Half a Heart - Bab 12 Kehidupan Setelah Menikah

Setelah menggelar acara pernikahan yang cukup mewah, Adrian dan Grizelle sementara di rumah orang tuanya. Mereka menghabiskan waktu di Indonesia dua minggu ini, dan setelah itu akan pergi ke Australia. Bukan untuk bulan madu perjalanan itu dilakukan, namun mereka akan tinggal di sana untuk beberapa waktu.

Grizelle merasa bersyukur dia akan tinggal jauh dari keluarganya, dan juga keluarga suaminya. Ia tak perlu bersandiwara untuk menutupi perasaannya, dan juga sikap yang akan diberikan kepada Adrian. Jelas saja, gadis yang tak pernah mengenal cinta, dan tiba-tiba dinikahi, pastinya akan bingung untuk bersikap.

Tetapi ada sedikit pertanyaan yang timbul dibenak Grizelle, apakah tinggal di Australia adalah rencana Adrian untuk menghindari keluarganya? Jika ya, pikiran mereka mungkin sama. Ia tak ingin banyak berbicara, dan sikapnya kepada Adrian pun masih sama, dingin, dan diam. Grizelle tak ingin terlalu banyak mengetahui kehidupan suaminya.

Sedangkan Adrian tidak mau menjadikan Grizelle musuh, atau bersikap jahat kepada gadis yang dinikahinya itu. Tak adil juga rasanya jika Adrian bersikap tak baik, jadi ia memutuskan untuk menjadikan Grizelle teman, dan berusaha memperlakukan Grizelle sebagai sahabatnya. Adrian juga berpikiran jika Grizelle mungkin saja bisa diajak bertukar pikiran nantinya.

“Apakah barang-barangmu sudah disiapkan?” tanya Adrian.

“Dari rumah daddy?” jawab Grizelle.

“Ya,”

“Sudah,” ujar Grizelle datar.

“Kamu bisa mengambilnya. Minggu depan kita sudah berangkat,” ujar Adrian.

Grizelle hanya diam saja ketika Adrian menanyai barang-barangnya, ia merasa seperti orang lain yang tak dikenal, dan diperintah. Grizelle pun menelepon ke rumahnya untuk meminta pekerja rumah mempersiapkan barang-barang karena akan diambil. Ia berniat untuk pergi sendiri tanpa harus merepotkan Adrian.

Hubungan mereka memang masih harus dibangun karena belum kenal betul sebelumnya. Tetapi, baik dari Adrian maupun Grizelle berusaha untuk bersiap baik, tanpa menyakiti hati satu sama lain. Juga, mereka memikirkan keluarga mereka masing-masing yang membuat pernikahan ini terjadi, dan membuat mereka berjodoh.

*

Hari-hari di rumah orang tua Adrian, Syahreza, Grizelle merasa keluarga ini sangat hangat. Walaupun rutinitas seperti sarapan, dan makan malam juga dilakukan sama seperti di rumah Daddy, tetapi pada keluarga ini ada obrolan yang hangat. Hal itu membuat Grizelle sedikit-demi sedikit membuka suara, dan ikut dalam obrolan keluarga mereka.

Mama Adrian yang sangat menyambut kehadiran Grizelle, selalu mengatakan jika Grizelle adalah anak mereka sekarang, dan jangan sungkan jika ingin berbincang dengannya. Ia senang karena kedua anaknya sudah memiliki pasangan, dan anak bungsu mereka yang manja bisa memulai tanggung jawab sebagai seorang suami.

“Grizelle,” sapa Mama pada Grizelle yang sedang duduk di teras belakang.

“Iya, Tante,” jawaban canggung diberikan Grizelle kepada Ibu mertuanya.

“Jangan panggil Tante, panggil saja Mama. Begitu juga dengan Om Syahreza, kamu bisa panggil Papa. Sekarang kamu adalah anak kami, Grizelle bisa cerita, atau diskusi dengan Mama, atau Papa sekarang.”

“Terima kasih, Ma … ma,” respons Grizelle yang masih tak biasa memanggil Mama.

Mama menanyakan bagaimana Adrian memperlakukan Grizelle hampir mau dua minggu ini. Grizelle yang tak mau banyak bicara, membangun obrolan, atau membangun spekulasi orang lain menjawab santai, dan mengatakan Adrian bersikap baik kepadanya. Mama bersyukur dengan jawaban menantunya itu, dan membagikan beberapa cerita ketika ia baru saja menikah, juga bagaimana Syahreza memperlakukannya.

Grizelle teringat kepada Mamanya yang berbicara lembut seperti Mama, dan juga cerita keromantisan pernikahan itu sama seperti yang ia lihat dari Daddy dan Mamanya dulu. Semenjak ada Mommy Jess, ia malas melihat kemesraan Daddynya, dan banyak mengabaikan. Grizelle lebih baik menjadi dirinya sendiri, dan menjalankan kehidupan yang damai.

Waktu keberangkatan Adrian, dan Grizelle akan segera tiba, semua barang-barang yang akan dibawa sudah dipersiapkan. Grizelle gugup akan tinggal berdua saja dengan Adrian, dan menjalin hari-hari di sana. Adrian sempat berpesan jika tidak perlu khawatir, atau takut terhadapnya, ia tak mungkin menelantarkan Grizelle.

Syahreza banyak berpesan kepada Adrian untuk menjaga, dan memperlakukan Grizelle dengan baik. Ia juga berbicara kepada Grizelle agar bisa memberitahunya apapun yang terjadi, bahkan jika Adrian menyakitinya. Syahreza paham pernikahan ini tidak mereka inginkan, sewaktu-waktu ada sesuatu yang tidak dikehendaki terjadi.

