My Lady Boss - Bab 24 Tubuhmu Tidak Sanggup
Howard Lin tertegun sejenak, lalu mengangguk sebagai jawaban: “Iya, kamu mendengarnya?”
Saat teleponan tadi, Howard Lin tidak mengontrol suaranya dan tidak heran kalau Eveline Fang bisa mendengarnya.
“Baru sehari istirahat sudah mau pergi membongkar muatan lagi? Memangnya kamu kuat membawanya?” Tanya Eveline Fang.
“Mumpung ada kerjaan kan, lagi pula aku sudah berjanji dengan bos, walau aku tidak sanggup tapi aku tetap harus pergi, hanya dengan bekerja aku baru bisa menghasilkan uang!” Howard Lin menjawab sambil tersenyum.
“Demi mencari uang kamu bahkan sudah tidak memperdulikan nyawamu? Kalau nanti tubuhmu ambruk apa lagi yang masih bisa di andalkan?”
Eveline Fang mengalihkan pandangannya ke belakang dengan serius melihat Howard Lin.
“Tubuhku sendiri, aku tentu memahaminya. Sekarang aku bisa menghasilkan uang dengan usaha dan kerja kerasku. Kalau nanti aku tidak bisa menghasilkan uang dengan semua kerja kerasku, itu baru akan menjadi penderitaan.” Jawab Howard Lin berpura-pura santai.
“Ya sudah, terserah kamu! Tapi kalau kamu nanti dibawa ke rumah sakit, jangan panggil aku!”
Eveline Fang setelah mengatakan ini kembali masuk ke dalam kamar, tapi untungnya dia tidak langsung menutup pintu.
Melihat wajah Eveline Fang yang tiba-tiba berubah, Howard Lin juga tidak tahu harus bagaimana. Wanita ini memalingkan wajahnya *lebih cepat dari membalik buku. Walaupun dia tahu Eveline Fang adalah seorang wanita berhati tahu dengan mulut pisau, tetapi Howard Lin kali ini masih tidak mengerti dia tadi sudah berbuat kesalahan apa hingga bisa memancing marahnya seperti saat ini.
Teringat kalau dia besok harus pergi bekerja, Howard Lin memakan makan malam yang sudah dia buat lalu kembali ke kamar. Dia kemudian dengan hpnya memeriksa informasi yang berhubungan dengan vendornya, lalu dengan santai mengendurkan ototnya dan pergi tidur lebih awal.
Setelah bangun pagi melihat catatan dengan nasi di panci atas meja, dia menyadari kalau wanita itu telah pergi.
Setelah mandi Howard Lin membawa barang-barang pentingnya pergi ke toko bos Wang.
Saat sampai di tempat, mobil truk bos Wang masih memuat barang, dan bos Wang serta dua pekerja lainnya sedang tertawa dan mengobrol.
Setelah diperhatikan lebih dekat, kedua pekerja ini masih orang tua yang pergi bersama mereka terakhir kali, dan di mulut Howard Lin terlihat senyuman.
Howard Lin memegang sakunya mengambil rokok yang telah dipersiapkan sejak lama berjalan ke depan.
“Selamat pagi bos, kak!”
“Pak! Bagaimana istirahatmu semalam, apakah kamu telah beristirahat dengan baik? Hari ini ada lebih banyak barang dari sebelumnya.”
Bos Wang bertanya sambil tersenyum, dan pada saat yang sama mengambil rokok yang di sodorkan oleh Howard Lin.
“Tenang, gampang, aku harusnya bisa menahannya!”
Howard Lin menjawab dengan senyuman, dan pada saat yang sama menemukan memberikan 3 bungkus rokok yang belum di buka pada masing-masing dari mereka.
“Kak, apa ini?” Seorang teman lama bertanya padanya.
“Bukan apa-apa, kemarin kan aku masih tidak terbiasa, dan sudah menyusahkan kedua kakak laki-laki untuk membantuku. Lagipula bos juga sudah memberiku uang yang tidak sedikit. Aku mana mungkin meminta bantuan kedua kakak laki-laki dengan cuma-cuma kan! 1 bungkus rokok adalah rasa terima kasihku.” Howard Lin menjelaskan sambil tersenyum.
“Tidak ada masalah lah, kita sesama pekerja paruh waktu tidak perlu segan!” Seorang pekerja mengatakan itu dan dia bersiap ingin mengembalikan rokoknya.
Keduanya untuk sementara waktu kemudian saling mendorong, dan akhirnya orang itu hanya bisa menerimanya.
Setelah pembagian rokok, hubungan Howard Lin dan kedua pekerja otomatis menjadi lebih dekat, dan Howard Lin akhirnya mengetahui marga kedua pekerja itu, yang satu bermarga Zhou dan yang lainnya adalah Wu.
Kakak laki-laki yang bermarga Zhou ini sedikit lebih tinggi, dan dia biasanya melakukan pemindahan semen dari atas truk.
Setelah berkenalan dengan kedua kakak laki-laki tersebut, Howard Lin juga menanyakan beberapa pengalaman dan keterampilan: “Aku lihat kakak-kakak tidak ngos-ngosan saat menurunkan muatan, apakah ada trik khususnya?”
“Mana ada trik lah, cuma kami ini tipe orang yang kerja berat. Setelah melakukannya dalam waktu lama kami menjadi semakin terbiasa. Paling-paling kita harus memperhatikan letak dan posisi kaki kita saat memindahkan semen. Tidak usah terburu-buru juga, jaga nafas dan kecepatan saja!” Kakak Wu menjawab sambil tersenyum.
“Iya, mana ada lah trik untuk pekerjaan berat seperti ini, tapi kalau terlalu capek semua bisa istirahat, dan jangan tunggu sampai terlalu capek baru istirahat, karena proses penyembuhannya akan lama, dan kalau rasanya pekerjaan sudah hampir selesai ya boleh istirahat lebih awal, bos Wang orang juga baik, enak di ajak bicara. Yang penting kita bisa membongkar semen dan kembali di hari yang sama. Jadi setelah itu bebas mau buang-buang waktu seperti apa, ya kan bos Wang?”
Kakak Zhou tampaknya orang yang suka bicara, dan ketika menjawab pertanyaan dari Howard Lin, dia tidak lupa untuk menyanjung bos Wang.
“Yah, tidak apa-apa, selama pekerjaan itu bisa diselesaikan. Selama hari itu tidak ada tempat lain untuk mengirim barang, umumnya kita tidak akan terburu-buru!” Bos Wang juga menjawab sambil tersenyum.
Mereka berempat mengobrol sebentar, setelah mobil memuat semua barang, dan beberapa dari mereka mulai berangkat lagi ke lokasi konstruksi di pedesaan.
Kali ini sepertinya berpindah tempat, dan jalanannya tidak bergelombang seperti sebelumnya, tetapi kecepatan truk seberat 60 ton itu masih belum kencang.
Selama di perjalan sama seperti dengan mengocok perut hingga tak berhenti, sampai siang hari mereka akhirnya sampai di tempat tujuan.
Howard Lin saat ini sudah agak lapar, tapi apakah dia bisa makan siang atau tidak itu tergantung pada bosnya.
Kebetulan para pekerja di lokasi konstruksi membawa sepanci beras besar, dan mereka memanggil bos Wang untuk duduk dan makan bersama.
“Jangan makan terlalu banyak, kalau tidak perut akan terasa tidak nyaman saat menurunkan badan!”
Sebelum makan, kakak Wu berkata dengan suara rendah.
Howard Lin mengangguk. Sejujurnya, dia juga tidak perlu dengan sengaja mengendalikan nafsu makannya, karena panci besar nasi di lokasi konstruksi tidak terasa enak, dia bahkan tidak jadi selera makan setelah beberapa gigitan nasi putih.
Melihat kakak Lin dan kakak Zhou, mereka hanya makan sedikit kemudian meletakkan sumpit mereka.
Hanya kakak Zhou yang terus makan sambil tertawa dan mengobrol dengan pekerja kontruksi.
Kakak Zhou kemudian memandang Howard Lin memberi isyarat kecil, ketiganya bangkit dan berjalan ke samping untuk merokok sebentar dan istirahat.Setelah 10 menit, mereka mulai berganti pakaian.
Bos Wang sebelum makan sudah memarkirkan mobilnya.
Selesai melakukan beberapa persiapan sederhana, kakak Zhou naik ke atas truk dan mulai menurunkan muatan.
Setelah melakukan pekerjaan fisik ini lagi, begitu kantong semen ditekan padanya, Howard Lin tahu bahwa itu mungkin tidak akan bertahan lama.
Pada awalnya, kaki terasa melemah, lalu dia berpikir nanti dia bagaimana bisa menahan lusinan semen di belakang?
Namun kali ini, Howard Lin mendengarkan nasihat kedua kakak laki-lakinya tadi, dia dengan sengaja mengatur pernafasan dan langkahnya.Meski sedikit lebih sulit, dia masih bisa menangani dua puluh ton semen itu setelah dia menurunkannya.
Howard Lin tidak ingin setiap saat mengganggu mereka untuk meminta bantuan. Dia sepertinya masih bisa memindahkan sekitar 20 kantong, setelah itu dia mengeluarkan rokok. Dan semua orang tak lama ikut beristirahat.
Bos Wang duduk di gudang dan mengobrol dengan perusahaan konstruksi, melihat Howard Lin dia kemudian tidak mengatakan apa-apa.
Setelah merokok dan memulihkan kekuatannya untuk waktu yang singkat, kakak Zhou berteriak dan mulai menurunkan muatan lagi.
Untuk 20 ton berikutnya, Howard Lin merasa begitu kesulitan.
Meskipun dia sudah memperhatikan untuk mengontrol pernafasan, tetapi karena kelelahan, pernafasan dan kecepatan lambat laun mulai terpencar.
Setelah 20 ton kedua diturunkan, Howard Lin duduk di tanah dan melambaikan tangannya dan berkata: “Tidak bisa, tidak bisa! Kakak merokok dan istirahat sebentar!”
Howard Lin mengeluarkan rokok untuk memberi tanda kalau dia lelah dan tidak ingin mengantarkan rokok itu kepada mereka berdua.
Kakak Wu dan kakak Zhou saling berpandangan, sedikit ketidaksenangan terlihat di mata mereka, tetapi mereka mulai tersenyum dan mengambil rokok dari Howard Lin.
Mungkin rokok yang diberikan oleh Howard Lin sebelumnya memberikan efek yang bagus, jadi walaupun mereka sedikit tidak senang tapi mereka tidak akan menunjukkannya.
Orang konstruksi di samping melihat Howard Lin dan pekerja lainnya baru bergerak sebentar lalu istirahat lagi. Mereka kemudian mengatakan sesuatu kepada bos Wang. Bos Wang sedikit mengernyit melihat Howard Lin.
Sepertinya Howard Lin kali ini sudah beristirahat lama. Bos Wang berjalan mendekat dan berkata: “Agak cepat lagi ya, pihak konstruksi masih ada uruan, jadi dia ingin kita cepat menyelesaikannya dan pergi dari sini.”
“Maaf bos, kami akan segera mulai lagi!”
Howard Lin buru-buru berdiri sambil tersenyum, meski dia sekarang merasa harus menggunakan seluruh energinya untuk bisa bangun.
Novel Terkait
Thick Wallet
TessaInventing A Millionaire
EdisonJalan Kembali Hidupku
Devan HardiUnplanned Marriage
MargeryAnak Sultan Super
Tristan XuPrecious Moment
Louise LeeLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaPerjalanan Selingkuh
LindaMy Lady Boss×
- Bab 1 Bos Wanita
- Bab 2 Tersesat
- Bab 3 Berani Sekali
- Bab 4 Kamu Laki-Laki Atau Bukan
- Bab 5 Tugasnya Gagal
- Bab 6 Pinjam Uang
- Bab 7 Benci
- Bab 8 Hubungan Intim!
- Bab 9 Dia Telah Melakukan Sesuatu Yang Buruk
- Bab 10 Membalas Budi
- Bab 11 Melarikan Diri
- Bab 12 Lebih Baik Untuk Bersikap Lembut
- Bab 3 Berdamai?
- Bab 14 Diadu Lagi
- Bab 15 Memberi Bantuan
- Bab 16 Bekerja
- Bab 17 Kuli
- Bab 18 Saling Membantu
- Bab 19 Gadis Yang Ceroboh
- Bab 20 Hiperaktif
- Bab 21 Berhenti
- Bab 22 Memasak
- Bab 23 Kamu Dalam Mara-Bahaya
- Bab 24 Tubuhmu Tidak Sanggup
- Bab 25 Pertemuan Tak Terduga
- Bab 26 Menghiburnya
- Bab 27 Kita Hanya Bertemu Dan Tidak Saling Mengenal
- Bab 28 Perjamuan
- Bab 29 Penjelasan
- Bab 30 Ada Pekerjaan
- Bab 31 Tidak Tahan Lagi
- Bab 32 Kehidupan Yang Kuinginkan
- Bab 33 Meminjam Uang
- Bab 34 Resep Rahasia
- Bab 35 Tidak Tahu Malu
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Tidak Bertenaga
- Bab 38 Bisnisnya Bagus
- Bab 39 Manajemen Kota
- Bab 40 Gerobak Kios