My Lifetime - Bab 31 Biarkan Dia Masuk
Aku dicekik sampai kekurangan oksigen olehnya, kesadaranku perlahan-lahan menghilang.
Aku menggunakan segenap kekuatanku, mencakar punggung tangan Giovani Tong, dan mengatakan, sudah banyak yang pernah dialami, jangan menaruh hal-hal kecil didalam hati……
Giovani Tong berhenti sejenak, berikutanya dia kemudian mencekikku dengan lebih menjadi-jadi, dia kemudian menarikku menuju kekamar.
Setelah berada didalam kamar, Giovani Tong lantas mendorongku kelantai, melihatku dari posisi yang lebih tinggi, kemudian dia melepaskan ikatan pinggang dari baju tidurnya.
Aku tersengal-sengal, ketika aku sudah bisa bernafas dengan normal, tiba-tiba saja aku sadar, kalau aku takut akan kematian, aku masih ingin terus hidup, meskipun susah, meskipun hanya bernafas, aku tetap ingin hidup.
Giovani Tong kemudian mengangkatku, dia lantas menggigit leherku, rasa sakitnya membuatku tidak bisa menahan diri dan berteriak. Rasanya seperti dicabik olehnya, setelah rasa sakit itu sirna, perasaan kebas segera menyelimutiku, cairan hangat bergerak turun dari leher dan masuk kedalam pakaianku.
Berbagai macam “ALAT” yang terletak diatas ranjang, membuatku paham akan maksud dari perkataan Isanah Ji, dan aku khirnya paham, mengapa mendengar nama Giovani Tong membuat Isanah Ji seperti membeku.
Masih ada bekas darahku pada gigi Giovani Ji, pria itu menahanku dengan sebelah tangannya, agar aku tidak terjatuh, satu tangannya lagi menekan daguku dengan kasar, dia lantas mengerjapkan matanya padaku: “Nona An, meskipun aku memiliki kelainan (maniak), tapi aku tidak suka memaksa! Jangan buat aku merasa seperti akulah yang memaksamu, asalkan kamu bisa memuaskanku hari ini, besok aku berjanji aku akan menyetujuinya.”
Aku merasa kalau ada yang tidak beres pada mental Giovani Ji, kalau tidak bagaimana mungkin seseorang bisa memperlihatkan senyuman tidak berdosa sambil melakukan hal tidak wajar ini?
Karena daguku ditekan olehnya, aku tidak bisa mengatakan apapun, aku mendengar suara pintu yang didobrak, Giovani Tong kemudian melihat kearah datangnya suara, berikutnya yang muncul dihadapan Giovani Tong adalah tinju dari Darryl Lu.
Giovani Tong terjatuh setelah menerima tinju Darryl Lu, aku seperti bola yang kempis dan terjatuh dilantai.
Darryl Lu kemudian menggendongku dengan mata yang terlihat merah, dia lantas menendang kaki Giovani Tong: “Dave Tong, tidak semua wanita bisa kamu sentuh.”
Aku berada didalam pelukan Darryl Lu, melihat pria itu tersenyum. Rasanya seperti ketika tenggelam dan sudah hampir mati, tiba-tiba dewa yang turun dari langit datang menyelamatkanku.
Darryl Lu dengan khawatir mengatakan: “Kayla An, jangan takut, aku akan membawamu pergi dari tempat ini.”
Darryl Lu membawaku kerumah sakit untuk mengobati luka dileherku, menyuntikkan suntikkan anti peradangan, pria itu tidak mengatakan apapun padaku sepanjang perjalanan, ketika pulang dari rumah sakit, beberapa kali aku berpikir untuk mengatakan sesuatu, tapi melihat ekspresi pria itu, membuatku kembali menelan apa yang barusan ingin kukatakan.
Sesampainya dirumah, Isanah Ji sedang duduk di sofa ruang tamu, melihat aku dan Darryl Lu yang sudah kembali, wanita itu kemudian berlari kearah kami dengan terpincang-pincang, melihat perban yang ada dileherku, dia melihat Darryl Lu, dengan terisak mengatakan: “Apakah sudah terlambat?”
Darryl Lu mengatakan: “Tidak juga, Isanah Ji, kamu istirahat dulu, ada yang ingin kubicarakan dengan Kayla An.”
“Baguslah baguslah, aku kekamar dulu.”
Darryl Lu kemudian melihatku, berkata: Kayla An, kamu antarkan dulu Isanah Ji kembali kekamar, aku akan menunggumu di ruang baca.
Aku mengangguk, kemudian memapah Isanah Ji kembali kekamar.
Isanah Ji menarik tanganku, ada yang ingin dikatakannya tetapi dia tidak jadi mengatakannya: “Kayla An……”
Aku kemudian tersenyum padanya, aku mengatakan semua baik-baik saja, kamu istirahatlah yang baik.
Setelah keluar dari kamar Isanah Ji, aku kemudian menuju ke ruang baca Darryl Lu, mendorong pintu ruang baca, Darryl Lu berdiri didekat jendela, tangan kirinya dimasukkan kedalam saku celananya, lengan bajunya digulung sampai siku lengannya, sebuah rokok diapit diantara telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.
Aku kemudian mendekati pria itu perlahan-lahan, lantas memeluknya dari belakang, dan menempelkan pipi wajahku pada punggungnya, aku mengatakan Darryl Lu, terima kasih.
Darryl Lu kemudian mematikan rokok di tangannya, berbalik, sepasang tangannya menahan daguku, aroma rokok yang tersisa pada jari jemari pria ini kemudian memenuhi rongga hidungku.
Dia mengatakan, Kayla An, mengapa kamu tidak percaya padaku?
Aku mengatakan tidak, aku hanya ingin membantumu.
Darryl Lu kemudian terdiam sejenak, menghela nafas: “Kayla An, aku tahu, tapi masalahnya tidak segampang yang kamu bayangkan, apakah kamu pernah memikirkan, setelah kamu menyetujui permintaan Dave Tong, ada apa memangnya jika perjanjian itu telah ditanda tangani? Bagaimana dengan kita, apakah kamu bisa berpura-pura tidak terjadi apapun, atau aku yang berpura-pura sama sekali tidak terjadi apapun?”
Aku lantas mangatakan aku hanya ingin membantumu, aku merasa aku seperti tidak pernah ada ketika berada disisimu, kecuali menghabiskan uangmu, aku tidak mengerjakan hal lainnya.
Darryl Lu tertawa dan memeluk, dia lantas mengatakan: “Kalau begitu aku mohon padamu, jangan lakukan apapun, bantu aku habiskan uang saja.”
Sebenarnya aku sudah ingin menangis, kata-kata mengejek Darryl Lu ini membuatku senang, aku kemudian menjulurkan tanganku dan meletakkannya pada dada Darryl Lu: “Mengapa aku tidak pernah menyadari kalau mulutmu sangat manis?” baru selesai mengatakannya, aku kemudian teringat kalau pria ini tadi telah menghajar Giovani Tong, dengan khawatir aku bertanya: “Bagaimana dengan Giovani Tong, barusan kamu……”
Darryl Lu juga tertawa: “Masalah ini kamu tidak perlu khawatir, aku sudah memiliki caraku, bukan hanya orang-orang keluarga Dong yang bisa mengerjakan proyek ini.”
Aku kemudian membelalakkan mataku melihat Darryl Lu: “Maksudmu kamu bekerja sama dengan orang lain?”
Darryl Lu kemudian mengangguk, dan melepaskanku, dia kemudian mengambilkan dokumen dari meja dan menyerahkannya padaku.
Aku melihat Darryl Lu dengan canggung, bibirku kemudian mengatakan: “Aku tidak bisakan? Bagaimana pun……”
“Jika aku ingin kamu melihatnya maka kamu lihat saja, tenanglah, bukan dokumen rahasia apapun.” Menyelesaikan perkataannya, Darryl Lu kemudian duduk di kursi, dan berputar-putar di atas kursi seperti anak kecil.
Aku kemudian membuka dokumen itu, membalik beberapa halaman, aku tertegun dan bertanya: “Andre Lin? 20 tahun? Kamu tidak sedang bercanda bukan?”
Darryl Lu kemudian menarikku untuk duduk diatas kakinya, menunjuk orang yang ada difoto itu dan mengatakan: “Andre Lin adalah penerus Lin’s Corp., ketika Dalton Lin bunuh diri dengan melompat, Andre Lin baru berusia 17 tahun. Meskipun Lin’s Corp. tidak sama seperti sebelumnya, tapi unta yang kurus juga masih lebih besar dari seekor kuda.”
Mendengar penjelasan Darryl Lu, aku segera membalik dokumen tersebut, menunjuk bagian didalan perjanjian itu dan mengatakan: “Bagaimana dengan ini? Kamu dan Lin’s Corp. sudah bekerja sama, keuntungannya jelas lebih sedikit 30% dari keuntungan yang diberikan Giovani Tong!”
Darryl Lu mengelus kepalaku, dan dengan aneh mengatakan: “Aku selalu ingin mematikan keberanian Dave Tong, aku Darryl Lu tidak bisa diancam oleh siapapun. Dan lagi, Andre Lin juga bukan orang sembarangan, aku memberikan keuntungan 30% pada Andre Lin, cukup untuk pria itu menyelamatkan situasi bahaya yang sekarang sedang dihadapi Lin’s Corp., dan aku juga masih untung. Bukankah kamu sendiri pernah mengatakan, Darryl Lu, tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak bisa dikendalikannya.”
Aku terkejut, dengan tergagap mengatakan: “Kamu……bagaimana kamu bisa tahu?”
Darryl Lu kemudian melepaskanku, dan memintaku untuk bangkit, dia kemudian membuka komputernya, dan memutar sebuah rekaman suara.
Rekaman itu berisi percakapanku dan Giovani Tong ketika kami bertemu untuk pertama kali di caffe, tapi jelas sekali sudah di edit.
Melihat wajahku yang kelihatan seperti sangat kaget, Darryl Lu kemudian membuka lacinya, dan mengeluarkan sebuah amplop, dan mengeluarkan foto didalamnya.
Melihat foto-foto ini aku pun tidak bisa tenang, didalam foto ekspresi aku dan Giovani Tong terlihat sangat mesra, tapi jelas sekali ini karena foto ini diambil dari sudut tertentu, saat itu aku kemudian teringat kalau aku merasakan blitz kamera, tetapi saat itu aku sama sekali tidak memperdulikannya.
“Ini……” aku tergagap tidak tahu harus mengatakan apa, melihat foto-foto itu dan kembali menoleh kearah Darryl Lu, ditambah rekaman suara tadi, orang yang tidak tahu kebenaran sesungguhnya pasti akan mengira kalau aku telah menggoda Giovani Tong.
“Kamu sudah tahu dari awal?” aku bertanya pada Darryl Lu.
Darryl Lu mengangguk: “Aku sudah tahu, tepat disaat terjadi sesuatu yang buruk pada Isanah Ji di malam itu, setelah kamu pingsan, Giovani Tong kemudian mengirimkan pesan, waktu itu aku sudah tahu. Rekaman suara sudah dikirimkan seseorang diemailku sebelumnya, foto-foto ini baru kutemukan pagi ini di kotak surat. Aku tidak membongkarmu, itu karena aku mengira kamu tidak akan bisa pergi lagi. Akhirnya ketika aku mengikuti rapat dipagi ini, Isanah Ji menghubungiku, mengatakan padaku kalau kamu pergi dengan terburu-buru, aku pun tahu kalau telah terjadi sesuatu yang buruk.”
Aku memanyunkan bibirku, aku mengatakan maaf ya……
Darryl Lu membalas tidak apa-apa, salahku tidak lebih cepat mengatakan padamu kalau aku berniat melepaskan kerja sama dengan Giovani Tong.
Aku duduk diatas pangkuan pria itu, melingkarkan tanganku pada lehernya, aku bilang kamu tidak memberitahuku, karena kamu tahu Giovani Tong pasti akan mencariku, dan kamu juga takut kalau aku membocorkan hal ini padanya bukan? Kamu ingin menghabisinya tentu kamu harus mewaspadai berbagai hal.
Darryl Lu memalingkan wajahnya, tertawa terbahak-bahak: “Kayla An, terkadang akan jauh lebih baik jika wanita itu lebih bodoh.”
Aku memanyunkan bibirku: “Apa aku tidak bodoh? Jika aku lebih bodoh lagi aku sudah menjadi idiot.”
Darryl Lu kemudian menggunakan telunjuknya dan menyentuh hidungku sejenak: “Sudahlah, sudah waktunya untukku segera kembali keperusahaan, lain kali jika kamu ingin melakukan sesuatu, kamu tidak boleh mengambil keputusan sendiri, kalau tidak……”
“Kalau tidak aku akan merusak rencanamu! Aku mengerti! Jika bukan karena melihatmu waktu itu yang kelihatan seperti itu, seolah-olah kamu akan mati jika perjanjian ini tidak ditanda tangani, aku tidak akan terlalu ikut campur tentang masalah ini.” Darryl Lu belum sempat menyelesaikan apa yang ingin dikatakannnya, aku sudah mengatakannya terlebih dahulu, mendorongnya keluar dari ruang baca, dan membantunya membereskan dasinya, dan melingkarkan shal pada lehernya.
Aku berjinjit dan berpikir untuk mencium kening pria itu, tapi aku tidak cukup tinggi.
Darryl Lu kemudian meletakkan kedua tangannya pada wajahku, menekannya, kemudian mengecup keningku dan mengatakan: “Jika aku berdiri kamu tidak akan bisa menciumku, nanti malam ketika berbaring aku akan membiarkanku menciumku sepuasmu.”
“Kamu!” aku melihat Darryl Lu yang kelihatannya sangat puas, merasa geli dan marah disaat yang sama.
Meskipun aku sangat marah, tapi aku harus tetap tersenyum.
Darryl Lu kemudian keluar sambil membawa jaketnya, sambil keluar dia mengatakan: bagaimana kalau kamu melakukan operasi pengangkatan sudut bibir, dengan seperti itu kamu tidak perlu memaksakan senyumanmu.
Aku lantas membelalakkan mataku padanya, dan melihat pria itu pergi.
Luka dileherku masih terasa sedikit menyakitkan, aku kemudian menutupi luka dileherku dengan tangan, melihat kamar Isanah Ji yang tertutup rapat, mengingat semua yang terjadi di hotel barusan, aku masih ketakutan, aku tidak bisa membayangkan apa yang telah dialami oleh Isanah Ji.
Ketika aku bersiap-siap untuk kembali kekamar dan beristirahat, terdengar bunyi bel pintu, didalam layar, Adrian Yang hanya berbalutkan setelan jasnya, dia gemetar kedinginan.
Aku kemudian mengangkat microphone, aku mengatakan CEO Yang, pulanglah.
Adiran Yang mengatakan: aku ingin bertemu dengan Isanah Ji.
Aku lantas memperhatikan Adrian Yang yang berada didalam layar, kumis dan jenggotnya berantakan, tidak melihatnya satu malam, pria itu seperti bertambah tua selama beberapa tahun.
Aku mengatakan kalau aku tidak akan membiarkanmu masuk, jika kamu terus seperti ini, aku akan melaporkanmu pada polisi.
“Kayla An, biarkanlah dia masuk.”
Aku berbalik melihat Isanah Ji, kemudian menggeleng padanya. Isanah Ji kemudian memanyunkan bibirnya padaku dan mengatakan: “Izinkan dia masuk, diluar sangat dingin.”
Isanah Ji sudah mengatakannya, aku juga tidak bisa mengatakan apapun, aku pun membuka pintu, membiarkan Adrian Yang masuk.
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaInnocent Kid
FellaHarmless Lie
BaigeCutie Mom
AlexiaSang Pendosa
DoniGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraAdore You
ElinaMy Lifetime×
- Bab 1 Naik ke Lantai 6
- Bab 2 Tahu Kepalamu
- Bab 3 Kamu Buka Harga
- Bab 4 Tidak Menginap, Akan Langsung Pulang Setelah Menyelesaikannya
- Bab 5 Bobby Mandul Katamu?
- Bab 6 Ini Semua Adalah Uang
- Bab 7 Pakai Ini, Mulailah
- Bab 8 Di Mana Operasi Dilakukan
- Bab 9 CEO Lu Aku Mengerti Aturannya
- Bab 10 Segera Enyah, Jangan Bertemu Lagi
- Bab 11 Kamu Harus Mengerti Statusmu
- Bab 12 Apakah Kamu Benar-benar Mengira Kamu Datang Untuk Melewati Hidup?
- Bab 13 Pertama Sekali Bertemu Isanah Ji
- Bab 14 Darryl Lu, Kita Pulanglah
- Bab 15 Pelan Sedikit, Kamu Pelan Sedikit
- Bab 16 Jika Sedikit Terlambat, Darryl Lu Sudah Akan Mati
- Bab 17 Sebenarnya Cium Mana?
- Bab 18 Dia Sebenarnya Siapa
- Bab 19 Tidak Memiliki Keberuntungan Itu
- Bab 20 Tunggu Aku Di Kasur
- Bab 21 Kayla An, Memeluku
- Bab 22 Segeralah Kembali
- Bab 23 Kayla An, Aku Menyukaimu
- Bab 24 Benar-Benar Sial
- Bab 25 Maaf CEO Lu, Aku Akan Pergi Sekarang
- Bab 26 Hanya Seorang Wanita Saja
- Bab 27 Kedua Kakinya Menjepit Pinggangnya
- Bab 28 Aku Hanya Ikut Bermain
- Bab 29 Kayla An, Datang Kesini
- Bab 30 Bagaimana Kekuatanya Saat Tidur?
- Bab 31 Biarkan Dia Masuk
- Bab 32 Aku Hamil
- Bab 33 Aku Akan Menikah Sebentar Lagi
- Bab 34 Kayla An, Pergi Dari Sini
- Bab 35 Kembali Lagi Ke Regal Bar
- Bab 36 Kak John, Kamu Jangan Begitu
- Bab 37 Diperkosa Pelanggan Dan Tidak Dibayar
- Bab 38 Di Depan Mata Semuanya Adalah Darryl Lu
- Bab 39 Aku Membunuh Kakak Enam
- Bab 40 Melakukannya Di Dalam Toilet