Half a Heart - Bab 4 Kelahiran Adik

Dengan resminya Tante Jess menjadi ibu baru bagi Grizelle membuatnya menjadi asing di rumah sendiri. Tak banyak hal yang bisa dilakukan kecuali berdiam diri di kamar dengan mengerjakan hal-hal yang ia sukai. Sebentar lagi ia akan memasuki sekolah menengah atas, dan ia bertekad ingin kuliah di luar negeri setelah itu.

Beberapa bulan setelah Jessica menjadi istri Edward, ia pun dinyatakan telah mengandung. Edward sangat senang karena ia akan mendapatkan momongan lagi, dan harapannya sangat besar untuk mendapatkan anak lelaki. Harapan itu pun diungkapkan kepada Jessica, dan Jessica pun berharap hal yang sama agar semakin dicintai oleh Edward.

Mendengar kabar kehamilan Jessica, Grizelle tidak banyak ingin tahu. Ia hanya ingin bersikap baik saja ketika sudah memiliki adik nantinya. Daddynya tampak bahagia, dan membanggakan kehamilan Mommynya.

“Senang tidak kamu akan mendapatkan Adik, Zelle? Dia pasti akan sangat manis sekali. Kamu harus bersikap baik ya,” ujar Edward saat makan malam bersama.

“Jangan begitu, Daddy, Grizelle pasti akan menjadi kakak yang baik, bukan begitu, sayang?” lanjut Jessica melihat ke arah Grizelle.

“Grizelle pasti bisa mengasuh Adik dengan baik nanti,” ujar Edward.

“Sudah pasti, nanti main bersama dengan Adik.”

Jessica seperti menarik perhatian Grizelle, dan ingin menjadi ibu yang baik. Grizelle hanya tersenyum saja kepada kedua orang tuanya. Ia bahkan tidak tahu harus bagaimana ketika memiliki adik nanti.

Setelah makan malam, Grizelle kembali ke kamarnya. Ia ingin membaca buku sambil mendengarkan lagu. Cerita tentang seorang wanita berprofesi sebagai penegak hukum membuatnya termotivasi akan menjadi seorang pengacara.

Grizelle pun terpikirkan untuk kuliah di universitas bagus, walaupun itu harus di luar kota. Ia bercita-cita untuk mengalahkan Daddynya dalam bidang hukum. Oleh sebab itu, Grizelle berusaha dengan keras belajar, dan ingin mengambil program akselerasi di SMA agar dapat lulus dengan cepat.

*

Suasana mulai tegang, Edward terus mondar-mandir karena terjadi sesuatu dengan Jessica. Istrinya itu jatuh pada kondisinya yang sedang hamil tua, dengan secepat mungkin Jessica dilarikan ke rumah sakit, dan masuk ke IGD. Dokter pun memberitahu jika Jessica harus segera dioperasi.

Edward berharap-harap cemas dengan kelahiran anak keduanya itu. Bagaimana tidak, ia tidak dapat ikut masuk ke ruang operasi seperti waktu Grizelle lahir dulu. Jika sudah seperti itu pastilah ada sesuatu hal serius pada istrinya.

Tak lama, dokter pun keluar dari ruang operasi, ia menemui Edward yang sedang berharap-harap cemas. Edward menghampiri dokter dengan wajah paniknya, ia ingin mengetahui keadaan istri, dan juga anaknya. Ketika mendengar pernyataan dokter, Edward pun mengeluarkan air mata, dan memegang dadanya.

“Selamat Pak Edward anak bapak sudah lahir, ganteng, dan sehat. Istri bapak juga sehat, dan sedang dalam pemulihan,” ujar dokter.

“Terima kasih, dok, terima kasih,” lanjut Edward.

Edward sangat bersyukur dengan apa yang telah dilewati, ia pun tidak sabar untuk menemui anak lelaki pertamanya. Edward juga ingin berterima kasih kepada istrinya, karena sudah begitu banyak berjuang sejauh ini. Ia pun menyiapkan ruang perawatan dengan bunga, dan juga hadiah untuk Jessica.

Edward menelepon pekerja rumah untuk menyiapkan tas rumah sakit yang sudah disiapkan Jessica sebelumnya. Memang diperkirakan Jessica akan lahiran secara cesar dalam minggu ini, sehingga semua kebutuhan sudah disiapkan. Edward meminta supir mengantarkan semuanya, dan memberitahu Grizelle untuk ikut jika dia mau.

Sudah dipastikan Grizelle tidak ingin ikut, dan juga tidak merasa tertarik dengan kelahiran adiknya. Bukan tanpa alasan, dari awal mengetahui akan memiliki adik pun Grizelle sudah tidak tertarik. Namun, pekerja rumah tetap menanyai Grizelle apakah ingin ikut ke rumah sakit untuk menemui adiknya?

“Non Grizelle.” Pekerja rumah mengetuk pintu kamar, dan memanggil.

Grizelle pun keluar, “Ada apa, Bi?” tanya Grizelle.

“Bapak bertanya, apakah Nona ingin ikut ke rumah sakit? Adik Nona sudah lahir,” ujar pekerja rumah.

“Tidak, Bi, saya sedang belajar,” jawab Grizelle.

Pekerja rumah pun meninggalkan Grizelle, dan pergi menemui supir dengan membawakan tas rumah sakit Jessica. Jawaban Grizelle juga disampaikan, dan mereka pun sedikit melakukan perbincangan antar pekerja rumah tentang sikap anak perempuan Edward itu.

*

Theodore Edward resmi menjadi anak kebanggaan Edward, tentu saja begitu karena ia sangat ingin memiliki anak lelaki, namun tidak bisa dipenuhi oleh mama Grizelle dulu. Grizelle pun resmi diacuhkan, dan terdepak dari rumahnya sendiri. Bahkan ketika Edward, dan Jessica pulang Grizelle tidak mengetahuinya, dan tidak dipanggil sama sekali.

Grizelle mengetahui kepulangan mereka dua jam setelahnya, itu pun karena rasa haus Grizelle yang membuatnya keluar dari kamar. Ketika melihat Grizelle, Edward pun memanggil untuk melihat adiknya. Sebagai formalitas, Grizelle menghampiri Edward, Jessica, dan adiknya.

“Lihat Grizelle ini adik kamu, ganteng sekali, bukan?” ujar Edward berbicara dengan terus melihat ke anak lelakinya.

Grizelle hanya tersenyum sambil melihat ke arah adik lelakinya itu. Ia merasa harus cepat-cepat keluar dari rumah ini. Sudah pasti selain ibunya, Theodore akan menguasai Daddynya, dan seisi rumah ini. Grizelle pun meneruskan niatnya mengambil air, dan kembali ke kamarnya.

Setelah hari di mana Theodore pulang ke rumah, Grizelle mencari informasi tentang program akselerasi untuk segera cepat lulus dari SMA, dan perkuliahan hukum terbaik. Rencana mengikuti program akselerasi disampaikan kepada Daddynya. Tak peduli apa pun yang akan dikatakan Daddy, ia tetap akan menjalankan niatnya itu.

Begitu kebetulan, Edward juga ingin membicarakan hal pendidikan kepada Grizelle. Ia ingin anak perempuannya itu kuliah di Belanda, dan pada universitas yang telah dipilihkan. Grizelle pun kaget dengan niat ayahnya itu, tetapi juga senang karena bisa keluar jauh dari rumah.

Setelah membicarakan semuanya dengan keluarga, Grizelle mendapatkan pertentangan tentang niatnya mengambil jurusan hukum, baik itu dari Edward maupun dari Jessica. Mereka merasa Grizelle tidak akan mampu, dan lebih baik mengambil jurusan yang banyak diambil oleh kebanyakan anak perempuan seperti financial, atau management. Tetapi, Grizelle tidak mau, ia tetap ingin mengambil S1 pada jurusan hukum.

Keputusan Grizelle pun diterima oleh keluarga, yang penting ia mau kuliah di luar negeri. Orang tuanya membuang ke tempat jauh yang membuat Grizelle seperti burung yang dipindahkan ke sangkar luar bagaikan cagar alam. Ia bisa terbang ke sana-kemari tanpa peduli siapa pun.

Setelah lulus dengan program akselerasi pun Grizelle segera berangkat ke Belanda karena ia di terima pada universitas yang sudah ia incar. Kebahagiaan seperti berpihak kepadanya kali ini, ia sangat senang bisa cepat hidup menyendiri seperti yang ia impikan selama ini. Grizelle juga sudah memikirkan ingin bekerja paruh waktu untuk menghasilkan uang sendiri.

*

Sesampainya di Belanda, Grizelle tidak mengharapkan memiliki teman yang banyak, ia hanya memfokuskan diri untuk mengejar impiannya. Masuk kuliah dengan mata pembelajaran rumit itu tidak masalah, ia yakin dengan kemampuannya dapat melewati segala macam pelajaran. Grizelle memang pantas untuk percaya diri, karena kecerdasannya juga sudah diakui banyak orang.

Enam bulan di Belanda Grizelle mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah café yang menjual minuman coklat khas Belanda yang disukainya dan bitter ballen kue bulat yang sangat digemari masyarakat Belanda. Seringnya Grizelle mengunjungi tempat itu membuatnya cepat mendapat informasi tentang café yang membutuhkan karyawan. Juga, ia mengenal salah seorang pegawai di sana.

Dengan kesibukannya bekerja tidak menghalangi proses belajarnya di kampus. Grizelle bisa mengikuti semua mata kuliah, dan mendapatkan nilai bagus. Ia juga banyak mengejar mata kuliah karena ingin cepat selesai.

Selama di Belanda, Grizelle benar-benar tidak pernah menelepon keluarganya. Sesekali Daddynya sempat menanyai kabar, namun itu hanyalah beberapa kali dan jarak waktunya lama sekali. Grizelle tidak peduli, ia menikmati hidup sendiri.

Sebagai seorang yang tertutup Grizelle memanfaatkan waktunya dengan baik. Hingga ia pun mampu menyelesaikan kuliah dengan waktu 3,5 tahun. Teman-teman yang masuk di tahun yang sama terkesan dengan Grizelle.

Grizelle pun membayangkan ketika pulang ke Indonesia, dan bekerja, ia dapat menjadi pengacara hebat, dan bisa menghadapi Daddynya di meja hijau sebagai lawan. Grizelle benar-benar tidak sabar menantikan hal itu.

***

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu