My Lifetime - Bab 9 CEO Lu Aku Mengerti Aturannya

Setelah Darryl Lu mengatakannya, dia melihatku dengan maksud mendalam, saat mendengar ucapan ini, aku seketika langsung sadar, dan sangat ingin menampar mulut emberku ini.

Kayla, kamu sungguh bodoh.

Di matanya Darryl Lu, aku tidaklah berbeda dengan para wanita KTV, sebenarnya, aku memang tidak berbeda dengan mereka. Kecuali lapisan selaput ini.

Aku tiba-tiba merasa penampilanku tadi yang terlihat malu, ibarat tong kosong nyaring bunyinya, suka membual dan tak tahu diri di depan orang lain.

Wajahku tersenyum, dan kembali memperlihatkan penampilan seorang wanita picik yang seharusnya kumiliki, bangun, duduk di samping Darryl Lu: "Semua tidak mampu kusembunyikan dari CEO Lu, kulakukan di Rumah Sakit Maria......, Maria apa ya......"

Darryl Lu, menjepit daguku dan melihatku: "Aku telah memberikan kartu nama kepadamu sebelumnya, kenapa tidak meneleponku?"

"Aku...... tidak punya ponsel......"

"Tidak ada ponsel? Kamu sedang bercanda?" Darryl Lu terlihat jelas tidak percaya, memangnya masih ada orang yang tidak memiliki ponsel di era sekarang, sungguh begitu aneh dibandingkan hal lainnya.

"Kalau begitu bagaimana caranya kamu biasanya menghubungi orang lain? Mengirimkan beeper?" Setelah menanyakannya, dia tak kuasa menahan tawa.

"Bukan CEO Lu, aku benar-benar tidak memiliki ponsel, Deith tidak mengizinkanku berkomunikasi dengan orang lain." Aku menjelaskannya pada Darryl Lu dengan panik.

"Begitu takut." Setelah mengatakan ini, Darry Lu terus menatapku.

Aku menjadi merinding akibat tatapannya, sepasang tanganku tidak tahu harus kuletakkan di mana, aku menghindari pandangannya, tapi malah kembali di tekan ke ranjang olehnya.

Darryl Lu kembali bertindak, rasa sakit yang begitu membara di tubuh bagian bawah membuatku spontan ingin mendorongnya, tapi dalam seketika, Darryl Lu menggunakan tangannya membuat sepasang lenganku terpaku di atas kepala, dan tangannya yang satu lagi merangkul pinggangku......

Malam itu, aku melekat di badan Darry Lu bagaikan seekor gurita, Darryl Lu pun tidak mendorongku, pipiku menempel erat dengan dadanya dan tertidur.

Keesokan harinya, saat mendengar suara aliran air dari kamar mandi, aku seketika langsung terbangun.

Segera menggerakkan tubuh yang penuh dengan rasa nyeri untuk memakai baju, segala hal yang terjadi semalam bagaikan mimpi, aku memakai sepatu hak tinggi dan berjalan ke depan pintu kamar, memalingkan kepala melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat dan merenung sejenak, perlu berpamitan dengan Darryl Lu tidak?

Sedetik setelah pemikiran ini muncul, langsung kembali kubantah: Kayla, memangnya kamu siapa?

Saat berpikir seperti ini, aku tertawa tak berdaya, membuka pintu dan hendak keluar.

"Kamu mau pergi ke mana?"

Tepat saat baru saja berjalan beberapa langkah, langsung terdengar suara Darryl Lu dari belakang yang sedikit serak sedang berkata terhadapku.

"Aku...... CEO Lu, aku sudah harus pulang." Aku tertawa dan membalikkan badan, menampilkan senyuman yang biasanya diberikan pada para klien ruang VIP KTV.

"Pulang ke mana?" Darryl Lu kembali bertanya.

Tubuhnya dibaluti handuk, rambut masih meneteskan air, tubuhnya juga belum dilap hingga kering, dengan telapak kaki telanjang berjalan ke arahku, aku berdiam diri di tempat tidak tahu harus bagaimana.

"Tunggulah aku di ruang tamu, ada barang yang ingin kuberikan untukmu." Setelah Darryl Lu mengatakannya, dia langsung keluar dari kamar, dan naik ke lantai 2.

Darryl Lu ingin memberikan apa padaku? Apakah uang? Benar juga, biaya semalam masih belum diberikan.

