Half a Heart - Bab 16 Menjemput Grizelle
Dengan kecemasan yang berlebihan, Adrian akhirnya sampai di parkiran kampus. Ia melihat ke sekeliling, dan sudah sepi, tidak banyak orang yang berlalu-lalang. Situasi kampus yang seperti ini pun membuat Adrian semakin panik, kampus sudah sepi, tapi Grizelle masih tidak ada kabar sama sekali.
Lampu-lampu kampus yang menyinari jalan setapak menuju perpustakaan terlihat klasik dan cantik. Tetapi Adrian tidak menikmatinya. Waktu kuliah S1 di Australia dulu, Adrian pernah mempunyai pacar sesame orang Indonesia, dan malam-malam begini biasanya mereka masih asyik di kampus. Kali ini dia merasa suasana itu bukan romantis, tetapi sepi, dan dia sangat cemas.
Ia terus mencoba untuk menghubungi Grizelle namun tetap tidak ada respon. Tak lama, sampailah ia ke perpustakaan yang terlihat masih banyak orang di sana. Perpustakan kampus cukup luas, Adrian pun berkeliling untuk mencari istrinya, ia begitu khawatir sampai beberapa kali salah orang. Sampai akhirnya, ia benar-benar melihat istrinya sedang duduk dengan temannya, Lunara.
Adrian pun menghampiri istrinya, ia dengan pelan berdiri di samping Grizelle. Grizelle yang bingung berusaha untuk tidak menoleh karena berpikiran jika ini hanya orang iseng saja. Tetapi, Lunara yang sempat melihat foto Adrian menyadari jika orang yang berdiri di samping Grizelle adalah suami temannya.
Lunara berusaha memberikan kode, namun Grizelle tetap saja tidak mau menoleh. Akhirnya Adrian pun memegang bahu Grizelle yang membuat istrinya tersebut menoleh. Adrian lega sudah bertemu dengan istrinya, dan ternyata Grizelle baik-baik saja.
“Ayo, pulang,” ajak Adrian dengan nada datar. Ia melihat ke arah Lunara, tanpa senyuman, yang mana membuat teman Grizelle ini merasa tidak enak. Lunara takut jika Adrian berpikir dia yang mengajak istri Adrian untuk pulang malam, dan diam di perpustakaan.
Adrian sebenarnya tidak senyum karena ia masih merasakan kekhawatiran walaupun sudah menemukan Grizelle. Hp Grizelle yang mati membuat Adrian berpikiran yang tidak-tidak, dan sedari tadi hanya kampus yang sepi yang ia lalui. Hal ini lah yang mengakibatkan Adrian tampak tidak bersahabat.
Grizelle benar-benar terkejut melihat suaminya sudah berada di kampus, dan bisa menghampiri sampai ke perpustakaan. Grizelle pun saling bertatapan dengan Lunara, dan tidak enak kepada temannya itu. Namun, Lunara sebagai teman mengerti kondisi Grizelle, ia juga akan pulang setelah ini.
Grizelle melihat Hp-nya yang ternyata sudah mati, ia terlihat merasa bersalah. Akhirnya Grizelle pun mengemasi barang-barangnya untuk pulang bersama dengan Adrian, tanpa banyak bertanya lagi. Grizelle meminta maaf jika ia tidak mengabari karena takut mengganggu pekerjaan suaminya.
Grizelle juga mengatakan jika beberapa hari ini Adrian pulang cukup larut. Sehingga ia memutuskan untuk mengerjakan tugas dengan teman-temannya di perpustakaan, dan akan pulang sebelum Adrian pulang. Tetapi, ternyata Adrian pulang terlebih dahulu sebelum Grizelle pulang.
*
Grizelle berjalan di belakang Adrian, ia takut jika suaminya akan marah karena mendapati dirinya belum pulang ke rumah semalam ini. Kemudian, ia teringat jika tidak menyiapkan apa-apa di rumah karena biasanya ia berbelanja setelah pulang dari kampus. Grizelle yang takut juga tidak berani bertanya apa-apa kepada suaminya.
Mereka pun sampai ke parkiran, dan melihat jika kampus sudah benar-benar tidak ada orang. Adrian melihat sekelilingnya, dan gedung sudah tampak sangat gelap. Jika Grizelle benar-benar berada di gedung gelap itu tadi, pasti ada sesuatu terjadi padanya.
“Sudah sangat sepi,” ujar Adrian.
“Iya, sepertinya jalanan juga,” lanjut Grizelle tanpa melihat ke Adrian karena ia benar-benar takut Adrian akan berpikiran yang tidak-tidak tentangnya hari ini.
“Jika kamu pulang malam, bagaimana kamu di jalan nanti?” tanya Adrian dengan cemas, walaupun ia tidak memperlihatkannya kepada Grizelle dengan terang-terangan.
“Aku akan berhati-hati,” jawab Grizelle singkat tanpa mengkhawatirkan apapun.
Adrian seperti tidak bisa menerima jawaban itu karena benar-benar terlalu khawatir. Ia hanya bisa menarik nafas panjang melihat ke arah istrinya. Adrian sebenarnya berharap jawaban yang lebih dari itu, mungkin seperti “aku bisa menghubungimu” atau semacamnya.
Wanita mandiri ini memang tidak terduga dengan apa yang akan ia lakukan. Mereka pun bergegas pulang agar tidak terlalu lama lagi berada di luar. Cuaca semakin dingin, dan angin semakin bertiup kencang malam ini.
Adrian berniat untuk mengajak Grizelle makan malam di luar saja, karena saat ia pulang tidak melihat ada satu pun makanan di rumah yang bisa di olah. Tetapi masih ragu-ragu untuk mengatakannya kepada Grizelle yang sedang terdiam. Seperti biasa, mereka tak banyak bicara bahkan ketika sudah merasa khawatir satu sama lain.
Akhirnya, Adrian tidak jadi mengajak Grizelle pergi makan di luar karena melihat istrinya dengan wajah lelah terlelap. Jarak dari rumah dengan kampus cukup dekat tidak sampai 30 menit, namun karena benar-benar lelah, Grizelle tertidur pulas. Saat itu Adrian melihat Grizelle berusaha keras belajar, dan menjadi istri yang baik.
Sesampainya di parkiran apartemen, Adrian tidak langsung membangunkan Grizelle. Ia tak ingin mengganggu waktu nyaman istrinya. Mungkin akan dibiarkan beberapa menit lagi sembari Adrian memainkan Hp.
Tak lama, Grizelle pun bangun dari tidurnya, dan terkejut karena sudah sampai di apartemen. Grizelle langsung saja keluar dari mobil mengajak Adrian agar segera masuk. Semakin malam cuaca semakin tidak terkendali, jadi lebih baik mereka cepat masuk agar bisa menghangatkan diri.
*
Sesampainya di dalam apartemen, Grizelle bertanya kepada Adrian apakah ia sudah makan atau belum? Mengingat bahan makanan yang minim di rumah. Grizelle hanya ingin mengerjakan kewajibannya saja, sembari ia melakukan kegiatan lain di luar rumah. Terlebih lagi hari ini ia pulang cukup larut.
“Apakah kamu sudah makan?” tanya Grizelle.
“Belum,” jawab Adrian jujur.
“Baiklah, aku akan memasak,” ujar Grizelle.
Grizelle bergegas melihat isi kulkas mereka. Masih ada beberapa bahan makanan seperti telur, dan juga beberapa sayuran walaupun tidak banyak. Ia lalu memasak untuk suaminya, dan juga dia.
Adrian kembali melihat istrinya yang benar-benar berdedikasi untuknya. Mengurus, dan masih memikirkan dirinya walaupun terlihat tidak seperti itu. Adrian pun merasa kasihan, dan menyuruh Grizelle untuk mandi, dan istirahat sebentar.
“Nanti saja masaknya, kamu bisa mandi dulu, atau duduk sebentar,” ujar Adrian.
“Tidak apa-apa,” jawab Grizelle.
Adrian pun menghela nafas dalam, ia menghampiri Grizelle yang sedang memotong-motong bahan makanan, dan memegang tangan istirnya. “Aku masih bisa menahan, mandi dulu agar capekmu hilang.”
Grizelle pun menghentikan kegiatannya, dan menuruti apa yang dikatakan Adrian. Ia meletakan pisau, lalu menuju kamar mereka untuk mandi. Grizelle tak menyangka dengan semua tindakan Adrian hari ini, banyak hal yang tak terduga yang dilakukan Adrian.
Adrian yang melihat baham makanan di meja dapur, mencoba membantu dengan memotong sayuran. Walaupun ia tidak tahu memasak, namun dengan sudah disiapkannya bahan makanan yang sudah dipotong setidaknya membuat Grizelle lebih mudah. Setelah mandi, istrinya bisa langsung mengolah bahan makanan tersebut.
Dari dalam kamar Grizelle mendengar Adrian memotong-motong, ia juga mendengar Adrian bergumam menanyakan bagaimana cara memotong sayuran itu. Sesekali Grizelle tersenyum, dan tertawa kecil mendengar Adrian yang kesusahan. Ia seperti berlama-lama di kamar agar Adrian bisa menyelesaikan keinginannya membantu.
Namun, akhirnya Grizelle tak tega mendengar Adrian, mungkin saja sebenarnya suaminya sudah tidak kuat menahan lapar. Grizelle pun akhirnya bergegas menyelesaikan, mandi dan berpakaian agar bisa langsung memasak. Ia tak ingin membuat Adrian kelaparan lebih lama lagi karena dia menahan diri di kamar.
Grizelle pun keluar setelah menyelesaikan mandinya, ia melihat Adrian masih di dapur. “Kamu sedang apa?”
“Apakah kamu sudah selesai?” jawab Adrian.
“Sudah, biar aku saja yang meneruskan memasak. Kamu bisa menunggu, sambil menonton televisi saja.” Grizelle melihat potongan yang dibuat Adrian sangat berantakan, namun ia diam saja selagi bahan ini bisa digunakan. Lagipula, niat Adrian sudah baik ingin membantu.
Grizelle pun memulai untuk memasak, dan Adrian menunggu di ruang televisi sembari menonton. Ia tak ingin mengganggu Grizelle yang sedang fokus untuk memasak hidangan untuknya. Adrian melihat wajah lelah Grizelle di rumah, tak sama dengan wajahnya yang cerdas di kampus tadi.
***
Novel Terkait
Anak Sultan Super
Tristan XuPria Misteriusku
LylyAir Mata Cinta
Bella CiaoBeautiful Love
Stefen LeeThick Wallet
TessaBehind The Lie
Fiona LeeHalf a Heart×
- Bab 1 Kesedihan Si Gadis Kecil
- Bab 2 Pemakaman
- Bab 3 Ibu Sambung
- Bab 4 Kelahiran Adik
- Bab 5 Pulang
- Bab 6 Perjodohan
- Bab 7 Harapan yang Salah
- Bab 8 Tanggal Pernikahan
- Bab 9 Kisah Cinta Adrian
- Bab 10 Gaun Pernikahan
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Kehidupan Setelah Menikah
- Bab 13 Teman Baru
- Bab 14 Rumah Tangga
- Bab 15 Kekhawatiran
- Bab 16 Menjemput Grizelle
- Bab 17 Dua Sisi Berbeda
- Bab 18 Menyempurnakan Pernikahan
- Bab 19 Setelah Tadi Malam
- Bab 20 Di Balik Sikap Dingin Grizelle
- Bab 21 Kabar Buruk
- Bab 22 Kumpul Keluarga
- Bab 23 Kedatangan Grizelle di Kantor
- Bab 24 Rasa Bersalah Adrian