Lifetime - Bab 20 Tunggu Aku Di Kasur

Saat orang tua Darryl Lu pergi, aku menangis seperti seekor anjing.

Air mata mengalir deras, Darryl Lu satu wajah tercengang melihatnya.

Dia berkata : Kayla, kamu tidak pergi pergi berakting benar sangat disayangkan, tapi saat ini pesawat sudah terbang pergi, kamu masih menangis, ini aktingnya sudah sedikit berlebihankan.

Aku membuka pintu mobil, duduk di kursi penumpang depan, dengan sembarangan menggunakan tangan mengusap air mata, aku malah memedulikannya, Dia mengatakan aku berakting yasudah, sebenarnya aku hanya merindukan mamaku.

Begitu teringat mamaku, aku lalu teringat ayah tiriku yang jahat itu, seumur hidup mamaku tidak menikmati hidup, dikatai keburukan seumur hidup oleh orang. Setelah menikah kepada ayah tiri lebih tidak ada hari-hari baik yang dilewati, terakhir bahkan mati juga tidak ada mayat yang utuh.

Mamaku melahirkan anak sebelum menikah, masa itu, melahirkan anak sebelum menikah memalukan, tentunya sekalipun saat ini, juga tidak baik sampai kemana.

Jadi sejak saat aku mengerti masalah, mendengar perkataan komentar orang lain kepada mama yang paling banyak adalah : Tidak ada harga diri, rendahan, tidak tahu malu, pelacur.

Bahkan mamaku pergi membeli sayuran, nyonya kios sayuran juga akan menghadang prianya di belakang tubuhnya, memperingatkan mamaku jangan memiliki rencana kepada pria mereka.

Walaupun mamaku telah memberikan sebuah nama yang indah untukku, tapi tidak pernah ada orang yang memanggil namaku, tidak peduli orang dewasa, orang tua, ataupun anak kecil, semuanya memanggilku : Anak pelacur.

Saat itu aku kecil, walaupun tidak mengerti apa maksudnya, tapi juga mengerti ini bukan perkataan yang baik. Sehingga sewaktu aku sudah emosi dan marah lalu maju bertengkar dengan mereka, tapi orang mereka banyak, aku tidak ada sekalipun mendapatkan keuntungan.

Di luar sudah dibully, aku lalu pulang ke rumah menangis, menayakan mamaku, kenapa aku tidak ada papa.

Mamaku melihat aku menangis, Dia juga menangis, air mata bercucuran keluar, tidak berhenti memberitahuku : Kayla An, kamu ada papa, mama tidak membohongimu.

Dia berkata seperti ini, aku lalu menanyakan : Kalau begitu papaku dimana?

Begitu aku menanyakan, Dia menangis lebih hebat.

Mama bekerja di pabrik tekstil di kota, malam membantu orang menjahit, hari-hari dilewati dengan sangat sulit. Aku dan mamaku tinggal di rumah kecil yang setiap bulannya hanya 150 RMB, di dalam rumah juga hanya ada satu kasur dan satu meja.

Tampang mamaku cantik, selalu ada beragam pria yang datang ke rumahku, meminjam alasan “Membantu”, menyentuh mamaku sana sini. Mamaku lemah lembut, sudah dibully juga hanya bisa menangis.

Harapanku yang paling besar adalah memiliki seorang papa, karena di dalam perasaanku sepertinya aku dan mama dibully adalah karena aku tidak memiliki papa, asalkan aku memiliki papa, lalu tidak ada orang yang berani membully aku lagi.

Akhirnya saat aku masih sangat kecil pikiran “Di rumah harus ada seorang pria baru tidak akan dibully”, sudah tertanam erat di dalam hatiku. Kepada semua yang terjadi, menanamkan masalah yang tersembunyi.

