My Lady Boss - Bab 27 Kita Hanya Bertemu Dan Tidak Saling Mengenal
“Mana...Mana ada!” Angel Gong langsung mengelak.
“Huh, baguslah kalau begitu, untung kamu tidak berpikiran seperti itu, kalau kamu benar-benar ingin mengundangku ke rumahmu, aku takut nanti akan merasa repot.” Howard Lin terlihat menghela nafas lega.
“Repot?” Tanya Angel Gong tak mengerti.
“Iya lah, coba kamu pikir kamu mengundangku ke rumahmu tengah malam begini, disana hanya ada seorang laki-laki dan seorang wanita, kita juga tidak terlalu dekat, memangnya pantas seperti itu? Kamu berani mengundangku ke rumahmu itu berarti di rumahmu tidak ada orang. Kalau-kalau nanti kamu sedih lagi dan aku harus kembali menghiburmu lagi. Mana tahu di rumahmu ada simpanan anggur merah, kamu akan mengajakku untuk menemanimu minum anggur merah.Coba kamu pikir apakah aku akan meminumnya atau tidak? Dan kalau misalnya mabuk? Apakah kamu tahu pikiran orang-orang yang sudah mabuk itu apa? Aku seorang lelaki muda yang baik-baik tidak bersedia bertanggung jawab atas semua itu! Lagi pula aku sekarang sangat lelah, dan ingin pulang ke rumah istirahat!”
Howard Lin langsung memaparkan banyak hal yang mungkin saja terjadi nanti, tapi kenyataannya dia memang sudah merasa terlalu lelah.
Angel Gong mendengar kata-kata ini dengan ekspresi bingung dan kemudian berkata: “Kamu terlalu banyak pikir... Aku benar-benar tidak berencana mengundangmu... Aku sebenarnya ingin bertanya di mana kamu tinggal?”
“Oh, begitu, sebenarnya tidak jauh, kamu bisa melihat gedungnya dari sini, lihat...” Howard Lin menunjuk ke gedung bertingkat tinggi di jalan dan kemudian berkata: “Itu di gedung itu!”
“Di situ...Aku ingat harga rumah disana tidak murah kan? Rumah itu kamu yang beli?” Angel Gong memandang Howard Lin dengan tidak percaya.
“Tidak, itu rumah orang, aku hanya tinggal sementara disana!” Howard Lin menjawab dengan jujur.
“Kalau begitu temanmu itu pasti kaya, laki-laki atau wanita?” Tanya Angel Gong lagi.
“Ya dia kaya, eh...Ngomong-ngomong kamu kenapa kepo sekali?” Howard Lin sepertinya enggan bicara lebih banyak.
“Tidak, cuma tanya saja, tapi melihat responnya sepertinya aku bisa menebak, orang itu harusnya seorang wanita kam? Istrimu? Pacarmu?” Angel Gong bertanya dengan mata besar yang berkedip-kedip.
“Kali ini kamu cukup pintar ya, yah, sejujurnya aku akui, dia bukan istriku, bukan juga pacarku, tapi seorang wanita galak, aku berhutang banyak uang padanya, jadi dia setiap hari selalu mendesakku untuk membayar hutang, dia takut aku akan melarikan diri, jadi dia membawaku pulang. Dan aku sekarang sibuk bekerja untuk membayar hutangnya.
Howard Lin mengerucutkan bibirnya menjawabnya.
“Omong kosong, bagaimana mungkin ada orang seperti yang kamu bicarakan itu? Kalau dia takut kamu melarikan diri, kamu bisa melapor keadaanmu padanya setiap hari. Lalu kenapa dia harus mengurusi hidup dan matimu? Selain itu, saat meminjam uang kamu harusnya sudah membuat bukti peminjaman kan? Kamu harusnya sudah meninggalkan informasi pribadimu padanya kan? Lalu dia bagaimana bisa takut tidak dapat menemukanmu? Kalau dia bersedia menampungmu, juga pedulimu, dan setiap saat mendesakmu untuk membayar pinjaman, dia ya orang itu mungkin memiliki maksud lain.” Angel Gong menganalis perkaraannya dengan seksama.
Howard Lin membeku sesaat, analisis Angel Gong itu membuat hatinya tiba-tiba tersentuh.
Eveline Fang memang sedikit galak, tapi semakin hari dia semakin menunjukkan sedikit perhatian pada dirinya, lalu itu karena apa?
“Hah? Aku baru bilang kalau pemikiranmu sangay sederhana, tapi aku tak menyangka kemampuanmu dalam menganalisa ternyata bagus juga.” Howard Lin tersenyum canggung.
“Ya aku memang memiliki pikiran hati yang sederhana, tapi bukan pikiran otak yang sederhana. Ya sudah, aku pulang dulu.” Angel Gong tampaknya masih ingin terus memandang Howard Lin.
“Ya sudah, bye.” Howard Lin melambaikan tangannya.
“Um...Ini adalah kali kedua kita bertemu, apa kamu yakin tidak ingin meninggalkan nomor telepon untukku?” Angel Gong tiba-tiba berkata.
“Kita hanya bertemu dan tidak saling mengenal kan. Lagi pula dalam hidup kita mungkin tidak akan ada hubungan sosial lainnya, dan mungkin ini terakhir kali kita bertemu. Jadi tidak ada gunanya meninggalkan nomor telepon.” Howard Lin mengatakan itu berlagak dewasa.
Kalau dulu, dia akan dengan senang hati meninggalkan nomor telepon untuk para wanita, tetapi situasi dan keadaan hidupnya saat ini telah berubah drastis, dan yang paling dia pikirkan sekarang adalah bagaimana bisa menghasilkan uang.
Hal-hal tidak penting seperti pacaran telah dikesampingkannya, selain itu, mengenal seorang wanita kecil dia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, dan mungkin itu akan bisa memancing beberapa hal yang berantakan dan merugikan untuknya, jadi dengan memikirkan itu, Howard Lin merasa terlalu malas untuk meninggalkan nomor telepon.
“Baiklah, kalau kita nanti memiliki kesempatan untuk bertemu untuk ketiga kalinya, bagaimana kalau kita saling bertukar nomor telepon, ya hitung-hitung menambah teman dan menjadi teman nyata?” Angel Gong berkata sambil tersenyum.
“Baik, ya kalau kita punya kesempatan untuk bertemu untuk ketiga kalinya ya.” Howard Lin mengangguk, menyetujui perkataan Angel Gong.
Di kota besar ini, 2 orang bisa bertemu lagi di tengah keramaian tanpa ada janjian sebelumnya. Probabilitas ini pastinya akan sangat kecil, dan kalau mereka benar-benar bisa berjumpa lagi, itu berarti memang karena takdir, dan kalau hari itu ada bukan tidak mungkin untuk meninggalkan nomor telepon.
Hanya saja apa yang di katakan Howard Lin itu, sepertinya memberikan dampak yang besar untuk Angel Gong, bagi Angel Gong, sikap Howard Lin itu sangat matang, dan dia memberikan skor tinggi kepada Howard Lin.
Setelah berpisah dengan Angel Gong, Howard Lin terus menyeret tubuhnya yang lelah kembali ke rumah.
Membuka pintu rumah, dia melihat Eveline Fang dengan piyamanya duduk di sofa.
“Sudah pulang?” Tanya Eveline Fang.
Howard Lin tertegun, ketika ditanya oleh Eveline Fang dia tiba-tiba merasakan perasaan hangat di hatinya.
Memikirkan kata-kata Angel Gong lagi, Howard Lin merasa Eveline Fang wanita ini tampaknya semakin peduli padanya.
Sekarang sudah hampir pukul sebelas, dan Eveline Fang masih belum tidur. Apakah dia sengaja menunggunya?
“Yah, sudah pulang!” Howard Lin menjawab sambil tersenyum.
“Masih ada makanan di dapur. Kalau kamu lapar, makanlah! Aku mau pergi tidur!” Eveline Fang meninggalkan kalimat ini dan masuk ke kamar.
Howard Lin memperhatikan Eveline Fang masuk ke kamar, lalu baru pergi ke dapur.
Nasi sudah dihangatkan di rice cooker, dan ada lauk pauk juga.
Howard Lin tanpa sungkan langsung mengeluarkannya, dan nafsu makannya setelah melakukan pekerjaan fisik yang berat langsung meningkat pesat.
Selain itu, setelah kembali dari lokasi konstruksi, dia terlalu lelah dan malas makan, dan sampai di rumah nafsu makan baru datang menyerang.
Meski rasa makanannya sangat biasa, tapi Howard Lin masih memakannya dengan lahap.
Keesokan harinya tidak ada pekerjaan, Howard Lin fokus beristirahat di rumah.
Hanya saja tubuhnya yang terasa akan hancur setelah terlalu banyak bekerja membuatnya sangat tidak nyaman.
Di waktu luangnya ini, Howard Lin memilih gerak membersihkan rumah Eveline Fang.
Namun dia mengingat peringatan wanita ini, Howard Lin tidak membersihkan sampai ke kamar Eveline Fang, ya dia tidak berani masuk ke kamar Eveline Fang.
Setelah melakukan pembersihan, Howard Lin berjalan ke jalanan memastikan idenya untuk menjual kentang.
Kepala jembatan dan alun-alun dan pintu masuk sekolah adalah tempat dimana dia fokus untuk hampiri.
Dia mengambil sebuah buku kecil di tangannya dan membuat beberapa catatan setiap kali dia pergi ke suatu tempat, sehingga setelah pulang nanti dia dapat menghitung kualitas bisnis di tempat-tempat tersebut dengan banyak orangnya yang lalu lalang disana.
Setelah itu agak malamnya, Howard Lin kembali ke rumah setelah membeli beberapa bahan di pasar sayur terdekat, dia berpikir Eveline Fang sudah sangat baik padanya dan dia sepertinya juga harus berterima kasih membalas kebaikannya.
Di malam itu, dia memasak beberapa hidangan enak untuk menunjukan rasa berterima kasihnya pada Eveline Fang.
Tetapi ketika makanan sudah siap, sampai pukul 7 pun Eveline Fang masih tidak pulang.
Howard Lin mengambil hpnya untuk melihat jam, sedikit kejengkelan muncul di matanya.
Wanita ini biasanya pulang sebelum jam 6, dan sekarang hampir jam setengah 8, dia harusnya tidak apa-apa kan?
Melihat makanan yang sudah dingin, Howard Lin tidak bisa menahan diri untuk mengambil hpnya dan menelepon Eveline Fang.
Novel Terkait
Cinta Tak Biasa
SusantiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMy Enchanting Guy
Bryan WuVillain's Giving Up
Axe AshciellyI'm Rich Man
HartantoMy Superhero
JessiTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelRahasia Istriku
MahardikaMy Lady Boss×
- Bab 1 Bos Wanita
- Bab 2 Tersesat
- Bab 3 Berani Sekali
- Bab 4 Kamu Laki-Laki Atau Bukan
- Bab 5 Tugasnya Gagal
- Bab 6 Pinjam Uang
- Bab 7 Benci
- Bab 8 Hubungan Intim!
- Bab 9 Dia Telah Melakukan Sesuatu Yang Buruk
- Bab 10 Membalas Budi
- Bab 11 Melarikan Diri
- Bab 12 Lebih Baik Untuk Bersikap Lembut
- Bab 3 Berdamai?
- Bab 14 Diadu Lagi
- Bab 15 Memberi Bantuan
- Bab 16 Bekerja
- Bab 17 Kuli
- Bab 18 Saling Membantu
- Bab 19 Gadis Yang Ceroboh
- Bab 20 Hiperaktif
- Bab 21 Berhenti
- Bab 22 Memasak
- Bab 23 Kamu Dalam Mara-Bahaya
- Bab 24 Tubuhmu Tidak Sanggup
- Bab 25 Pertemuan Tak Terduga
- Bab 26 Menghiburnya
- Bab 27 Kita Hanya Bertemu Dan Tidak Saling Mengenal
- Bab 28 Perjamuan
- Bab 29 Penjelasan
- Bab 30 Ada Pekerjaan
- Bab 31 Tidak Tahan Lagi
- Bab 32 Kehidupan Yang Kuinginkan
- Bab 33 Meminjam Uang
- Bab 34 Resep Rahasia
- Bab 35 Tidak Tahu Malu
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Tidak Bertenaga
- Bab 38 Bisnisnya Bagus
- Bab 39 Manajemen Kota
- Bab 40 Gerobak Kios