*

Akhirnya waktu keberangkatan tiba, mereka diantar oleh keluarga Adrian, namun tak satu pun keluarga Grizelle hadir di bandara. Mereka sudah diberi tahu jauh-jauh hari, dan beralasan ada kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Grizelle juga tidak mengharapkan keluarganya hadir untuk mengantarkannya.

Saat penerbangan dari Indonesia ke Australia, Grizelle berusaha membuat dirinya senyaman mungkin. Sesampainya di sana akan ada staf yang akan menjemput mereka, dan membantu membawakan barang. Sepanjang penerbangan, Grizelle membayangkan tinggal di Australia, dan ia mulai penasaran bagaimana rumah mereka di sana.

Di penerbangan, dengan ragu-ragu Grizelle memotret pemandangan di luar. Ia ingin mengingat hari ini di mana ia pertama kali pergi, dan akan tinggal di negeri orang lagi. Sesekali Grizelle juga melirik ke arah Adrian yang tertidur, entah benar tertidur atau hanya menghindari percakapan dengan Grizelle.

Pada saat di penerbangan ini juga Grizelle membagikan foto pernikahannya dengan Adrian di sosial media. Foto dirinya mengenakan gaun pilihannya sendiri yang berwarna putih, dan panjang. Ia juga terlinhat cantik dengan riasan wajah yang tidak terlalu berat, Adrian juga tampak sangat gagah di foto tersebut.

Sesampainya di Australia, mereka sudah ditunggu oleh salah seorang staf bernama Andre. Andre juga adalah salah seorang teman Adrian dari Indonesia yang sama-sama belajar di Australia, namun ia lebih memilih menetap. Andre terpesona melihat Grizelle yang tampak cukup manis dengan kulit putih, dan wajah yang natural.

“Apa kabar, Bro?” sapa Andre.

“Baik-baik, bagaimana di sini?” lanjut Adrian.

“Aman. Ini?” tanya Andre melihat ke arah Grizelle.

“Perkenalkan ini Grizelle,” ujar Adrian.

Andre, dan Grizelle pun saling bersalaman, dan Adrian menjelaskan siapa Andre ini. Grizelle hanya memberikan sambutan dengan senyuman saja. Grizelle memang tidak nyaman berbicara terlalu banyak dengan orang baru.

Setelah berbicara cukup lama, mereka pun menuju mobil untuk pulang. Grizelle merasa cukup lelah dengan perjalanan ini. Namun, baru saja ia sampai, Grizelle merasa akan betah, di Australia, karena tempat yang sepertinya bersahabat untuknya.

Sesampainya di apartemen mereka, Grizelle merasa apartemen ini cukup nyaman ditinggali, dan semoga saja Adrian bersikap baik kepadanya. Ia melihat sekeliling, dan melihat salah seorang wanita yang sepertinya juga dari Indonesia, Grizelle pun berencana untuk membangun pertemanan. Setidaknya ia ingin memiliki satu saja teman yang bisa diajak berbincang.

*

Grizelle bangun pagi untuk membuat sarapan, sama seperti kebiasaannya waktu di Belanda dulu. Ia pun berbaik hati membuatkan sarapan untuk Adrian, yang belum terbangun dari tidur lelapnya. Pastinya perjalanan ini membuat Adrian lelah, apalagi ia harus mengurus beberapa urusan tentang bisnis di sini.

Tak lama, Adrian pun bangun, dan melihat Grizelle sudah berada di dapur membuat sarapan untuk dua orang. Adrian mengucapkan selamat pagi kepada istrinya, mereka tampak seperti dua orang asing yang tinggal satu rumah. Namun, ini semua berusaha mereka jalani dengan baik, apalagi mereka menyandang status sebagai suami istri.

“Kamu sudah bangun?” sapa Grizelel.

“Pagi sekali kamu bangun,” ujar Adrian.

“Ini sarapan.” Grizelle memberikan piring berisi sarapan kepada Adrian.

Adrian mengambilnya, dan duduk di meja makan. Ia merasa tidak terlalu buruk memiliki seorang istri, biasanya sarapan ia siapkan sendiri, atau tidak sarapan sama sekali karena telat bangun. Namun, ini belum cukup untuk menjadikan hubungan mereka berarti sebagai suami istri yang sewajarnya.

Sedikit obrolan Adrian buka pada pagi itu, ia menegaskan jika pernikahan ini bukanlah pernikahan yang mereka kehendaki. Adrian juga mengatakan jika mereka tinggal di Melbourne karena ada bisnis yang harus diurus, bukan sebuah pilihan untuk menghindar. Grizelle hanya menanggapi biasa saja, dan cenderung diam dengan perkataan suaminya.

Mereka memilih tinggal di Melbourne, ibukota negara bagian Victoria. Ada dua pegunungan yang membentang di Victoria, pegunungan rendah di pesisir selatan dan pegunungan tinggi di sebelah barat sampai Timur. Warga negara Indonesia yang merantau ke Australia, paling banyak tinggal di Melbourne selain di Sidney. Perusahaan Syahreza juga ada di sana, tetapi dengan asset dan turn over yang sangat kecil.

Syahreza sempat mengingatkan Adrian, jika ia akan menutup perusahaan di Melbourne jika tidak berjalan lancar. Pajak Australia yang sangat tinggi sangat adalah faktor utamanya. Jadi diharapkan Adrian bisa menjaga dengan sebaik mungkin.

Dengan mengurus bisnis ini, Adrian akan semakin sibuk. Oleh karenanya, Grizelle memilih untuk memulai perkuliahannya lebih cepat agar ia juga memiliki kesibukan. Ia tak ingin terlihat seperti orang yang tidak berguna yang hanya di rumah saja.

***

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu