Half a Heart - Bab 8 Tanggal Pernikahan
Edward melihat ke arah istrinya, dan beradu pandang dengan tindakan emosional Grizelle yang pergi begitu saja. Namun, untuk menutupi kekacauan itu, Edward masih tetap bertahan untuk menemani keluarga Syahreza berbincang. Jessica pun pamit sebentar, dan menemui Grizelle di kamarnya.
Jessica tampak kesal, dan juga malu kepada keluarga Syahreza, rasanya ingin marah saja kepada anak tirinya itu. Ia berusaha tenang, sebagai ibu sambung Jessica tak ingin menunjukan kemarahannya karena khawatir akan ada stigma negatif. Teddy yang juga melihat kakaknya itu berlari merasa tidak senang. Namun berbeda dengan kedua orang tuanya, Teddy tidak senang karena sudah pasti Grizelle merasakan sedih.
Jessica membuka pintu kamar Grizelle, ia melihat anak gadis suaminya sedang berbaring di kasur. Ia mendekat, dan melihat Grizelle sedang memeluk foto Mamanya yang sudah tiada, hati Jessica sedikit tersentuh, tetapi juga kesal. Anak ini masih memikirkan Mamanya setelah sekian lama tinggal bersama dirinya.
“Grizelle sayang,” panggil Jessica dengan lembut.
Grizelle masih memejamkan matanya, dan berusaha terlihat tidur, ia tak ingin berbicara dengan Daddy atau Mommynya. Namun, Jessica masih terus saja memanggil Grizelle, dan duduk di samping tempat tidur. Saat ini, Jessica tampak sangat berusaha menjadi ibu yang baik untuk anak tirinya itu.
“Mommy mau bicara sedikit saja. Tidak ada yang menyalahkan tindakanmu,” ujar Jessica.
Grizelle membuka matanya, ia melirik ke arah Mommynya, dan bangkit dari pembaringan. Matanya sembab karena menangis, dan wajahnya juga tampak sangat sedih. Grizelle benar-benar tak bisa menyembunyikan bagaimana sedihnya dia.
Jessica mengelus rambut anak tirinya itu, ia merasa iba melihat kondisi Grizelle, dan mencoba menenangkan. Ia tahu jika Grizelle kurang menyukai dirinya, tetapi ia juga tidak mau jahat dengan membiarkannya begitu saja. Sebagai ibu tiri, ia juga bisa merasakan bahwa Grizelle sebagai anak sudah cukup menurut.
“Aku tidak pa-pa, Mom. Mommy bisa menemani Daddy saja,” ujar Grizelle.
“Istirahat saja. Bibi akan mengantarkan susu hangat nanti,” lanjut Jessica.
Jessica pun keluar dari kamar Grizelle, dan melihat Teddy mencoba mengintip ke dalam. Jessica tahu Teddy mengkhawatirkan kakaknya, tetapi ia meminta anak lelakinya itu untuk tidak ikut campur, dan menjauhi situasi seperti ini. Akhirnya, Teddy pun ikut pergi bersama Mommynya menemani Daddy.
*
Edward yang masih berbincang dengan Syahreza mulai membahas mengenai pernikahan. Namun, Syahreza menyinggung tentang keyakinan mereka yang berbeda, dan berkata jika di agama mereka pernikahan dijalankan dengan keyakinan yang sama. Edward tersentak, dan berusaha meyakinkan jika itu bukan masalah bagi Grizelle.
“Soal keyakinan?” ujar Edward.
“Apakah Grizelle menerima?” tanya Syahreza.
“Sudah pasti. Ini Sudah kami bahas sebelumnya, Grizelle setuju untuk pindah, dan menikah,” jawab Edward.
“Tapi …”
“Tidak usah khawatir, namanya gadis muda pasti ia masih malu-malu,” ujar Edward memotong pembicaraan Syahreza.
Syahreza seperti sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa, semua hal kekhawatirnya dijawab mudah oleh Edward. Sekali tiga uang, istri Edward juga membenarkan apa yang suaminya katakan, sehingga membuat Syahreza dengan terpaksa yakin. Syahreza pun mengangguk kepada istrinya yang juga gundah tentang sikap emosional Grizelle. Edward sendiri bukanlah seorang yang religius. Dunia adalah segalanya bagi Edward. Kekuasaan dan kekayaan.
Edward kembali membicarakan pernikahan Adrian, dan Grizelle. Ia juga membahas kapan baiknya tanggal untuk melangsungkan niat baik ini. Edward ingin semuanya dilakukan lebih cepat, karena itu akan lebih baik.
Sayhreza melihat ke arah Aliando, dan Adrian, seperti meminta saran, dan ingin mengajak berdiskusi bersama, namuan tampaknya Adrian sangat menghindari percakapan. Syahreza pun megikuti kapan Edward ingin melaksanakannya. Namun, ia ingin Edward memastikan jika anaknya akan baik-baik saja.
“Ya memang lebih cepat lebih baik, namun kami ingin Grizelle juga setuju dengan keputusan yang kita ambil,” ujar Syahreza.
“Tenang saya, aku paham betul anakku bagaimana,” jawab Edward.
Dengan menarik nafas dalam, Sayhreza pun tersenyum, dan menganggukan kepalanya. Edward pun kembali membahas hal lain tentang pernikahan kedua anak mereka. Syahreza pun hanya melayani dengan respon seadanya saja.
*
Adrian sebagai orang yang akan dinikahkan, merasa tak berguna, dan tidak dihargai. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh Grizelle ketika ia pergi dengan emosional tadi. Adrian menyadari tindakan Grizelle itu bukan tanpa alasan, dan dia memakluminya, namun Edward seperti tidak memikirkan perasaan putrinya itu.
Adrian pun terus menatap Edward dengan sangat kesal, bukan karena sikapnya kepada Grizelle saja, tetapi juga semua omongannya yang seolah-olah mengendalikan semua. Bahkan ia tidak meminta persetujuan anaknya terlebih dulu untuk pernikahan ini. Jangankan Grizelle, Adrian yang berada dalam pertemuan itu juga seperti tidak dimintai persetujuan.
“Adrian pasti akan terlihat gagah nanti,” ujar Edward akhirnya, membukan pembicaraan dengan Adrian.
“Sekarang juga sudah gagah, Dad,” ujar Jessica mencairkan suasana. Semua pun tertawa mendengar ucapan Jessica itu, kecuali Adrian dan Teddy. Teddy lebih banyak mengamati semua orang.
“Ada EO bagus yang menangani pernikahan Aliando sebelumnya,” ujar Istri Syahreza.
Perbincangan ini memang sudah semakin jauh, mereka hanyut dalam urusan yang mereka ciptakan dan menyeret anak-anak mereka. Jadi sepertinya anak-anak tidak diperkenankan untuk mengemukakan pendapat mereka ke dalam urusan ini.
Adrian tahu, hutang budi Ayahnya Syahreza kepada Edward, karena masalah tudingan penggelapan pajak. Dia juga baru saja putus dengan pacarnya, karena sang pacar ketahuan memiliki lelaki lain. Mereka sudah menikah sekarang.
Sementara itu, Adrian yang duduk mengarah ke ruangan dalam rumah melihat pekerja rumah membawakan susu ke kamar di mana Grizelle masuk tadi. Ia berpikir mungkin gadis itu tidak enak badan, atau jiwanya terguncang. Tapi ia tak mau terlalu mempedulikan, Adrian tak ingin terlihat memperhatikan gadis yang akan menjadi istrinya itu.
Adrian cukup iri dengan Grizelle yang bisa menghindari pertemuan ini, dan tidak mendengarkan celotehan pada orang tua mereka. Ia juga ingin pergi begitu saja, dan tidak kembali, kalau bisa menghilang saja. Tapi itu sudah pasti tidak mungkin terjadi, untungnya ia di sini adalah bisa mengetahui bagaimana mertuanya itu sebenarnya.
Adrian dan keluarga Syahreza bisa memahami maksud perjodohan ini bagi Edward. Edward ingin menjaga loyalitas perusahaan Syahreza pada law firmnya, dengan ikatan keluarga. Tidak cukup mendapat fee yang sangat besar karena memenangkan kasus pajak yang lalu, Edward ingin menjaga pundi-pundi keuangannya dengan pernikahan Grizelle.
Dalam pandangan Edward, sekarang mungkin Grizelle menolak, tetapi nanti dia akan berterima kasih kepada Daddynya. Meskipun Grizelle cantik, tetapi kepolosannya akan membuat dia susah mendapat jodoh orang kaya. Ini adalah solusi terbaik bagi Edward dan Grizelle.
Adrian juga tidak bisa memprotes begitu saja tentang semua rencana pernikahan ini, dan tetap menerimanya. Di sisi lain ini adalah sebuah bukti jika Adrian ingin berbakti kepada kedua orang tuanya dengan menuruti keinginan mereka. Nasibnya memang jauh berbeda sekali dengan kakaknya Aliando.
Aliando sudah menikah dengan wanita yang cantik, dan serasi dengannya. Sedangkan Adrian kali ini harus puas dengan gadis berwajah dingin itu, bahkan tak manis sama sekali. Ia merasa takdir memang terkadang tidak adil sama sekali.
*
Setelah perbincangan yang cukup panjang, akhirnya semua telah ditetapkan, dan akan dimulai untuk persiapan pernikahan Adrian dan Grizelle. Adrian harus puas dengan ketetapan yang orang tuanya putuskan bersama Edward. Ia pun pulang dengan rasa kecewa yang mendalam karena semuanya tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan sama sekali.
Adrian masih memikirkan untuk membatalkan pernikahan ini, mungkin dengan ia kabur dari rumah, dan pergi ke Australia. Australia menjadi satu-satunya Negara yang Adrian pikirkan karena ia pernah sekolah di sana, dan teman-temannya pasti akan membantunya.
“Menikah juga kamu?” ujar Aliando.
“Terus, kenapa?” jawab Adrian
“Sudahlah, jangan bad mood begitu,” lanjut Aliando.
“Sudah tidak usah bahas pernikahan lagi. Memangnya belum cukup pembahasannya tadi?” Adrian baru bisa mengekspresikan kekesalan setelah tidak berada di rumah Edward.
Adrian benar-benar tak bisa menahan diri lagi, ia pun mengalihkan dirinya dengan fokus dengan Hp-nya saja. Ia benar-benar tak ingin ada pembahasan tentang pernikahan lagi. Syahreza juga tidak bisa berkata-kata melihat sikap anak bungsunya itu karena ia tahu ini tidak diinginkan anaknya.
Sama sekali tak ada bayangan bagi Adrian dalam persiapan pernikahan ini. Ia juga tidak ada pemikiran bagaimana cara menjadi suami yang baik, bahkan untuk gadis yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya.
***
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyAfter The End
Selena BeeTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniHarmless Lie
BaigeKing Of Red Sea
Hideo TakashiThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlMy Goddes
Riski saputroHalf a Heart×
- Bab 1 Kesedihan Si Gadis Kecil
- Bab 2 Pemakaman
- Bab 3 Ibu Sambung
- Bab 4 Kelahiran Adik
- Bab 5 Pulang
- Bab 6 Perjodohan
- Bab 7 Harapan yang Salah
- Bab 8 Tanggal Pernikahan
- Bab 9 Kisah Cinta Adrian
- Bab 10 Gaun Pernikahan
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Kehidupan Setelah Menikah
- Bab 13 Teman Baru
- Bab 14 Rumah Tangga
- Bab 15 Kekhawatiran
- Bab 16 Menjemput Grizelle
- Bab 17 Dua Sisi Berbeda
- Bab 18 Menyempurnakan Pernikahan
- Bab 19 Setelah Tadi Malam
- Bab 20 Di Balik Sikap Dingin Grizelle
- Bab 21 Kabar Buruk
- Bab 22 Kumpul Keluarga
- Bab 23 Kedatangan Grizelle di Kantor
- Bab 24 Rasa Bersalah Adrian