My Lady Boss - Bab 29 Penjelasan
Mulai sedikit meremas, merasakan kulit elastis wanita itu, Howard Lin mengikuti dorongan hatinya.
Tepat ketika iblis di hatinya hendak keluar, Eveline Fang tiba-tiba duduk dan muntah lagi, dan muntahnya langsung mengenai tubuh Howard Lin.
Menghadapi gangguan ini, Howard Lin sepertinya sudah cukup sadar.Dia dengan cepat mengambil tempat sampah dan meletakannya di bawah mulut Eveline Fang sambil menarik tisu di atas meja untuk menyeka kotoran muntah di tubuhnya.
Melihat Eveline Fang yang kembali berbaring di sofa setelah muntah, Howard Lin melihat muntahan di pakaiannya membuatnya tak bisa menahan senyum masam.
Setelah pergi mengganti pakaiannya, dia juga membersihkan tubuhnya sedikit, setelah itu kembali membantu Eveline Fang membersihkan bekas muntahnya.
Tapi Howard Lin kali ini tidak memiliki banyak pikiran jahat.
Baginya, Eveline Fang sudah dalam keadaan tidak nyaman karena mabuk, dan dia bagaimana bisa masih memanfaatkan keadaannya?
Ini sungguh tidak baik!
Selain itu, Eveline Fang mau tinggal bersamanya karena percaya padanya, bukankah tidak seharusnya dia mengecewakannya?
Howard Lin tentu masih ingin melakukan hal itu, tetapi menurutnya itu harus dilakukan secara terang-terangan saat wanita itu sadar.
Dia tidak ingin saat melakukannya, Eveline Fang akan kembali memuntahinya lagi.
Pengalaman yang tadi itu sudah cukup menjijikan.
Setelah membersihkan bekas muntah di tubuh Eveline Fang dan memberinya minum air, saat melihat nafas wanita itu tenang, Howard Lin menghela nafas lega.
Merasa hari sudah larut, dia menggendong Eveline Fang dan membawanya masuk ke kamar wanita itu.
Dia tidak mungkin membiarkannya tidur di sofa kan?
Menempatkan Eveline Fang di tempat tidur, dan melihat wanita ini mengenakan jeans yang ketat, Howard Lin ingin membantunya melepaskannya.
Tapi melepaskan celana wanita seperti ini sepertinya bukan ide yang baik. Setelah memikirkannya, dia menarik selimut untuk menutupi kaki Eveline Fang, dan kemudian dari bawah meraih celananya dan menariknya ke bawah.
Butuh waktu cukup lama untuk Howard Lin membantu melepas celana Eveline Fang, dan butuh kesabaran ekstra untuk membuat tangannya tidak berhenti mengelus paha wanita itu.
Setelah kembali menyelimuti Eveline Fang. Ketika dia mengangkat kepala melihatnya, Howard Lin menemukan kalau Eveline Fang (tidak tahu sejak kapan) sudah membuka matanya, tetapi matanya terlihat berkabut.
“Yah, aku melepasnya karena aku takut kamu tidak nyaman. Jangan khawatir! Aku tidak melihat apa-apa! Kamu istirahat lah! Kalau butuh sesuatu panggil aku”
Howard Lin dengan canggung menjelaskan. Dia baru saja membantunya melepas celananya dan wanita itu tiba-tiba bangun, ya agak sulit untuk menjelaskan itu. Dia ingin menyembunyikan rasa malunya dengan pergi, tapi tiba-tiba tangannya di tahan.”
“Jangan pergi...”
Eveline Fang memandang Howard Lin, dengan sedikit kelemahan dan ketidakberdayaan di matanya.
Kedua kata ini membuat Howard Lin berhenti. Dia menoleh dan menatap Eveline Fang sambil tersenyum dan berkata: “Baiklah, aku tidak akan pergi, istirahatlah!”
Eveline Fang sepertinya setelah mendengar kata-kata yang membuatnya nyaman tersenyum dan segera menutup matanya, tak lama deru nafasnya terdengar teratur.
Howard Lin meraih tangan Eveline Fang dan duduk di samping tempat tidur dengan ekspresi yang rumit.
Kata-kata Eveline Fang barusan, sorot matanya barusan, itu pertama kalinya Howard Lin merasa kalau wanita ini membutuhkan dukungan dan tompangan.
Tetapi Howard Lin tahu betul kalau bukan dia yang pantas menjadi tompangannya.
Teringat waktu terakhir kali wanita ini bergadang untuk bekerja, melihatnya mabuk berat dan keadaan seperti ini hanya untuk ikut perjamuan bisnis.
Howard Lin berpikir, atau Eveline Fang sengaja menggunakan perawakan dan sikap yang kuat dan mendominasi hanya untuk menyamarkan sisi lemahnya.
Tapi setelah mabuk, otaknya lepas kendali, dan dia tidak sengaja mengekspos sisi lemahnya pada Howard Lin.
Howard Lin menghela nafas, kalau dia mampu, dia benar-benar ingin menjadi penopang wanita ini.
Dikhianati oleh Inka, diancam oleh Nico Deng, dan ketika dia putus asa, Eveline Fang datang menolongnya.
Meskipun Howard Lin terkadang sering cekcok dengan Eveline Fang, tapi dalam hatinya dia sangat mengingat kebaikan wanita ini padanya.
Melihat Eveline Fang tertidur dengan damai, Howard Lin dengan lembut meletakkan tangannya di atas perutnya dan dengan hati-hati meninggalkan ruangan kamarnya.
Kata-kata Eveline Fang tadi terus terngiang-ngiang di telinga Howard Lin.
Dia takut kalau dia tidak berhati-hati, dia akan mencurahkan terlalu banyak kasih sayang pada wanita ini dan sampai masanya tidak bisa melepaskan dirinya.
Howard Lin bahkan tidak tahu apakah 2 kata yang diucapkan Eveline Fang barusan adalah pikirannya ketika dia sadar atau pikiran yang tidak sengaja terungkapkan setelah mabuk.
Awalnya dia ingin merokok untuk menghilangkan rasa melankolisnya, tapi ketika dia berpikir kalau Eveline Fang tidak mengizinkannya merokok di rumahnya, Howard Lin akhirnya hanya bisa memadamkannya kembali.
Keesokan harinya, Eveline Fang bangun dengan kepala yang sakit, dia melihat kalau dia sedang berbaring di tempat tidur dan matanya sedikit bingung, seolah mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam.
Tiba-tiba dia mengangkat selimut dan melihat hanya bagian bawah celana dalamnya yang tersisa, dan wajahnya tiba-tiba menjadi pucat.
Setelah beberapa saat, Eveline Fang mengenakan pakaian dan berjalan keluar ruangan dengan tatapan dingin, dan kebetulan melihat Howard Lin memegang semangkok bubur di atas meja makan.
“Kamu sudah bangun? Bagaimana perasaannya? Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, makan lah selagi hangat?” Howard Lin mengatakan itu sambil tersenyum.
“Howard, kamu semalam berbuat apa padaku?” Tanya Eveline Fang begitu dingin.
“Segala yang terjadi tadi malam kamu tidak ingat lagi?” Howard Lin bertanya dan sedikit terkejut.
“Apakah aku harus mengingatnya? Dasar kamu pengecut, memanfaatkan keadaan! Kamu bisa-bisanya mengeksekusiku di saat aku mabuk!” Eveline Fang terlihat begitu kesal.
“Stop, stop! Meskipun kebaikanku kamu anggap buruk dan membuatku merasa tidak nyaman, tapi kupikir aku harus menjelaskannya padamu!”
Howard Lin mengerucutkan bibirnya, dia tahu kalau Eveline Fang akan bangun dengan kata-kata buruk seperti itu. Ya, dia kemarin malam seharusnya lebih banyak memanfaatkan wanita itu, dia tidak harus memiliki begitu banyak pikiran emosional padanya.
“Baik! Aku akan mendengar penjelasanmu!”
Eveline Fang duduk di sofa dengan melipat tangannya, melihat apa yang bisa di katakan Howard Lin.
“Kamu tadi malam mabuk! Baunya alkohol di sekujur tubuh, dan kamu muntah di sekujur tubuhku, jadi aku melepaskan mantelmu dan menyeka tubuhmu, percayalah aku hanya menyeka bahu, lengan, dan wajahmu! Lihat pakaian kamu muntahkan itu masih aku jemur!” Howard Lin menunjuk ke tepi jendela.
Benar saja, disana ada mantel Eveline Fang dan kemeja laki-laki.
“Jadi...Jadi kenapa, kenapa aku bisa melakukan itu?”
Jejak rasa bersalah melintas di mata Eveline Fang, tetapi untuk sesaat dia masih menatap Howard Lin dengan dingin dan bertanya.
“Apa maksudmu? Oh...Aku ingat, aku lihat kamu terus menendang kakimu, dan mungkin kamu tidak nyaman memakai celana, jadi aku membantumu melepasnya!” Howard Lin memiringkan kepalanya sebentar dan berkata.
“Kamu! Kamu bisa-bisa melepas celanaku seperti itu!” Eveline Fang menjadi pucat karena marah.
“Stop! Dengarkan aku! Aku memang melepas celanamu, tapi aku tidak melihat apa-apa! Aku melepasnya dengan selimut yang menutupimu! Dan aku hanya melepas celanamu! Jadi jangan khawatir! Aku tidak memanfaat keadaan untuk melakukan apapun! Selain itu, bukannya kamu percaya kalau aku tidak memiliki keberanian untuk? Kalau aku benar-benar melakukan sesuatu, memangnya aku akan masih berani tinggal di sini?”
Howard Lin menjelaskan, sekaligus berpikir dalam hati kalau menyentuh dadanya itu hanya sekalian membersihkan tubuhnya bukannya sengaja mencari keuntungan!
Novel Terkait
Cinta Dan Rahasia
JesslynWonderful Son-in-Law
EdrickGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangCinta Tapi Diam-Diam
RossieInnocent Kid
FellaLoving The Pain
AmardaMy Greget Husband
Dio ZhengMy Lady Boss×
- Bab 1 Bos Wanita
- Bab 2 Tersesat
- Bab 3 Berani Sekali
- Bab 4 Kamu Laki-Laki Atau Bukan
- Bab 5 Tugasnya Gagal
- Bab 6 Pinjam Uang
- Bab 7 Benci
- Bab 8 Hubungan Intim!
- Bab 9 Dia Telah Melakukan Sesuatu Yang Buruk
- Bab 10 Membalas Budi
- Bab 11 Melarikan Diri
- Bab 12 Lebih Baik Untuk Bersikap Lembut
- Bab 3 Berdamai?
- Bab 14 Diadu Lagi
- Bab 15 Memberi Bantuan
- Bab 16 Bekerja
- Bab 17 Kuli
- Bab 18 Saling Membantu
- Bab 19 Gadis Yang Ceroboh
- Bab 20 Hiperaktif
- Bab 21 Berhenti
- Bab 22 Memasak
- Bab 23 Kamu Dalam Mara-Bahaya
- Bab 24 Tubuhmu Tidak Sanggup
- Bab 25 Pertemuan Tak Terduga
- Bab 26 Menghiburnya
- Bab 27 Kita Hanya Bertemu Dan Tidak Saling Mengenal
- Bab 28 Perjamuan
- Bab 29 Penjelasan
- Bab 30 Ada Pekerjaan
- Bab 31 Tidak Tahan Lagi
- Bab 32 Kehidupan Yang Kuinginkan
- Bab 33 Meminjam Uang
- Bab 34 Resep Rahasia
- Bab 35 Tidak Tahu Malu
- Bab 36 Tidak Tahu Malu
- Bab 37 Tidak Bertenaga
- Bab 38 Bisnisnya Bagus
- Bab 39 Manajemen Kota
- Bab 40 Gerobak Kios