Saat aku berumur dua belas tahun itu, pabrik tekstil tempat ibuku bekerja sudah bangkrut, uang sewa rumah juga naik sampai 500 RMB, ini bagi keluarga kami tidak lain adalah bencana yang mematikan. Saat itu aku sudah hampir masuk sekolah menengah pertama, walaupun Dia melakukan pekerjaan sambilan dimana-mana, tapi masih tidak bisa menanggung biaya sekolahku. Aku terus bisa melihat mamaku diam-diam menangis.

Aku mengatakan padanya jangan menangis, paling tidak aku tidak sekolah lagi, aku memukul dada berkata : Kelak aku yang merawatmu.

Mamaku memelototiku sekilas : Tidak boleh sembarangan bicara, mama mengeluarkan segala yang mama punya juga harus membiayaimu masuk universitas, belajar di universitas baru bisa berguna, baru bisa dipandang oleh orang.

Tidak begitu lama, mamaku membawa pulang seorang pria, ingin aku memanggilnya papa.

Itu pertama sekalinya aku bertemu dengan Jordy Gao, juga kemudian adalah ayah tiriku, tingginya 180cm, merasa sudah akan menghancurkan atap rumahku, kulit hitam, parasnya juga buruk, kepala botak, baju putih kerah lingkar setengah lengan, memakai sebuah celana biru yang warnanya sudah luntur.

Aku dengan ketakutan bersembunyi di bawah meja, atas bawah melihat Jordy Gao, mamaku panik sampai menghentakkan kaki, menarik keluar aku dari bawah meja, menarik sampai tanganku kesakitan.

“Panggil orang!”Mamaku sambil menyuruhku memanggil, sambil seperti menyenangkan hati orang saja berbicara dengan Jordy Gao : “Maaf, anak ini takut orang asing.”

Mamaku selesai mengatakan, membalikkan tubuh menamparku, tamparan itu membuat wajahku panas kesakitan, kepala berdengung, itu pertama sekalinya mama memukulku, aku tertengun melihat mamaku, tidak berbicara, juga tidak menangis, sepenuhnya tertengun.

Jordy Gao menjongkok, mengelus wajahku, lalu dengan keras berbicara dengan mamaku : Kamu ini sedang apa, bagaimana bisa begitu kepada anak!

Jordy Gao tersenyum padaku, lalu dari dalam kantong mengeluarkan satu permen lollipop, aku tidak berani menerima, Dia membuka bungkusan memasukkannya ke dalam mulutku.

“Manis tidak?” Jordy Gao tersenyum menanyaiku.

Aku menganggukkan kepala, satu tubuh ketakutan sampai bergetar.

“Di rumah paman ada beragam permen, kelak setiap hari makan, baik tidak?” Jordy Gao kembali menanyakan.

Aku tidak berani menanyainya, melainkan membalikkan kepala menggunakan mata yang mempertanyakan melihat mamaku, mamaku sedikit panik menarik ujung baju, memberikan isyarat mata kepadaku.

Esok harinya, mamaku membawa aku pindah ke rumah Jordy Gao.

Jadi kemudian aku terus memikirkan, benar tidak aku yang sudah membunuh mamaku, karena kalau bukan aku, mamaku tidak akan menikah dengan Jordy Gao. Tidak menikah dengan Jordy Gao, mamaku juga tidak akan meninggal.

Aku sambil memikirkan lalu tertidur, di dalam mimpi aku melihat sekujur tubuh mamaku berdarah, melihat Jordy Gao tersenyum licik kepadaku, Dia memegang sebuah pisau yang berdarah berlari dengan gila, aku mengejarnya, aku berkata Jordy Gao, kamu persetan jangan pergi!

Saat bangun, Darryl Lu sudah menghentikan mobil dengan baik.

Darryl Lu seperti mengangkat ayam kecil saja mengangkat aku masuk ke dalam Villa di tepi laut, menyeret rambutku memasukkanku ke dalam kamar mandi.

Pintu kamar mandi di tutup “Pong” sesaat oleh Darryl Lu, tapi perkataannya masih masuk melalui celah pintu.

Darryl Lu berkata : Bersihkan sedikit bersih, tunggu aku di kasur……

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu