My Lady Boss - Bab 10 Membalas Budi
Howard Lin kembali ke kamarnya dengan kegembiraan, dan apa yang dikatakan Eveline Fang dan sosok wanita itu kembali terulang di benaknya.
Mungkin karena keinginannya telah terpenuhi, jadi pikiran Howard Lin menjadi tenang.
Dia tanpa sadar kembali memikirkan saat dia merobek pakaian Eveline Fang, dan teringat dengan sisi feminin dari wanita ini.
Benarkah dia enggan berhubungan seks dengannya hanya karena sedang menstruasi?
Jadi kalau dia sedang tidak menstruasi, apakah dia kali ini akan berhasil menaklukan Eveline Fang, dan setelah itu terjadi apakah dia mau memaafkan dirinya?
Sepertinya pikirannya saat ini agak tidak waras, Howard Lin kembali teringat perkataan wanita ini saat dia memaksanya untuk berhubungan seks dengannya di Alam Resort:
Sebenarnya, aku sudah lama tidak menyentuh lelaki. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan bekerja sama denganmu dan mengikutimu. Jadi kita semua akan merasa sama-sama puas.
……
Jangan malam ini ya?
Kata-kata ini membuat Howard Lin memiliki sedikit lebih banyak harapan di hatinya.
Apakah Eveline Fang mau bekerja sama dengannya malam ini, karena dia benar-benar memenuhi pepatah yang mengatakan wanita berusia 30 sama seperti serigala yang haus akan rasa cinta?
Atau karena sesuatu yang lain?
Sepertinya dia terlalu banyak pikir, Howard Lin buru-buru menggelengkan kepalanya, untuk menyingkirkan pikiran jahat ini dari kepalanya, dan juga untuk menghindari amarah.
Tetapi saat terpikir Eveline Fang telah membantunya, dia harus bagaimana membalasnya.
Howard Lin teringat dengan permintaan wanita itu ketika dia pertama kali berbicara dan meminjam uang padanya.
Mencari bukti perselingkuhan Nico Deng?
Howard Lin awalnya masih menyimpan ini di hatinya, tapi setelah dihina oleh Nico Deng, semua rasa itu telah hilang. Dan kali ini selama dia bisa menjatuhkan Nico Deng, dia pasti akan dengan senang hati melakukannya.
Dengan keputusan ini, Howard Lin akhir tertidur lelap.
Keesokan harinya bangun, hari sudah hampir tengah hari, dan dia tidak tahu Eveline Fang pergi ke mana.
Setelah mengambil uang yang diberikan oleh Eveline Fang dan menyimpannya di kartu bank ibunya, Howard Lin melihat jam tangannya.
Dengan pemahaman dirinya pada Nico Deng, lelaki ini tidak akan pernah pergi ke tempat pemandian pusat di jam segini.
Howard Lin selesai menyelesaikan ini pergi jongkok di tempat pemandian pusat.
Dia tidak akan lari masuk ke pemandian pusat dengan bodoh, setelah ribut dengan Nico Deng, dan ada orang dalam yang mengenalnya, maka kalau dia masuk itu sama saja dengan mencari masalah.
Menemukan sudut tersembunyi di luar, Howard Lin berlutut menunggu dissan.
Menjelang sore, dia melihat sebuah mobil Cayenne diparkir di luar tempat pemandian pusat.
Howard Lin sangat gembira, mengetahui kalau Nico Deng ada di sini.
Meskipun dia tidak tahu apakah menunggu Nico Deng seperti ini akan bisa mendapatkan hasil yang dia inginkan atau tidak, tapi Howard Lin setidaknya sudah mencobanya.
Mungkin karena dia cukup beruntung, saat mendekati waktu makan malam, Nico Deng keluar dari sana dan masuk ke mobil untuk pergi.
Howard Lin melihat ada sepeda sewaan di dekatnya dan dengan cepat mengendarainya.
Di kawasan perkotaan kota, ini adalah jam-jam pulang kerja jadi mobil Nico Deng tak bisa melaju kencang.
Howard Lin mengendarai sepeda sewaannya mengikuti jauh di belakang.
Perlahan, Howard Lin merasa kalau Nico Deng mengambil jalan yang agak familiar.
Setelah Nico Deng berhenti dan turun dari mobil, Howard Lin tidak bisa tak mengutuknya.
Tak heran kalau jalan ini tak asing lagi, Nico Deng ternyata pergi ke kediaman Inka mantan pacarnya.
Howard Lin pun menghentikan sepedanya dan menemukan tempat untuk bersembunyi, kebetulan melihat Inka berjalan keluar sambil tersenyum dan memeluk Nico Deng dengan mesra sebelum masuk ke mobil lelaki itu.
Melihat wanita yang semula tunangannya* masuk ke pelukan lelaki lain, Howard Lin merasa sangat tidak nyaman. Jejak kebencian melintas di matanya, dan dia dengan cepat mengeluarkan hp dari kejauhan mengambil gambar mereka.
Setelah melihat hasilnya, dia merasa jarak antara kedua orang itu agak kabur, dan itu jelas tidak cukup untuk memberikan bukti pada Eveline Fang.
Karena keduanya telah keluar pergi berdua, maka di akhir pasti ada permainan dan kejutan lainnya.
Melihat mobil melaju, Howard Lin dengan cepat naik ke sepedanya dan mengikutinya.
Nico Deng mengajak Inka makan malam, sementara Howard Lin makan roti kukus dan terus menunggu di luar restoran. Dia memutuskan untuk terus mengikuti mereka.
Setelah mereka berdua selesai makan, Howard Lin mengikuti mereka lagi ke bar terpencil, dan instingnya memberitahunya kalau pasti ada permainan di dalamnya.
Setelah berjalan ke bar dan menentukan lokasi kedua orang itu dari kejauhan, Howard Lin menemukan tempat yang nyaman untuk mengamati dan duduk disana, dan pada saat yang sama secara diam-diam mengambil beberapa foto dengan hpnya. Tapi serat optik bilahnya relatif gelap, efek pemotretannya tidak terlalu bagus, dan dia harus memotretnya lebih dekat.
Seorang pelayan mendatangi Nico Deng menyodorkan buku menu. Nico Deng tampak sangat dermawan. Setelah memesan minuman, dia langsung memberikan uang tip tmerah kepada pelayan tersebut.
Sebaliknya Howard Lin saat seorang pelayan datang untuk menanyakan pesanannya, dia hanya memesan segelas minuman termurah, dan bahkan tidak memberikannya tip.
Nico Deng dan Inka terlihat mengobrol dan tertawa, ini membuat Howard Lin merasa semakin kesal dan tertekan.
Tampaknya untuk mengetahui apa yang dibicarakan kedua orang itu, dan untuk bisa memoto mereka lebih jelas, dia harus mencari kesempatan untuk lebih dekat dengan mereka.
Tidak lama kemudian, setelah beberapa cahaya redup lewat, Howard Lin berhasil menyentuh meja Nico Deng.
Dia hanya menunjukkan punggungnya sehingga keduanya tidak bisa melihat wajahnya, dan ponselnya disesuaikan dengan kamera depan, dan foto keduanya bisa ditangkap dengan lebih jelas.
Setelah mengambil beberapa bidikan, melihat wajah jelas keduanya di foto, mulut Howard Lin tersenyum.
Mungkin karena gerak-geriknya terlalu aneh, atau mungkin Nico Deng yang sudah banyak memberi tip memberikan kesan yang baik pada pelayan.
Jadi saat Howard Lin ingin mengambil beberapa foto lagi dan mengintip dari hpnya, seorang pelayan terlihat berjalan mendekati Nico Deng dan berbisik padanya sambil melihat dirinya. Wajah Nico Deng tiba-tiba menjadi serius.
Howard Lin dengan cepat meletakkan hpnya dan berpura-pura minum, tetapi Nico Deng langsung berjalan menemui Howard Lin.
“Oh kamu? Kamu kenapa mengikuti aku?” Nico Deng bertanya dengan dingin.
Setelah identitasnya di ketahui, Howard Lin merasa sedikit linglung, lalu memaksa dirinya untuk bersuara dan menjawab dengan dingin: “Memangnya bar ini kamu yang buka? Dan aku tidak bisa minum disini?”
“Gerak-gerik seperti ini mau datang minum? Jangan kira aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan? Kamu dan Eveline wanita jalang itu komplotan. Dia pasti yang menyuruhmu untuk mengikutiku, kan? Apa yang ingin dia lakukan?”
Nico Deng dengan tatapan hina melihat Howard Lin.
Pada saat ini, Inka tampaknya juga menyadari kehadiran Howard Lin, dia mengerutkan kening dan berjalan dengan tidak senang bertanya: “Howard, apa yang kamu lakukan disini? Kita sudah tidak ada hubungan lagi!”
Mendengar kata-kata ini dari mulut Inka, Howard Lin tampaknya tidak memiliki banyak perubahan suasana hati lagi, dia memandang Nico Deng dengan kesal.
“Oh...Aku mengerti! Kamu pasti penasaran ya, malam ini aku akan mengajak Inka melakukan apa?”
Nico Deng melihat ke arah Howard Lin lalu ke arah Inka, dia tiba-tiba tersenyum, dan di saat yang sama dia merangkul Inka membawanya masuk ke pelukannya.
“Kalau memang iya kenapa? Inka, apakah kamu benar-benar bersedia menghabiskan waktu bersamanya? Dia hanya mau bermain-main denganmu!”
Howard Lin sedang memikirkan alasan apa yang harus dia gunakan, dan kata-kata Nico Deng itu memberikannya sebuah alasan.
“Jangan dengarkan dia! Aku tulus kepadamu, aku bahkan bersedia membelikanmu perhiasan mahal seperti itu!”
Nico Deng buru-buru menghiburnya. Setelah melihat senyum manis Inka, dia memiringkan kepalanya dan sedikit mendekati telinga Howard Lin dan berbisik, “Memangnya kenapa kalau aku hanya ingin bermain? Aku mampu memainkannya, bagaimana denganmu? Kamu itu hanya sampah tak berguna!”
Novel Terkait
My Greget Husband
Dio ZhengMy Cute Wife
DessyBeautiful Lady
ElsaInnocent Kid
FellaLove and Trouble
Mimi XuCinta Yang Tak Biasa
WennieBeautiful Love
Stefen LeeMy Lady Boss×
- Bab 1 Bos Wanita
- Bab 2 Tersesat
- Bab 3 Berani Sekali
- Bab 4 Kamu Laki-Laki Atau Bukan
- Bab 5 Tugasnya Gagal
- Bab 6 Pinjam Uang
- Bab 7 Benci
- Bab 8 Hubungan Intim!
- Bab 9 Dia Telah Melakukan Sesuatu Yang Buruk
- Bab 10 Membalas Budi
- Bab 11 Melarikan Diri
- Bab 12 Lebih Baik Untuk Bersikap Lembut
- Bab 3 Berdamai?
- Bab 14 Diadu Lagi
- Bab 15 Memberi Bantuan
- Bab 16 Bekerja
- Bab 17 Kuli
- Bab 18 Saling Membantu
- Bab 19 Gadis Yang Ceroboh
- Bab 20 Hiperaktif
- Bab 21 Berhenti
- Bab 22 Memasak
- Bab 23 Kamu Dalam Mara-Bahaya
- Bab 24 Tubuhmu Tidak Sanggup
- Bab 25 Pertemuan Tak Terduga
- Bab 26 Menghiburnya
- Bab 27 Kita Hanya Bertemu Dan Tidak Saling Mengenal
- Bab 28 Perjamuan
- Bab 29 Penjelasan
- Bab 30 Ada Pekerjaan
- Bab 31 Tidak Tahan Lagi
- Bab 32 Kehidupan Yang Kuinginkan
- Bab 33 Meminjam Uang
- Bab 34 Resep Rahasia
- Bab 35 Tidak Tahu Malu
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Tidak Bertenaga
- Bab 38 Bisnisnya Bagus
- Bab 39 Manajemen Kota
- Bab 40 Gerobak Kios