Aku memakai sepatu, lalu kembali ke kamar mandi untuk mengosok gigi dan cuci muka, lalu terlihat sebuah alat sekali pakai di tong sampah kamar mandi, tiba-tiba merasa cukup lucu juga. Peralatan mandi di rumah Darryl Lu semuanya menggunakan peralatan yang sekali pakai, bagaikan di hotel.

Aku duduk di sofa ruang tamu menunggu Darryl Lu, tidak berani melihat-lihat ke sekitar, tangan yang tegang mulai berkeringat. Aku sendiri pun tidak tahu kenapa merasa tegang, intinya, jantungku hampir saja copot keluar.

Pada saat itu, kepalaku muncul berbagai adegan yang biasanya muncul di sinetron favorit dan novel romantis, lama kelamaan memikirkannya spontan membuatku tertawa.

"Apa yang kamu tertawakan?"

Mungkin aku terlalu terhanyut dalam khayalanku, sampai-sampai aku tidak menyadari kapan Darryl Lu telah datang.

Darryl Lu melirikku sejenak, membuka kulkas, mengambil sebotol air mineral, membuka tutup botol dan menyodorkannya padaku.

"Terima kasih CEO Lu, aku tidak ingin minum."

Pada detik itu juga, aku merasa Darryl lu begitu hangat, dia mengambilkan air untukku, juga membantuku membuka tutup botolnya, perkembangan adegan selanjutnya sesuai dengan sinetron, sedetik kemudian bukankah harusnya......

Darryl Lu tetap memberikan airnya ke tanganku, lalu melemparkan sebuah kotak kecil kepadaku: "Makan obatnya."

Aku mengangkat kepala melihat Darryl Lu, dia terlihat arogan, melihatku dengan tatapan meremehkan, wajah tanpa ekspresi, berkata dengan nada yang tegas.

Detik itu, hatiku merasa begitu sedih, ternyata benar, ada banyak luka yang biasanya diakibatkan karena diri sendiri terlalu banyak berkhayal, ini adalah masalah yang dicarikan sendiri.

Aku meminum obatnya langsung di depan mata Darryl Lu, berkata, CEO Lu, aku mengerti aturannya.

Aku menahan tangis, tapi malah tidak mampu mengontrol rasa nyeri yang menjalar di hidungku dan kelopak mata yang memerah, setetes air mata yang besar terjatuh, menetes di tanganku, dan terpecah menjadi percikan air kecil.

Darryl Lu seakan-akan telah melihat sebuah lelucon yang lucu, melihatku dengan alis yang berkerut, dia mungkin baru saja pertama kali melihat penampilan seseorang yang seperti ini, keluar menjual tubuh tapi masih pura-pura lugu.

"Kamu tenang saja, uang yang seharusnya kuberikan untuk tidak akan kukurangi." Nada bicara Darryl Lu terdengar sedikit kesal.

"Terima kasih CEO Lu, kalau tidak ada hal lain lagi, aku pergi dulu." Aku baru saja bangun, langsung di tekan oleh Darryl Lu.

"Aku tiba-tiba berubah pikiran, bagaimana kalau selanjutnya kamu bersamaku saja."

"A...... apa maksudmu......" Aku bertanya dengan gagap, entah kenapa, setiap kali berdekatan dengan Darryl Lu, aku merasa otakku telah mati fungsi, sama sekali tidak mampu berpikir, dan digunakan.

"Menjadi wanitaku, uang yang kamu dapatkan pasti akan lebih banyak dibandingkan dengan bekerja di bar. Kamu rasa?" Darryl Lu tersenyum melihatku.

Ternyata, Darryl Lu ingin menafkahiku?

Keberuntungan terbesar dalam bisnis yang kami lakukan ini, adalah dinafkahi oleh seorang bos besar yang tidak kekurangan uang, tidak perlu minum-minum lagi setiap hari hingga mabuk, ataupun menemani klien bermain berbagai permainan, dan yang terpenting adalah, asalkan orang itu tidak memiliki hobbi aneh dibidang itu, kehidupan akan terasa cukup damai.

Apalagi kalau dinafkahi oleh seseorang seperti Darry Lu ini, dia bukanlah seorang bapak tua yang wajahnya biasanya terlihat berminyak dan gemuk, meskipun watak Darryl Lu aneh, tapi dia terlihat tampan!

Sekarang, keberuntungan sebesar ini telah menghampiriku, tapi aku malah tidak berani menerimanya.

Aku berkata, CEO Lu, maaf, aku tidak bisa menyetujuimu.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu