My Lady Boss - Bab 7 Benci
“Inka, kamu kenapa datang kesini?”
Howard Lin berdiri bertanya dengan terkejut.
Inka adalah pacarnya, tunangannya, kalau bukan masalah hadiah dan acara lamaran, mereka mungkin sudah akan mendaftarkan pernikahannya.
Tapi yang membuat Howard Lin terkejut adalah pacarnya bagaimana bisa datang dengan mobil bosnya?
“Seorang teman memberi tahu kalau ada seorang teman lama di sini yang mentraktir makan dan minum, jadi aku membawa wanitaku datang, mengapa ada yang salah?”
Nico Deng tersenyum dan keluar dari mobil, meletakkan tangannya di bahu Inka.
Inka melihat Howard Lin, di matanya ada kilatan kepanikan, tapi dia tidak menghalangi gerakan Nico Deng di tubuhnya.
“Inka! Ada apa? Kenapa kamu bersamanya?”
Mata Howard Lin tiba-tiba memerah, dan dia memandangnya dengan marah dan sedih.
Inka menggerkan bibirnya, tapi tidak menjawab, membiarkan Nico Deng merangkulnya.
“Kalau tidak bersamaku, jadi mau bersamamu si miskin hah? Karena kamu tidak mengeksekusi wanitaku, ya biar aku yang mengeksekusi wanitamu!” Ujar Nico Deng dengan tidak senang.
“Dasar bajingan!”
Howard Lin langsung berang, dia mengepalkan tangannya dan menghampiri Nico Deng.
Dia mengerti kalau Nico Deng ada di sini untuk mempermalukannya, dan yang lebih mengesalkannya adalah lelaki ini benar-benar merebut tunangannya *!
“Howard, jangan bertindak gegabah! Kita bisa membicarakan semua baik-baik!”
Sangat disayangkan Howard Lin tidak mampu memukul Nico Deng seperti yang dia inginkan, Rekan-rekan di sekitarnya dalam waktu bersamaan mulai berdiri dan menahannya.
Nico Deng adalah bos mereka. Mereka bagaimana mungkin bisa melihat bos mereka dipukuli?
“Anak busuk, kamu kenapa bodoh sekali? Di kasih makan enak malah meminta bangkai, bukankah lebih baik kamu menyetujui persyaratanku saat itu?”
Ujar Nico Deng sambil melangkah maju dan menepuk pipi Howard Lin.
Howard Lin menggertakan giginya dan hampir mematahkan giginya. Seandainya tatapannya bisa membunuh orang, maka tubuh Nico Deng pasti akan telah dipotong olehnya ribuan kali, tetapi ketika dia melihat Inka, yang tidak tergerak di depannya, Ekspresi marah Howard Lin mengeras, seolah-olah dia jatuh ke dalam gudang es, dia hanya bisa merasakan hawa dingin yang dalam di tubuhnya.
“Ini pilihanmu, kan?”
“Maaf, ibuku tidak setuju dengan kita berdua.” Inka menjawab dengan acuh tak acuh.
“Oh begitu? Oke! Sudah...Lepaskan aku!”
Howard Lin tiba-tiba menjadi tenang.
Nico Deng melirik Howard Lin, lalu mengangguk, dan beberapa rekan di sekitarnya pun melepaskan Howard Lin.
Howard Lin kemudian menggelengkan kepalanya dengan senyum sedih, berbalik pergi dari sana.
Acara malam ini membuatnya sudah melihat segala hal dengan jelas, dan dia tidak ingin tinggal sedetik pun disana.
“Kenapa buru-buru pergi? Aku sudah di sini dan kamu belum minum bersamaku? Ayo, buka birnya dan suruh dia minum!”
Nico Deng duduk di bangku dan memandang Howard Lin dengan mengejek.
Rekan kerja yang berdiri di samping Nico Deng segera membuka sebotol bir dan meletakkannya di atas meja, dan pada saat yang sama dua orang memblokir jalan Howard Lin.
Howard Lin memiringkan lehernya, menarik nafas dalam dan berjalan ke meja untuk mengambil botol bir dan dengan kasar menegaknya ke dalam mulutnya.
Sebotol bir dengan cepat menyelinap masuk ke mulut Howard Lin.
Setelah meminum habis sebotol bir, Howard Lin mengambil botol di tangan kanannya dan menyeka bir dari sudut mulutnya, memiringkan kepalanya dan menatap orang di depannya dengan dingin.
Tanpa menunggu Nico Deng melanjutkan kata-katanya, dia menghancurkan botolnya ke meja, dan kemudian memegang botol yang pecah itu ke arah kerumunan.
Orang-orang di sekitarnya dengan waspada memandang Howard Lin. Meskipun Nico Deng masih duduk di kursi, matanya penuh dengan kepanikan. Dan semua akan jadi berbahaya kalau sampai tertusuk oleh botol bir yang pecah itu.
Howard Lin dalam hatinya bersumpah dia saat itu sangat ingin menyodokkan botol bir yang sudah pecah itu ke tubuh Nico Deng.
Tetapi ketika dia melihat sekelilingnya, orang-orang yang cuek, bingung, atau waspada, dia menjadi ragu-ragu...
Sesaat dia juga memikirkan ayahnya yang masih di rumah sakit, dia menjadi ragu...
Howard Lin dengan wajah yang tegas memegang botol bir yang pecah, menunjuk ke arah Nico Deng kemudian menunjuk ke seorang rekan yang ada di dekatnya, setelah mereka mundur sampai di jarak tertentu, dia kemudian berbalik dan dengan langkah besar pergi dari sana.
“Bos?”
Rekan yang tersisa sepertinya menunggu instruksi Nico Deng.
Dan Nico Deng hanya melihat dengan dingin ke arah di mana Howard Lin pergi, sambil tersenyum berkata: “Tidak usah perdulikan dia, dia hanya anjing yang sedang berkabung. Semua orang lanjutkan minumnya. Malam ini aku yang akan mentraktir kalian. Inka sini duduk dan minum denganku!”
Inka hanya ragu sejenak, setelah melihat ke arah mana Howard Lin pergi, dia mengambil tas tangan LV yang baru saja dibelinya dan duduk di samping Nico Deng dengan wajah tersenyum.
Sekelompok orang mengobrol seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya, mereka ngobrol dan tertawa, hanya Nico Deng yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Howard Lin berjalan di jalan dengan ekspresi sedih dan juga marah, dan berbagai pemikiran terus-menerus muncul di benaknya.
Dia tidak pernah berpikir kalau dia bisa jatuh dalam kondisi seperti malam ini, dipermalukan oleh orang lain, dan bahkan wanita yang dia pikir akan menikah dengannya bisa terang-terangan muncul mengkhianatinya.
Howard Lin tanpa sadar berjalan ke sungai, dan angin sungai yang dingin di malam hari seakan membuatnya sedikit terjaga.
Duduk di kursi di tepi sungai, Howard Lin menyalakan sebatang rokok, dan hanya mengisapnya sekali lalu membiarkan rokoknya terbakar di tangannya.
Dia berpikir banyak...
Dia berpikir kalau dia dari awal membantu bos, apakah hasilnya akan berbeda?
Atau mungkin, kalau dia sebelumnya memanfaatkan kesempatan tertentu, apakah situasinya sekarang berbeda?
Tapi ini semua hanya kalau, tapi Howard Lin tiba-tiba memahami sebuah pelajaran——
Yaitu, lelaki tidak boleh tidak mempunyai uang!
Lelaki yang tak memiliki uang bergantung pada wajahnya!
Lelaki tanpa uang akan dipermalukan!
Lelaki tanpa uang akan dipandang rendah oleh wanita!
Pelajaran ini sangat sederhana, tetapi Howard Lin memikirkannya begitu lama, ketika dia membuang rokok dari tangannya lagi, di sekitarnya sudah penuh dengan puntung rokok.
Howard Lin bangun dari bangku, menepuk abu di tubuhnya.
Tinggal sendirian dalam waktu lama ini juga membuatnya sadar.
Dia mengepalkan tinjunya, tatapan tegas terlihat di matanya. Mulai sekarang, dia harus menemukan cara untuk menghasilkan uang.
Melihat jam, untungnya itu baru lewat pukul 10, dan Howard Lin masih sempat pulang ke kediaman Eveline Fang.
Tetapi ketika dia kembali ke apartemen untuk membuka pintu rumah Eveline Fang, dia melihat pemandangan di hadapannya yang membuatnya bergegas masuk ke dalam.
“Nico! Apa yang ingin kamu lakukan?”
Howard Lin berteriak marah.
Nico Deng tidak tahu kapan dia datang ke rumah Eveline Fang, dan lelaki itu tengah mencoba menekan tubuh Eveline Fang yang sedang berbaring di sofa.
Eveline Fang yang kesusahan untuk melawan, melihat Howard Lin muncul, dari matanya terlihat tengah memohon bantuan.
“Howard? Kamu kenapa bisa datang ke sini?”
Nico Deng menoleh dan terkejut melihat Howard Lin muncul di depan pintu Eveline Fang.
Wajah lelaki itu memerah, jelas dia pasti sudah minum terlalu banyak.
Howard Lin tidak ragu-ragu untuk menghampiri kedua orang itu, menarik Nico Deng dan membuangnya ke lantai.
“Sial, apa yang kamu lakukan! Aku sedang meniduri istriku, apa yang kamu lakukan di sini!”
Nico Deng memakinya setelah jatuh ke lantai.
Howard Lin menahan keinginannya untuk memukuli Nico Deng, dan dia pertama-tama melihat keadaan Eveline Fang, pipi wanita ini terlihat memerah, seperti ketika dia akan hubungan intim di Alamr Resort saat itu.
Melihat dua gelas anggur di meja sebelahnya, Howard Lin dalam hati menebak Eveline Fang sedang mabuk atau tidak dia sudah diberi obat oleh Nico Deng.
Novel Terkait
See You Next Time
Cherry BlossomHusband Deeply Love
NaomiWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelCinta Tak Biasa
SusantiMy Lady Boss×
- Bab 1 Bos Wanita
- Bab 2 Tersesat
- Bab 3 Berani Sekali
- Bab 4 Kamu Laki-Laki Atau Bukan
- Bab 5 Tugasnya Gagal
- Bab 6 Pinjam Uang
- Bab 7 Benci
- Bab 8 Hubungan Intim!
- Bab 9 Dia Telah Melakukan Sesuatu Yang Buruk
- Bab 10 Membalas Budi
- Bab 11 Melarikan Diri
- Bab 12 Lebih Baik Untuk Bersikap Lembut
- Bab 3 Berdamai?
- Bab 14 Diadu Lagi
- Bab 15 Memberi Bantuan
- Bab 16 Bekerja
- Bab 17 Kuli
- Bab 18 Saling Membantu
- Bab 19 Gadis Yang Ceroboh
- Bab 20 Hiperaktif
- Bab 21 Berhenti
- Bab 22 Memasak
- Bab 23 Kamu Dalam Mara-Bahaya
- Bab 24 Tubuhmu Tidak Sanggup
- Bab 25 Pertemuan Tak Terduga
- Bab 26 Menghiburnya
- Bab 27 Kita Hanya Bertemu Dan Tidak Saling Mengenal
- Bab 28 Perjamuan
- Bab 29 Penjelasan
- Bab 30 Ada Pekerjaan
- Bab 31 Tidak Tahan Lagi
- Bab 32 Kehidupan Yang Kuinginkan
- Bab 33 Meminjam Uang
- Bab 34 Resep Rahasia
- Bab 35 Tidak Tahu Malu
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Tidak Bertenaga
- Bab 38 Bisnisnya Bagus
- Bab 39 Manajemen Kota
- Bab 40 Gerobak Kios