My Lifetime - Bab 5 Bobby Mandul Katamu?

Aku merasa jijik, selera macam apa ini.

Tapi demi menjaga nyawaku, aku terpaksa menurutinya: "Pa...... Pa......, jangan pukul lagi, kumohon jangan pukul lagi."

CEO Li semakin semangat setelah mendengarnya, pukulannya semakin keras, memukul hingga aku merebah di ranjang tak bisa berkutik lagi. Seketika itu, aku merasa aku hampir mati.

CEO Li telah kelelahan memukulku, menendangku turun dari ranjang: "Enyah!"

Aku berusaha bangun, memungut pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya, sekalian mengambil kondom yang telah dibuangnya ke lantai. Kondom itu terasa berminyak, di dalamnya terdapat sedikit cairan berwarna putih.

Kalau bukan karena wajahku telah dipukul sampai memar, akan terasa sakit saat tertawa, aku pasti akan tertawa, untung saja dia selesai melampiaskannya lebih awal, sialan, dia menggunakanku untuk melampiaskan perasaan.

Aku memakai baju lalu memalingkan kepala melihat CEO Li sekilas, dia berbaring di ranjang dan sudah mulai mendengkur.

Aku mencabut beberapa helai rambutnya CEO Li, tidak disangka aku bernyali besar juga, ini bagaikan mencabut bulu dari kepala harimau, untung saja dia tertidur dengan begitu lelap, kalau tidak, nasibku nantinya tak berani dibayangkan.

Aku diam-diam memberikan ejekan jari tengah terhadapnya, lalu berlari terbirit-birit.

Aku mengikat kondomnya, takut cairan di dalam akan tumpah keluar, lalu segera berlari ke parkiran basement mencari Darryl Lu. Yang diinginkan oleh Darryl Lu adalah benda yang ada di dalam kondom, kalau sampai benda ini menghilang, tidak hanya tidak mendapatkan bayaran, pukulan yang kualami ini pun sia-sia kutahan.

Saat tiba di tempat parkir aku melongo, begitu banyak mobil, yang mana yang merupakan mobil Darryl Lu?

Ketika sedang tidak tahu harus bagaimana, lalu ada mobil yang tidak jauh dari sini menyalakan lampunya, juga membunyikan klakson sesaat, aku berlari ke sana, terlihat Darryl Lu sedang duduk di kursi pengemudi.

Aku membuka pintu mobil dan duduk di kursi samping pengemudi, lalu memberikan barang yang terus kugenggam di tangan ke hadapan Darryl Lu, Darryl Lu melihat barang di tanganku dengan tatapan jijik, lalu melihatku, tapi tidak mengambilnya.

Aku berpikir sejenak, benar juga, benda ini cukup kotor.

Darryl Lu membuka sebuah plastik, aku segera melemparkan benda di tangan ke dalam plastik, sekalian dengan beberapa helai rambut, tanganku terasa berminyak, sangat tidak nyaman, aku pun tak berpikir panjang lebar, langsung mengusapkannya di rok.

Darryl Lu menatapku: "Bergairah sekali! Tidak disangka selera Bobby begitu pedas, bahkan bermain SM."

Aku memalingkan kepala melihat ke kaca spion, wajahku telah dipukul hingga memar, salah satu mata pun menjadi menyipit hanya terbuka sedikit celah, sangat mirip dengan anjing yang disengat lebah. Luka di kening yang awalnya telah membekas mulai mengalirkan darah.

Kemudian menundukkan kepala melihat diri sendiri, tidak ada bagian yang baik di tubuhku, di tambah lagi dengan ucapannya Darryl Lu: "Bergairah sekali", terasa sangat lucu.

Darryl Lu memberikanku sebuah kartu bank, lalu mengeluarkan dua tumpuk uang tunai dari dalam tas di tempat duduk belakang: "Di dalam kartu ada uang sebesar 10 ribu RMB, 2 ribu RMB ini anggap saja sebagai biaya pengobatanmu."

Aku menerima uangnya, kartu bank kugenggam dalam tangan, kupegang dengan erat, lalu mulai tertawa, sesaat kemudian, air mataku mengalir keluar.

"Apa yang kamu tertawakan?!" Darryl Lu melihat aku terus tertawa tanpa henti, lalu bertanya dengan sedikit kesal.

"Aku menertawakan...... menertawakan Bobby itu! Kamu tahu tidak kenapa dia memukulku? Karena dia mandul, tidak mampu melakukannya, hahahaha, sungguh lucu, kamu rasa lucu tidak?" Aku tertawa hingga perutku terasa sakit, sambil tertawa sambil menangis, aku pun tak tahu ada apa dengan diriku, semakin merasa sedih, aku malah akan semakin tertawa keras.

Darryl Lu tertegun, lalu juga ikut tertawa: "Kamu bilang Bobby mandul? Meskipun kalian berdua tidak melakukan apapun, dia malah begitu bergairah?"

Aku menganggukkan kepala dengan sekuat tenaga, berkata terhadap Darryl Lu dengan sikap pura-pura tidak peduli: "CEO Lu, lain kali kalau masih ada bisnis seperti ini, ingatlah adik ya."

Darryl Lu menggelengkan kepala sambil tertawa, tertawa hingga tak berdaya, dia menepuk kepalaku sejenak: "Apa yang kamu pikirkan, meskipun dia tidak melakukan apapun terhadapmu, tapi kamu sudah dipukul sampai seperti ini, kamu tidak merasa sakit!"

Aku menggelengkan kepala, melambaikan tangan terhadap Darryl Lu: "Apalah semua ini, aku sudah terbiasa."

Setelah mengucapkan kalimat ini, Darryl Lu tiba-tiba tidak tertawa lagi, melihatku dengan tatapan serius, terus menatapku hingga aku merinding.

Ada apa dengan orang ini, sedetik sebelumnya cukup mudah diajak bicara, sekarang kenapa malah menggalakkan wajahnya, seakan-akan aku sedang berhutang padanya.

"CEO Lu, kamu jangan salah paham, ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Saat kecil mereka mengejekku karena tidak memiliki papa, makanya memukulku. Lalu mamaku menikah dengan ayah tiriku, ayah tiriku pun memukulku, pukulannya bahkan lebih parah dari pukulan Bobby." Aku menjelaskannya dengan singkat.

Aku pun tidak tahu kenapa merasa seperti ini, hanya merasa tidak nyaman saat melihat tatapan mata Darryl Lu yang seperti itu, ingin berusaha menjelaskan, bahwa keadaan bukanlah seperti yang dia bayangkan. Tapi aku langsung menyesal setelah mengatakan ucapan ini, apa gunanya aku mengatakan semua ini padanya? Di mataku, baik di dalam atau di luar bar, aku tetap adalah seorang pelacur.

Darryl Lu melihatku: "Seperti yang kupikirkan?"

Aku tertawa dengan canggung: "Tidak apa, tidak apa, err, CEO Lu, aku pergi dulu ya."

Setelah mengatakannya, aku membuka pintu dan hendak turun, Darryl Lu tiba-tiba menangkap lenganku: "Alamat, aku akan mengantarmu pulang." ???

Sungguh sulit ditebak, aku mengatakan alamatku dengan hati-hati, lalu mengaitkan sabuk pengaman.

Darryl Lu menyetir mobir bagaikan mengemudikan pesawat, aku begitu takut akan terlempar setiap saat melintasi tikungan, dengan tegang menggenggam sabuk pengaman, telapak tanganku mengeluarkan keringat dingin. Aku terus berpikir di sepanjang jalan, meskipun tidak dipukul sampai mati oleh Bobby, tapi kalau sampai aku mati karena terlempar keluar dari mobil, kematian ini akan terasa begitu tidak pantas.

Dengan tidak mudahnya telah tiba di bawah gedung tempat tinggalku, akhirnya hati yang menegang kembali lega, aku tetap duduk di dalam untuk waktu yang cukup lama, kemudian Darryl Lu berkata dengan kesal: "Turun, memangnya masih ingin kugendong kamu turun!"

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu