My Lady Boss - Bab 19 Gadis Yang Ceroboh
Howard Lin melirik Angel Gong yang tersenyum, lalu dengan sopan mengulurkan tangan dan menjabat tangan gadis itu: "Namaku Howard, nomor telepon tidak perlu lagi. Untuk apa berkenalan ketika bertemu secara tidak kebetulan?"
Howard Lin sudah berusia dua puluh tujuh tahun, dan gadis kecil ini tampaknya juga berusia awal dua puluhan. Dia tidak berpikir akan adanya hubungan diantara mereka berdua. Selain itu, karena sekarang dia terlalu sibuk mengurus dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia masih memiliki mood dengan wanita?
"Kalau begitu, tidak perlu lagi. Oh ya, kamu apakan orang itu barusan?"
Angel Gong mengerutkan bibirnya, seolah-olah dia menjadi sedikit tidak senang karena tidak mendapatkan nomor teleponnya.
"Aku hanya melemparkan batu bata padanya, kurasa dia sudah pingsan."
Howard Lin menjawab.
"Pingsan? Apakah dia baik-baik saja? Apakah perlu memanggil ambulans?"
Angel Gong bertanya dengan heran.
Mendengar apa yang dikatakan wanita itu, Howard Lin terkejut sejenak dan kemudian bertanya:
"Kutanya kamu nona, apakah kamu baik-baik saja? Orang itu baru saja mengambil pisau untuk merampokmu, dan kamu masih berpikir untuk membantunya?"
"Tidak... aku hanya khawatir dia terluka... Dia seharusnya juga orang yang berkeluarga, kan? Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?"
Angel Gong bertanya dengan cemas.
Howard Lin dengan hati-hati memandangi gadis di depannya itu, seolah-olah sedang memikirkan bagaimana bisa masih ada orang yang begitu baik sepertinya sekarang ini.
Gadis ini sudah terlalu baik, ataukah dia kehilangan otaknya?
"Jangan khawatir, aku hanya melemparinya hingga pingsan. Jika dia bernasib baik, paling tidak dia hanya akan pingsan sesaat. Tetapi jika bernasib buruk, maka dia akan mengalami geger otak, juga tidak akan seserius yang kamu pikirkan. Lagipula, ini juga adalah sesuatu yang pantas diterimanya. Jika dia melakukan kejahatan, maka dia tidak boleh menyalahkan orang lain."
Howard Lin menjelaskan setelah menghela nafas.
"Begitu ya... aku masih sedikit khawatir. Kita meninggalkannya di sana sendirian, akankah terjadi sesuatu?"
Angel Gong masih mengerutkan kening.
"Jika kamu begitu baik, kamu bisa pergi ke sana dan melihatnya, tetapi aku tidak menjamin bahwa dia akan berterima kasih padamu ketika dia bangun nanti. Mungkin saja dia masih akan mengandalkanmu untuk ini dan lanjut merampokmu. Ada yang masih harus kulakukan, sampai jumpa!"
Howard Lin melambaikan tangan dan pergi, dia tidak berencana untuk terus terjerat dalam masalah ini.
Angel Gong berdiri di sana dan berpikir untuk sementara waktu, seolah-olah sedang ragu apakah harus kembali ke sana untuk melihat, dan kemudian dia baru pergi setelah menerima panggilan lain.
Ketika Howard Lin kembali ke rumah Eveline Fang, dia sudah sangat kelelahan.
Dia membuka pintu dan melihat-lihat, menemukan bahwa Eveline Fang sudah pulang ke rumah.
Wanita itu masih duduk di atas sofa dengan piyamanya, dan setelah memandang Howard Lin sekilas, dia lanjut melihat ke arah TV yang sedang menayangkan drama idola.
Setelah Howard Lin melemparkan pakaian kotor yang dibawanya pulang itu ke kamarnya, dia pun mengambil baju ganti dan berjalan ke kamar mandi.
Eveline Fang melihat ke arah Howard Lin dan menggerakkan hidungnya, lalu dia mengerutkan kening.
Setelah mandi air panas, Howard Lin merasa jauh lebih baik.
Dia mengenakan sebuah rompi dan keluar dengan celana pantai.
Rompi putih itu menguraikan otot dada Howard Lin yang cukup kekar itu dengan jelas. Eveline Fang melihatnya sekilas dan berkata dengan ringan: "Ayo duduk..."
Howard Lin melirik ke arah Eveline Fang. Meskipun dia tidak tahu apa yang salah dengan wanita itu, namun dia masih menyeret kakinya dan kemudian berbaring di sofa sambil mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Kenapa? Sudah sangat lelah padahal baru hari pertama?"
Eveline Fang seperti bertanya dengan sedikit sarkasme.
"Ya, lebih melelahkan daripada yang kukira, tetapi masih oke, aku bisa menahannya."
Howard Lin menjawab dengan lemah.
"Ketika kamu kembali tadi, baumu seperti bau keringat ditambah dengan semen. Kuberitahumu dulu, jangan membawa semen pulang ke rumahku karena itu sangat buruk untuk kulit!"
Eveline Fang memperingatkan.
"Jangan khawatir, setelah bongkar muat, kami akan membersihkan diri. Jikalau aku mengotori rumah, maka aku akan membersihkannya. Masih adakah urusan yang lain?"
Howard Lin bertanya dengan tidak sabar.
Eveline Fang memandangi Howard Lin dengan tatapan rumit, lalu menunjuk ke kotak di atas meja teh.
"Ini untukmu..."
"Untukku?"
Howard Lin tertegun sejenak, mengangkat pinggangnya dan mengambil kotak itu untuk melihatnya, lalu menemukan bahwa itu adalah alat cukur listrik.
"Ha, makasih, kamu benar-benar baik sekali..."
Howard Lin tersenyum dan berterima kasih.
Kebaikan wanita itu yang tiba-tiba ini membuatnya sedikit terkejut, tidak tahu apakah karena wanita itu membuat dagunya berdarah tadi pagi.
"Kamu sudah menjadi begitu hitam hanya pada hari pertama, sepertinya kamu akan menjadi seperti orang Afrika dalam beberapa hari, bukan? Debu dari semen akan merusak sistem pernafasan. Jangan ingin menghasilkan banyak uang sekarang, lalu menghabiskan lebih banyak uang lagi untuk mengobati penyakit nantinya!"
Eveline Fang melirik Howard Lin, tidak tahu apakah itu peduli atau ironis.
"Bagaimana caramu berbicara? Apakah kamu sedang mengutukku? Aku baru mengira bahwa kamu sangat berbaik hati, tetapi kamu sudah langsung merusak niat baikmu sendiri. Aku ini berhutang banyak padamu dan tidak mempunyai pekerjaan yang cocok. Bahkan jika aku tahu aku akan melukai tubuhku, aku juga harus tetap melakukannya. Dimanakah aku dapat menemukan pekerjaan semacam ini dengan bayaran ratusan dolar Yuan sehari di luar?"
Howard Lin meringkuk dan berkata.
"Terserah kamu. Lagipula, kamu tidak ada hubungannya denganku. Jangan berharap aku akan membawamu ke dokter jika kamu sakit nanti!"
Eveline Fang menjawab dengan dingin.
"Tentu saja tidak perlu. Jika nantinya sesuatu terjadi padaku, aku pasti akan berjuang sendiri!"
Howard Lin mengangkat bahu. Melihat tidak ada lagi yang bisa dikatakan, dia pun berencana untuk kembali ke kamar dan beristirahat. Dia mengambil pisau cukur itu dan berdiri, lalu kemudian menjatuhkan kata terima kasih sebelum berjalan kembali ke kamar.
Malam itu, Howard Lin tidak bisa tertidur nyenyak. Tiba-tiba, kerja keras yang berlebihan itu membuatnya kesakitan di sekujur tubuhnya.
Perasaan berkedut itu terus-menerus datang dari tangan dan kakinya, serta pinggangnya yang kaku membuat tubuhnya terus berguling-guling di atas ranjang.
Seolah-olah sudah tidak tahan dengan jenis kesakitan semacam ini, Howard Lin pun bangkit dan berencana untuk mengambil air panas dan mengompres.
Membuka pintu kamar, dia tidak menyangka lampu di luar pintu masih tetap menyala.
Hanya saja, Eveline Fang tidak sedang menonton TV, melainkan mengeluarkan laptopnya dan terus sibuk merekam sesuatu.
"Sudah jam berapa sekarang? Kamu masih belum tidur?"
Howard Lin bertanya setelah sedikit mengernyit.
"Jam 1-an, ada beberapa dokumen yang masih harus kutangani!"
Eveline Fang menjawab tanpa melihat ke atas.
"Oh, aku tidak menyangka bos besar sepertimu masih bekerja begitu keras? Bukankah hal-hal ini seharusnya diserahkan kepada bawahan?"
Howard Lin bertanya sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Karyawan biasa hanya membantumu untuk menangani pekerjaan yang dijadwalkan, tetapi pekerjaan yang krusial tetap harus ditangani olehmu sendiri. Kalau tidak, perusahaanmu sendiri lah yang akan mengalami kerugian jika terjadi masalah! Hah? Untuk apa kamu bangun?"
Eveline Fang menjawab dan kemudian memandangi Howard Lin dengan beberapa keraguan.
Awalnya, dia mengira pria ini bangun untuk pergi ke kamar mandi, tetapi tidak menyangka bahwa dia hanya menyalakan air panas di kamar mandi.
"Tangan dan kakiku tidak enakan, jadi aku akan mengompresnya sebentar!"
Howard Lin menjawab dengan sederhana.
"Lihatlah, begitu cepat sudah muncul reaksi yang tidak baik. Sudah kubilang kamu bukanlah tipe orang yang melakukan pekerjaan ini, tetapi kamu tetap tidak percaya. Sakit di tangan dan kaki masih tidak apa-apa, namun ketika gejala saluran pernapasan itu muncul nanti, itu bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan mengompres!"
Eveline Fang berkata dengan sinis.
"Eh, tidak bisakah kamu berbicara dengan baik? Jelas-jelas kalimat yang sedang mengkhawatirkan seseorang, tetapi kamu mengatakannya seperti sedang mengutuk seseorang."
Howard Lin tidak tahan dengan nada Eveline Fang sehingga tidak bisa jika tidak menjawab.
"Apakah aku harus disalahkan untuk ini? Kamu tidak mendengarkanku ketika aku berbicara dengan baik, jadi mengapa aku harus berbicara dengan baik?"
Eveline Fang mengangkat kepalanya untuk melihat Howard Lin.
"Lupakan saja, anggaplah aku tidak mengatakan apa-apa..."
Howard Lin terlalu malas untuk berdebat dan duduk di sofa dengan sebaskom air panas.
Dia melepas rompinya dengan ekspresi yang kesakitan, lalu dia mengambil handuk dan meletakkannya di pundaknya terlebih dahulu.
Eveline Fang meliriknya sedikit lebih lama dan baru memalingkan matanya ketika tubuh bagian atas pria itu bertelanjang, tetapi ketika jari-jarinya mengetuk keyboard, dia tampaknya sedikit kacau.
Ketika Howard Lin ingin mengompres tulang belikat dan punggungnya, dia merasa sulit untuk melakukannya sendiri.
"Kamu berbaringlah, aku akan membantumu!"
Seolah-olah ragu sejenak, Eveline Fang pun menutup laptopnya dan berdiri di samping Howard Lin.
Novel Terkait
After The End
Selena BeeEternal Love
Regina WangMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaSuami Misterius
LauraSomeday Unexpected Love
AlexanderTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniMy Lady Boss×
- Bab 1 Bos Wanita
- Bab 2 Tersesat
- Bab 3 Berani Sekali
- Bab 4 Kamu Laki-Laki Atau Bukan
- Bab 5 Tugasnya Gagal
- Bab 6 Pinjam Uang
- Bab 7 Benci
- Bab 8 Hubungan Intim!
- Bab 9 Dia Telah Melakukan Sesuatu Yang Buruk
- Bab 10 Membalas Budi
- Bab 11 Melarikan Diri
- Bab 12 Lebih Baik Untuk Bersikap Lembut
- Bab 3 Berdamai?
- Bab 14 Diadu Lagi
- Bab 15 Memberi Bantuan
- Bab 16 Bekerja
- Bab 17 Kuli
- Bab 18 Saling Membantu
- Bab 19 Gadis Yang Ceroboh
- Bab 20 Hiperaktif
- Bab 21 Berhenti
- Bab 22 Memasak
- Bab 23 Kamu Dalam Mara-Bahaya
- Bab 24 Tubuhmu Tidak Sanggup
- Bab 25 Pertemuan Tak Terduga
- Bab 26 Menghiburnya
- Bab 27 Kita Hanya Bertemu Dan Tidak Saling Mengenal
- Bab 28 Perjamuan
- Bab 29 Penjelasan
- Bab 30 Ada Pekerjaan
- Bab 31 Tidak Tahan Lagi
- Bab 32 Kehidupan Yang Kuinginkan
- Bab 33 Meminjam Uang
- Bab 34 Resep Rahasia
- Bab 35 Tidak Tahu Malu
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Tidak Bertenaga
- Bab 38 Bisnisnya Bagus
- Bab 39 Manajemen Kota
- Bab 40 Gerobak Kios