Half a Heart - Bab 21 Kabar Buruk
Adrian baru saja mendapat telepon yang sangat mengejutkan, wajahnya begitu panik, sampai-sampai Grizelle juga khawatir. Adrian tidak biasanya memasang wajah seperti ini setelah menerima telepon. Seperti apa pun kabar berita di kantor ia pasti akan terlihat tenang, walaupun tampak marah.
“Ada apa?” tanya Grizelle khawatir.
“Papa,” jawab Adrian lemah.
“Kenapa dengan Papa?” tanya Grizelle semakin khawatir.
“Papa jatuh sakit. Aku diminta pulang ke Indonesia,” ujar Adrian.
Jantung Grizelle berdebar begitu kencang, namun ia berusaha tenang agar Adrian tidak bertambah panik. Ia sangat trauma dengan kabar-kabar buruk seperti ini karena sebelumnya ia pernah menerima kabar serupa, lalu kehilangan seseorang yang ia sayang. Grizelle pun berkata jika sebaiknya Adrian pergi saja menemui ayahnya.
Tetapi ada pertimbangan lain yang Adrian pikirkan, sehingga berat untuk memutuskan akan pergi atau tetap tinggal. Beberapa pertimbangan itu adalah pekerjaan yang saat ini sedang dilakukan, dan juga Grizelle istrinya. Keduanya sangat penting sehingga tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Ada pekerjaan yang harus segera Adrian selesaikan di Melbourne, dan tidak bisa ditinggal begitu saja. Sedangkan Grizelle harus bolak-balik menemui dosennya untuk bimbingan agar bisa lancar mengerjakan tesisnya. Adrian mencoba membicarakan ini kepada Grizelle istrinya karena hanya dia satu-satunya keluarga.
Grizelle orang yang simple, ketika ada yang memintanya sebuah saran, maka ia akan mengembalikan pertanyaan kepada orang tersebut. Grizelle pun berkata jika ia tidak apa-apa ditinggal oleh Adrian di sini sendiri. Untuk bisnisnya, Grizelle akan coba memantau sebisanya, dan melaporkan kepada Adrian.
Tetapi Adrian masih saja merasa berat, ia pun mencoba mengulur waktu, dan namun berusaha untuk tetap menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Jika memang Grizelle tidak masalah ditinggal sendirian akan lebih mudah baginya. Namun, terkesan tidak bagus jika Grizelle tidak ikut dengannya untuk melihat keadaan Syahreza, ayahnya.
Namun akhirnya, Syahreza pun memanggil Adrian untuk pulang ke Indonesia. Adrian pun menuruti panggilan itu, dan pergi seorang diri. Lebih mudah untuknya jika memang Grizelle bersedia ditinggal sendirian di Melbourne.
*
Pertengahan tahun sudah tiba, tanda datangnya musim dingin di Melbourne. Grizelle suka cuaca dingin seperti ini karena lebih nyaman. Ia bisa mengenakan coat di kampus, dan memakai selimut ketika menonton televisi dengan menikmati secangkir teh panas.
Memang datangnya musim dingin di Melbourne berbeda dengan di Eropa karena posisi Australia yang berada di bawah Ekuator. Grizelle tak masalah dengan ini, datangnya musim dingin lebih awal, maka akan lebih bagus. Ia pun bisa bermalas-malasan di rumah dengan menyetok persediaan makanan yang ada, terutama cemilan.
Musim dingin di Melbourne lumayan hangat dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki cuaca dingin. Suhu di sini bisa mencapai 0-17 derajat celcius, dan kadang dinginnya bisa menusuk sampai tulang. Grizelle juga harus memperhatikan suaminya yang terkadang tidak peduli dengan cuaca seperti ini.
Grizelle harus sering menggantungkan coat yang baru untuk Adrian karena suaminya sering mengabaikan untuk mengganti coat yang baru. Walaupun sikapnya sedingin cuaca di luar, ia tetap mau menjadi istri yang baik bagi suaminya. Adrian sering melihat Grizelle tidak sengaja mengambil coat yang tergantung dengan mengganti yang baru.
“Kamu menggantinya?” tanya Adrian.
“Emm, iya,” jawab Grizelle.
“Mengapa? Itu baru semalam diganti, Bukan?” tanya Adrian lagi.
“Itu sudah agak basah. Kamu akan sakit jika tetap menggunakannya. Cuaca juga semakin dingin di luar bukan?” ujar Grizelle berlalu.
Adrian hanya bisa tersenyum diam-diam melihat Grizelle, ia merasa masih sangat diperhatikan, dan dihargai. Beginilah istrinya, Adrian sudah mulai terbiasa, dan memahami, walaupun kadang kala ia merasa Grizelle adalah orang yang egois.
Grizelle juga sudah mengetahui akan kepergian suaminya pulang ke Indonesia. Namun, ia sama sekali tidak ada minat untuk pulang dulu ke sana. Terlebih lagi jika ia harus mengunjungi keluarganya, ia masih merasa risih. Grizelle hanya berdoa agar mertuanya baik-baik saja, dan bisa kembali pulih.
Adrian pun tampak sudah mulai bersiap dengan menyelesaikan semua pekerjaan kantor. Ia juga menyampaikan pesan kepada beberapa staff, jika akan lama di Indonesia. Mereka juga bisa menghubungi rumah jika ada sesuatu yang diperlukan karena istrinya berada di rumah.
Adrian juga menunjukan kepada Grizelle di mana saja berkas-berkas kantor diletakkan. Semuanya untuk berjaga-jaga jika ada keperluan kantor yang diperlukan. Adrian sedikit menyayangkan Grizelle tidak mau ikut dengannya ke Indonesia, padahal ayahnya juga pasti akan senang jika menantunya juga mengunjunginya.
*
Grizelle duduk melihat Adrian yang sedang mengemasi barang-barangnya, dari raut Adrian ia seperti tidak tenang. Grizelle tidak ingin bertanya banyak ia hanya tetap melihat Adrian saja dengan semua barang-barang yang harus dibawa. Ia memastikan jika tidak ada barang yang ketinggalan.
Kali ini ia akan sendirian di rumah, sesuatu yang selalu ia inginkan. Tinggal sendiri tanpa ada orang lain, dan bisa santai tanpa ada kewajiban yang harus dipikul. Grizelle juga bisa sesekali minum teh bersama dengan temannya Lunara.
“Aku akan sendiri menonton televisi.” Grizelle tersenyum.
“Kamu butuh teman?” tanya Adrian.
“Karena selama terbiasa ada kamu, merasa akan sepi saja jika tidak ada,” jawab Grizelle.
Adrian tertawa, ia tak menyangka Grizelle sedikit terbiasa dengan kebiasaan yang sudah dibangun lama. Adrian pamit keluar sebentar untuk membeli sesuatu sebagai oleh-oleh, dan perlengkapan yang kurang. Grizelle menitip beberapa barang keperluannya yang sudah habis, termasuk cemilan favoritnya.
“Aku akan keluar sebentar,” ujar Adrian.
“Aku ingin menitip.” Grizelle menyela ucapan Adrian.
“Ini beneran menitip atau kamu ingin menyuruhku untuk membelikan?”
“Apa bedanya? Aku ingin menitip telur dan susu saja,” ujar Grizelle tersenyum.
Grizelle sedikit kesal dengan ucapan Adrian karena kejadian sebelumnya ia selalu menitip dalam jumlah yang banyak. Namun kali ini memang benar-benar menitip, jadi ia tersenyum karena Adrian bertingkah lucu. Sebenarnya Grizelle juga tidak sedingin itu.
*
Sepulangnya dari dari berbelanja, ada beberapa kantong yang ia bawa. Salah satunya adalah boneka lucu, berbentuk koala berwarna abu-abu. Grizelle melihat boneka itu, dan sangat menyukainya.
“Untuk kerabatmu? Atau pacarmu di Indonesia?” tanya Grizelle.
“Pacar? Jauh sekali pikirinmu,” ujar Adrian tertawa.
“Ya, bisa saja bukan.”
“Ini untukmu,” ujar Adrian.
“Untukku?” tanya Grizelle heran.
“Menemanimu menonton televisi saat aku tidak ada,” jawab Adrian.
Tingkah konyol yang membuat bahagia. Setidaknya Adrian masih mengingat teman satu tempat tinggalnya itu. Grizel tersenyum dan memeluk boneka tersebut. Dia teringat hanya ibu kandungnya-lah yang pernah memberinya boneka.
Adrian menaruh barang yang ia beli ke dalam kopernya. Ia juga merapikan beberapa barang titipan teman-temannya. Adrian kembali melihat ke arah Grizelle, dan menanyakan niatnya untuk ikut ke Indonesia.
“Apakah tidak ada niatmu untuk pulang?”
Grizelle menggelengkan kepalanya. “Aku masih perlu menyusun tesis agar cepat selesai.”
Dalam hati Adrian bingung kenapa Grizelle tidak rindu kepada keluarganya di Indonesia. Karena ketidaktahuan Adrian dia berfikir hal buruk terhadap Grizelle. Adrian menganggap Grizelle adalah perempuan egois berhati batu, yang tidak pernah peduli dengan orang lain, persis seperti Grizelle memperlakukan dirinya sebagai suami.
*
Tak terasa sudah mau dua bulan Adrian berada di Indonesia, dan sudah dua hampir dua bulan juga Grizelle sendirian di Melbourne. Syahreza yang sedikit khawatir meminta Grizelle untuk kembali ke Indonesia dengan berbagai alasan. Namun, Grizelle menunda jawabannya dan berpikir terlebih dahulu.
Namun, Syahreza tidak menyerah, ia meyakinkan Grizelle jika kuliahnya tidak akan berantakan. Jika memang Grizelle tidak betah di Indonesia, dan ingin kembali, Syahreza akan mempersilakannya. Tak akan paksaan atau larangan untuk Grizelle tetap tinggal di Indonesia jika memang tidak nyaman.
Akhirnya Grizelle tidak dapat menolak permintaan Ayah mertua dan mengambil cuti dari kuliahnya di Melbourne, dan pulang ke Indonesia mengikuti jejak suaminya. Namun, kepulangan Grizelle ini belum diketahui oleh Adrian sama sekali.
Setelah menyiapkan segala sesuatunya, dan mengurus keperluannya di kampus, Grizelle pun terbang ke Indonesia. Lunara yang cukup bergantung kepada Grizelle pun cukup sedih, ia memikirkan bagaimana nilainya nanti. Namuan, Grizelle berkata jika ia tetap akan membantu Lunara dari jauh.
Mereka akhirnya berkumpul di rumah Syahreza sebagai keluarga yang terlihat sempurna dan bahagia. Grizelle sendiri sebenarnya memang berbahagia, karena kakak Adrian, Aliando, ternyata juga kembali ke rumah orang tuanya.
***
Novel Terkait
Get Back To You
LexyKing Of Red Sea
Hideo TakashiMata Superman
BrickBaby, You are so cute
Callie WangRahasia Istriku
MahardikaEverything i know about love
Shinta CharityMarriage Journey
Hyon SongHalf a Heart×
- Bab 1 Kesedihan Si Gadis Kecil
- Bab 2 Pemakaman
- Bab 3 Ibu Sambung
- Bab 4 Kelahiran Adik
- Bab 5 Pulang
- Bab 6 Perjodohan
- Bab 7 Harapan yang Salah
- Bab 8 Tanggal Pernikahan
- Bab 9 Kisah Cinta Adrian
- Bab 10 Gaun Pernikahan
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Kehidupan Setelah Menikah
- Bab 13 Teman Baru
- Bab 14 Rumah Tangga
- Bab 15 Kekhawatiran
- Bab 16 Menjemput Grizelle
- Bab 17 Dua Sisi Berbeda
- Bab 18 Menyempurnakan Pernikahan
- Bab 19 Setelah Tadi Malam
- Bab 20 Di Balik Sikap Dingin Grizelle
- Bab 21 Kabar Buruk
- Bab 22 Kumpul Keluarga
- Bab 23 Kedatangan Grizelle di Kantor
- Bab 24 Rasa Bersalah Adrian